51 Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974,
kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang
tahun 1996. Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka
pada tahun 1984 statusnya berubah menjadi Perum dan pada tahun 1994 statusnya ditingkatkan lagi menjadi Persero dengan penambahan ruang
lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana
PGN berfungsi sebagai transporter. PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka
ditandai dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek Indonesia.
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Deskripsi Statistik
Tingkat pengembalian investasi adalah rasio yang digunakan untuk mengukut efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memenfaatkan aktiva yang dimiliki. Tingkat pengembalian investasi dengan nilai mendekati 1 ataupun smakin tinggi menunjukkan efektifitas perusahaan dalam
mengelola aset. Pada bagian dibawah ini akan disajikan masing-masing performa perusahaan BUMN pada periode 2006-2010.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik PT. Perusahaan Gas Negara
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
12,37 159,49
47,28 39,54
Min 2,48
112,49 39,89
31,58
Max
21,37 216,61
55,51 47,06
Sumber : Data Penelititan
Dapat dilihat dari Tabel 4.1 bahwa pada Perusahaan Gas Negara komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-
rata DER sebesar 159,49. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 60 dan ekuitas sekitar 40.
Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Perusahaan Gas Negara menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar
12,37. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori trade-off yang
menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak.
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik PT. Asuransi Jasa Raharja
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
18,70 61,89
26,75 62,02
Min
10,54 51,38
22,76 55,22
Max 21,53
81,10 31,60
66,07
Sumber : Data Penelititan
Dapat dilihat dari Tabel 4.2 bahwa pada PT. Asuransi Jasa Raharja menggunakan lebih banyak ekuitas dibanding hutang. Hal ini terlihat pada nilai
rata-rata DER sebesar 61,89. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 37,5 dan ekuitas sekitar 62,5.
Universitas Sumatera Utara
53 Komposisi ekuitas yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT.
Asuransi Jasa Raharja menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 18,70. Maka dapat dinyatakan bahwa ekuitas yang lebih banyak dalam pendanaan dapat
menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori pecking-order yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan pendanaan
dari internal ekuitas dibanding pendanaan dari luar perusahaan.
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Perum Pegadaian
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
5,95 469,25
24,26 17,69
Min
5,03 398,55
15,49 16,01
Max 6,62
524,52 32,40
20,06
Sumber : Data Penelititan
Dapat dilihat dari Tabel 4.3 bahwa pada Perum Pegadaian komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER
sebesar 469,25. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 80 dan ekuitas sekitar 20.
Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan Perum Pegadaian menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar 5,95.
Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan tidak dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini berbeda dengan PT. perusahaan Gas
Negara yang mampu menghasilkan laba bersih lebih besar atas aktiva yang di miliki disbanding Perum Pegadaian. Hasil ini tidak sejalan dengan teori trade-off
yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak. Namun, nilai terendah dan tertinggi dari rasio struktur modal
Perum Pegadaian terlihat dalam rentang yang tidak terlalu jauh, sama halnya
Universitas Sumatera Utara
54 dengan tingkat pengembalian investasi. Hal ini menggambarkan bahwa
perusahaan ini konsisten dalam penentuan struktur modalnya.
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik PT. Krakatau Steel
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
2,88 112,96
10,13 45,65
Min
-1,32 86,56
6,40 35,62
Max
6,04 180,70
14,59 53,60
Sumber : Data Penelititan
Dapat dilihat dari Tabel 4.4 bahwa pada PT. Krakatau Steel memiliki komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-
rata DER sebesar 112,25. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 55 dan ekuitas sekitar 45.
Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Krakatau Steel menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar
2,88. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang lebih banyak sekitar 55 dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hasil ini sejalan dengan teori
trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak. Walaupun terlihat lebih baik pengelolaan asset PT.
Perusahaan Gas Negara dibanding perusahaan ini. Bahkan, pada tahun 2006 tingkat pengembalian investasi PT. Krakatau Steel sebesar -1,32, hal ini
menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian pada tahun tersebut.
Tabel 4.5 Deskripsi Statistik PT. Bank Rakyat Indonesia
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
2,54 162.89
7,12 38,42
Min 2,31
126,97 3,37
34,34
Max 2,84
191,25 11,92
44,06
Sumber : Data Penelititan
Universitas Sumatera Utara
55 Dapat dilihat dari Tabel 4.5 bahwa pada PT. Bank Rakyat Indonesia
komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata- rata DER sebesar 162,89. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar
60 dan ekuitas sekitar 40. Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Bank
Rakyat Indonesia menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar 2,54. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan tidak
dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini berbeda dengan PT. perusahaan Gas Negara yang mampu menghasilkan laba bersih lebih besar atas aktiva yang di
miliki dibanding PT. Bank Rakyat Indonesia. Hasil ini tidak sejalan dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
karena mengurangi pajak. Namun, hal ini dapat dimaklumi bahwa karena pada sektor perbankan memiliki 2 peran yaitu sebagai lembaga simpanan dan lembaga
pinjaman, sehingga tidak memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Aset yang banyak bukan dari usaha untuk menghasilkan laba, melainkan dana tabungan dari
nasabah.
Tabel 4.6 Deskripsi Statistik PT. Telekomunikasi Indonesia
Statistik ROI
DER LDAR
EAR Mean
13,02 95,87
22,74 51,24
Min 11,56
76,83 21,81
48,22
Max 15,67
107,40 24,41
56,55
Sumber : Data Penelititan
Dapat dilihat dari Tabel 4.6 bahwa pada PT. Telekomunikasi Indonesia menggunakan lebih banyak ekuitas dibanding hutang. Hal ini terlihat pada nilai
Universitas Sumatera Utara
56 rata-rata DER sebesar 95,87. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang
sekitar 47,5 dan ekuitas sekitar 52,5. Komposisi ekuitas yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT.
Telekomunikasi Indonesia menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 13,02. Maka dapat dinyatakan bahwa ekuitas yang lebih banyak dalam pendanaan
dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori pecking- order yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan
pendanaan dari internal ekuitas dibanding pendanaan dari luar perusahaan.
4.2.2 Uji Normalitas