Analisis Struktur Modal yang Optimal terhadap Tingkat Pengembalian Investasi pada Perusahaan BUMN

(1)

SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR MODAL YANG OPTIMAL TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN

INVESTASI PADA PERUSAHAAN BUMN DI INDONESIA

OLEH:

NANDA KESUMA 080502140

PROGRAM STUDI STRATA-I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Modal yang Optimal Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi pada Perusahaan BUMN di Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah adalah melihat pengaruh rasio struktur modal optimal terhadap tingkat pengembalian investasi perusahaan BUMN di Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan BUMN terbaik berdasarkan kinerja perusahaan meliputi Return on Invesment (ROI), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) pada tahun 2011 di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah 6 perusahaan BUMN yang memiliki laporan keuangan pada tahun 2006-2010. Jenis data yang digunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia. Sedangkan secara parsial variabel Equity to Asset (EAR) memiliki hubungan yang paling dominan terhadap tingkat pengembalian investasi. Variabel DER, LDAR dan EAR dapat menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi sebesar 55 %, sedangkan sisanya 45% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci : Tingkat Pengembalian Investasi, Debt to Equity Ratio, Longterm


(3)

ABSTRACT

This research entitled "Analysis of an Optimal Capital Structure Against the Return on Investment in state-owned companies (BUMN) in Indonesia". The purpose of this research to see the effect of optimal capital structure ratios for rate of return on investment in state-owned companies (BUMN) in Indonesia.

Population of the research is the best state-owned companies (BUMN) based on company performance include Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) and Net Profit Margin (NPM) in 2011 in Indonesia. Sample of the research was 6 state-owned companies that have financial statement in the year 2006-2010. Type of data used secondary data in the form of a company's financial statements are to be sampled. Analysis technique used is multiple regression analysis.

The analysis showed that the variables jointly Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) and Equity to Asset Ratio (EAR) significantly influence the rate of return on investment in state-owned companies in Indonesia. While partial variable Equity to Assets (EAR) has the most dominant relationship to the rate of return on investment. DER variable, LDAR and EAR may explain the variable rate of return on investment of 55%, while the remaining 45% can be explained by other variables not examined in this research. Keyword : Return to Investment, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Asset


(4)

KATA PENGANTAR

Assallamu Allaikum Wr.Wb.

Puji syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Struktur Modal yang Optimal terhadap Tingkat Pengembalian Investasi pada Perusahaan BUMN”.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, pengarahan, perhatian dan dorongan yang telah diberikan dalam proses penyusunan skripsi ini. Rasa terimakasih ini peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE.,ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing,

3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu DR. Endang Sulistya Rini SE., MSi,. selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE., MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai.


(5)

6. Bapak dan Ibu Dosen dan Staff Pengajar di Departemen Manajemen.

7. Kedua Orang Tuaku tercinta, Azuar Effendi dan Zaitun, Nenekku Salbiah, terimakasih atas dukungan baik moril dan materil.

8. Kedua saudara perempuanku, Kak Nina Ayunika dan Dek Dina Novinda, beserta Bang Sumanto dan buat keponakanku Syakira Suni Syakira.

9. Sahabat terbaikku, Masdiana Tanjung (Dhee), terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya, semoga tetap akan menjadi sahabat terbaik.

10. Teman terbaikku, Arif Qaedi Hutagalung, Valentine Hutabarat, Vita Citra Hutaheaen, , Devi Novita Sari Siregar, Tambok Marito, Budi Setiyono dan Doni Roy W.F Saragih.

11. Teman-teman seperjuangan, Ade Nurhidayat, M. Khadafi Siregar, Ifandi Akbar, serta buat temen-temen manajemen stambuk 2008.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun peneliti ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya.

Wassalamu Allaikum Wr.Wb

Medan, Juli 2012 Peneliti

Nanda Kesuma


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ……….. ……... viii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Perumusan Masalah………...7

1.3 Tujuan Penelitian………...7

1.4 Manfaat Penelitian………...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

2.1 Penelitian Terdahulu...………...9

2.2 Landasan Teori………...10

2.2.1 Modal………...10

2.2.2 Struktur Modal………...11

2.2.3 Pengertian Struktur Modal………...11

2.2.4 Komponen Struktur Modal………...12

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal..………...14

2.2.6 Teori Struktur Modal………...………...19

2.3 Kinerja Perusahaan………...22

2.4 Kerangka Konseptual………...23

2.5 Hipotesis………... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 25

3.1 Jenis Penelitian………... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….... 25

3.3 Batasan Operasional………... 25

3.4 Definisi Operasional………... 26

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 27

3.6 Jenis Data……… 28

3.7 Metode Pengumpulan Data……… 28

3.8 Teknik Analisis………... 29

3.8.1 Analisis Deskriptif……… 29

3.8.2 Uji Asumsi Klasik……… 29

3.8.3 Analisis Regresi Linear Berganda……… 32


(7)

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN……...34

4.1 Gambaran Umum Perusahan………...34

4.2 Hasil Analisis………...42

4.2.1 Deskripsi Statistik………...42

4.3 Pengujian Asumsi Klasik………...47

4.3.1 Uji Normalitas………...48

4.3.2 Uji Multikolinieritas………...49

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas………...50

4.3.4 Uji Autokorelasi………...52

4.4 Pembahasan…………...………...53

4.4.1 Koefisien Determinan (Adjusted R Square )………...53

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)………...54

4.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)………...54

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Kesimpulan………. 60

5.2 Saran………... 61

DAFTAR PUSTAKA……….. 62


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Pertumbuhan Laba Bersih BUMN 2005-2010………. 3

1.2 ROI,ROE dan NPM BUMN Semester I 2011………... 4

2.1 Penelitian terdahulu……….. 10

3.1 Daftar Sampel Penelitian………..……… 32

3.2 Daftar Perusahaan yang Termasuk Sampel Penelitian……… 33

3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi………. 37

4.1 Deskripsi Statistik PT. Perusahaan Gas Negara……… 42

4.2 Deskripsi Statistik PT. Asuransi Jasa Raharja 43 4.3 Deskripsi Statistik Perum Pegadaian……… 44

4.4 Deskripsi Statistik PT. Krakatau Steel……… 45 4.5 Deskripsi Statistik PT. Bank Rakyat Indonesia……… 4.6 Deskripsi Statistik PT. Telekomunikasi Indonesia……… 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes……….. 47

4.8 Collinierarity Statistic (Tolerance & VIF)……… 48

4.9 Uji Gleyser……… 50

4.10 Durbin-Watson………. 51

4.9 Hasil Perhitungan Regresi Berganda……….. 52

4.10 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)……… 54

4.11 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)……….. 55


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1.1 Perkembangan Aset dan Penjualan BUMN 2005-2010……….. 2

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian…………..………... 29

4.1 Uji Normalitas………... 46


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Modal yang Optimal Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi pada Perusahaan BUMN di Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah adalah melihat pengaruh rasio struktur modal optimal terhadap tingkat pengembalian investasi perusahaan BUMN di Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan BUMN terbaik berdasarkan kinerja perusahaan meliputi Return on Invesment (ROI), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) pada tahun 2011 di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah 6 perusahaan BUMN yang memiliki laporan keuangan pada tahun 2006-2010. Jenis data yang digunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia. Sedangkan secara parsial variabel Equity to Asset (EAR) memiliki hubungan yang paling dominan terhadap tingkat pengembalian investasi. Variabel DER, LDAR dan EAR dapat menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi sebesar 55 %, sedangkan sisanya 45% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci : Tingkat Pengembalian Investasi, Debt to Equity Ratio, Longterm


(11)

ABSTRACT

This research entitled "Analysis of an Optimal Capital Structure Against the Return on Investment in state-owned companies (BUMN) in Indonesia". The purpose of this research to see the effect of optimal capital structure ratios for rate of return on investment in state-owned companies (BUMN) in Indonesia.

Population of the research is the best state-owned companies (BUMN) based on company performance include Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) and Net Profit Margin (NPM) in 2011 in Indonesia. Sample of the research was 6 state-owned companies that have financial statement in the year 2006-2010. Type of data used secondary data in the form of a company's financial statements are to be sampled. Analysis technique used is multiple regression analysis.

The analysis showed that the variables jointly Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) and Equity to Asset Ratio (EAR) significantly influence the rate of return on investment in state-owned companies in Indonesia. While partial variable Equity to Assets (EAR) has the most dominant relationship to the rate of return on investment. DER variable, LDAR and EAR may explain the variable rate of return on investment of 55%, while the remaining 45% can be explained by other variables not examined in this research. Keyword : Return to Investment, Debt to Equity Ratio, Longterm Debt to Asset


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas penggunaan modal baik jangka pendek maupun jangka panjang dan menekan biaya modal dapat tercapai dengan bauran pendanaan yang cukup dan sesuai kebutuhan perusahaan. Jumlah modal yang besar atau kecil dapat menguntungkan maupun merugikan perusahaan. Dalam hal ini juga harus diperhatikan oleh perusahaan milik Negara yang lebih dikenal dengan sebutan BUMN.

BUMN merupakan aset negara yang mempunyai peran strategis sebagai pilar penyeimbang bersama-sama dengan badan usaha milik swasta (BUMS) dan koperasi dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Sehingga dalam kegiatan operasionalnya BUMN juga harus memperhatikan strategi pendanaan dan penggunaan yang tepat. Sebab strategi yang salah berakibat fatal dalam kelangsungan perusahaan.

Struktur modal meliputi hutang jangka panjang dan ekuitas. Hutang jangka panjang dapat diperoleh dari penjualan surat berharga berbentuk obligasi maupun pinjaman dari pihak investor. Sedangkan ekuitas dapat diperoleh dari laba ditahan dan saham (go public). Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran sumber dana permanen dengan kontribusi hutang dan ekuitas secara optimal agar mampu memaksimalkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan dapat tercermin dari kinerja perusahaan yang salah satunya dapat dilihat dari laba bersih


(13)

perusahaan. Seperti halnya BUMN yang terus dituntut untuk memberikan kinerja yang baik demi meningkatkan laba bersih yang membantu pendapatan negara, karena salah satu pendapatan negara berasal dari BUMN. Berdasarkan data kementerian BUMN tahun 2011 bahwa penjualan dan asset perusahaan BUMN dari tahun 2005 sampai 2010 mengalami peningkatan yang signifikan, seperti terlihat pada Gambar 1.1:

Gambar 1.1

Perkembangan Aset dan Penjualan BUMN 2005-2010 (dalam triliun rupiah)

Sumber : Kementrian BUMN,

dikutip dari Majalah Investor Nov. 2011

Dapat dilihat dari Gambar 1.1 bahwa aset BUMN dari tahun 2005 sampai 2010 mengalami kenaikan, hal ini menandakan pengelolaan aset yang baik oleh BUMN. Semakin besar aset perusahaan akan berdampak terhadap tingginya likuiditas perusahaan yang memberikan petanda bahwa BUMN memiliki prospek yang baik untuk masa depan. Walaupun pada tingkat penjualan terjadi penurunan setelah tahun 2008 dari Rp. 1161,7 Triliun menjadi Rp. 987,4 Triliun pada 2009 dan Rp. 114,5 Triliun pada 2010. Hal ini harus menjadi perhatian BUMN dalam


(14)

meningkatkan penjualan mengingat pasar di Indonesia yang sangat menjanjikan dengan berkisar 240 juta orang.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Laba bersih BUMN 2005-2010 (dalam triliun rupiah)

Tahun Laba bersih Pertumbuhan

2005 42.3 -

2006 53.2 25.77%

2007 70.7 32.89%

2008 78.4 10.89%

2009 88 12.24%

2010 102 15.91%

Sumber : Kementrian BUMN,

dikutip dari Majalah Investor Nov. 2011

Berdasarkan data laba bersih BUMN pada Tabel 1.1, terlihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2005-2010, pada tahun 2007 terdapat pertumbuhan laba bersih terbesar sebesar 32,89%. Terlihat juga bahwa penurunan penjualan pada tahun 2009 dan 2010 tidak diikuti oleh laba bersih yang terus tumbuh bahkan pada tahun 2010 laba bersih mencapai angka Rp. 102 Triliun. Hal ini mencerminkan efektifitas perusahaan dalam mewujudkan laba bersih dengan meminimalisasi beban perusahaan.

Dari data dapat dilihat bahwa tercapainya hal tersebut dikarenakan manajemen dan strategi yang tepat yang dilakukan perusahaan. Salah satunya adalah manajemen modal yang baik, baik bauran pendanaan yang tepat maupun alokasi dana yang terarah.


(15)

Berdasarkan peringkat BUMN tahun 2011 menurut majalah investor dinilai dari Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai berikut :

Tabel 1.2

ROI, ROE dan NPM BUMN berdasarkan Sektor Semester I 2011 (dalam %)

No. Nama Perusahaan ROI ROE NPM

1 PT Bank Rakyat Indonesia tbk 4.64 43.83 22.86 2 PT Asuransi Jasa Raharja 24.75 36.97 35.24

3 Perum Pegadaian 6.53 40.43 21.94

4 Perun Jasa Tirta I 33.09 42.74 19.23 5 PT Perkebunan Nusantara III 15.73 32.13 18.04 6 PT Semen Baturaja 29.67 48.51 24.87 7 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 20.54 48.74 31.57

8 PT Bio Farma 17.38 22.18 20.30

9 PT Kawasan Industri Medan 17.87 22.83 58.55

10 PT Waskita Karya 3.47 31.56 2.12

11 PT Biro Klasifikasi Indonesia 24.53 31.31 12.84 12 PT Pelabuhan Indonesia II 17.00 22.18 41.69 13 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 11.68 27.78 16.81 14 PT Krakatau Steel Tbk 7.00 14.08 7.15 Sumber : Majalah Investor November 2011

Dari Tabel 1.2 terdapat 14 perusahaan BUMN yang dinilai terbaik oleh majalah investor pada tahun 2011. Penilaian ini berdasarkan nilai ROI, ROE dan NPM dan dikelompokkan berdasarkan sektornya, sehingga terlihat perbedaan yang signifikan.


(16)

ROI merupakan rasio profitabilitas untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Sadalia, 2010). Tingginya ROI menunjukkan besarnya laba perusahaan yang dihasilkan dibanding dengan aktiva perusahaan, sehingga ROI yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dengan pengolaan aktiva dengan efektif.

ROE yang tinggi cenderung akan meningkatkan laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang menurun. PT Perusahaan Gas Negara Tbk memilki pertumbuhan ROE tertinggi sebesar 48,74% sedangkan PT Krakatau Steel Tbk memiliki pertumbuhan ROE terendah sebesar 14,08%.

Kebutuhan modal perusahaan dapat di penuhi baik dari sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan, di mana pemenuhan kebutuhan modal tidak di ambilkan dari luar perusahaan melainkan dari sumber dana yang di bentuk atau di hasilkan sendiri di dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk laba yang tidak di bagi atau laba ditahan (Nugroho,2006).

Laba ditahan adalah bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak di bagikan kepada pemilik perusahaan atau bagian dari laba bersih yang di tanamkan kembali di dalam perusahaan (Nugroho,2006). Sumber internal sering di pandang sebagai sumber utama dalam perusahaan untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama bagi perusahaan yang mempunyai resiko usaha besar. Sumber dana eksternal adalah sumber dana yang di ambilkan dari sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber dana eksternal meliputi


(17)

hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari pemilik perusahaan di dapatkan dengan menjual surat berharga (go public) kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Melalui surat berharga maka masyarakat dapat ikut menjadi pemilik perusahaan dengan menanamkan modal dalam perusahaan.

Kecenderungan perusahaan yang makin banyak menggunakan hutang, tanpa disadari secara berangsur-angsur akan menimbulkan kewajiban yang makin berat bagi perusahaan saat harus melunasi (membayar kembali) hutang tersebut. Tidak jarang perusahaan-perusahaan yang akhirnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dan bahkan dinyatakan pailit. Hingga kini belum ada rumus matematik yang tepat untuk menentukan jumlah optimal dari hutang dan ekuitas dalam struktur modal (Seitz,1984). Pedoman umum hanyalah mencari hutang sebanyak mungkin tanpa meningkatkan risiko atau menurunkan fleksibilitas perusahaan.

Pada penelitian ini, struktur modal selalu dihubungkan dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan digambarkan melalui perubahan tingkat pengembalian investasi atau sering disebut ROI. ROI menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan (Sadalia, 2010).

Semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba bersih akan meningkatkan nilai perusahaan dimata investor sehingga investor mau terlibat dalam pendanaan perusahaan. Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang menguntungkan dari modal sendiri dengan dana yang berasal dari modal jangka panjang. Komposisi itu akan membentuk struktur modal perusahaan yang akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.


(18)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin menganalisis apakah ada pengaruh rasio struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN dengan judul “Analisis Struktur Modal yang Optimal Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Pada Perusahaan BUMN di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah yaitu “Apakah struktur modal yang optimal berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh rasio struktur modal optimal terhadap tingkat pengembalian investasi perusahaan BUMN di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan : a. Pihak peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan begaimana pengaruh struktur modal yang optimal terhadap tingkat pengembalian investasi pada sebuah perusahaan


(19)

b. Pihak stakeholder perusahaan

Penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan atau referensi dalam menentukan struktur modal yang optimal bagi perusahaan

c. Pihak masyarakat

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan atau sumber informasi mengenai struktur modal yang optimal dalam perusahaan.

d. Pihak akademisi

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal. Hasil penelitian in menunjukkan bahwa struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan.

Mayangsari (2001) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan : pengujian pecking order hyphotesis. Penelitian menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba lebih mungkin menggunakan dana internal.

Nurhayati (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang. Peneltian ini menjelaskan bahwa pengaruh struktur modal (total modal) terhadap return on investment (ROI) menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja. Dimana struktur modal mempengaruhi laba. Return on investment (ROI) juga dipengaruhi oleh total aktiva (investasi). Dan antara laba dan total aktiva (investasi) harus seimbang.

Oktavia (2011) melihat pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri. Hasil analisis menunjukkan variabel bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.


(21)

Tabel. 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti Judul Kesimpulan

1 Nakman Harahap (2003)

Analisis pengaruh struktur modal terhadap

profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal

struktur modal sangat berpengaruh terhadap profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional menentukan profit yang diinginkan 2 Mayangsari

(2001)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hyphotesis

perusahaan yang memiliki kemampuan menghasilkan laba lebih mungkin

menggunakan dana internal.

3 Dwi

Nurhayati (2003)

Analisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian investasi pada PT. Pantjamitra Ichigojaya Malang

Struktur modal (total modal) terhadap return on

investment (ROI)

menyatakan bahwa return on investment (ROI) tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja. 4 Rina

Oktavia (2011)

pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada UMKM "Bagus Agriseta Mandiri

variabel bebas berupa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE sebagai variabel terikat, sedangkan DAR dan LDER berpengaruh positif terhadap ROE.

Sumber : Peneliti 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Modal

Modal merupakan suatu faktor penting yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya yaitu sebagai sumber pembelanjaan aktivitasnya yang akan digunakan untuk operasi, pengembangan usaha dan investasi. Pengertian modal menurut (Nitisemito,1984), modal adalah “elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas, bahan


(22)

baku, mesin, gedung, dan sebagainya. Tapi modal juga dapat berupa elemen-elemen dalam pasiva suatu neraca yang merupakan sumber modal berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa modal meliputi uang dan barang yang terdapat alam neraca baik disisi aktiva maupun pasiva. Disisi aktiva dapat berupa kas, pihutang, persediaaan dan aktiva tetap. Sedangkan disisi pasiva berupa sumber permodalan yang meliputi hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri.

2.2.2 Struktur Modal

2.2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Menurut Darmawan (2009), struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari: saham preferen dan saham biasa.

Menurut Sadalia (2010), struktur modal menyatakan adanya hubungan campuran antara hutang dan modal sendiri dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan.

Weston dan Copeland (1992) menyatakan bahwa “struktur modal adalah pembiayaan yang permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah pembiayaan perusahaan yang bersifat


(23)

permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham biasa dan saham preferen.

2.2.2.2 Komponen Struktur Modal a. Hutang Jangka Panjang

Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003), “hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 – 20 tahun”. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi (hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi, dalamditentukan nilai nominal, bunga per tahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut).

b. Modal Sendiri

Menurut Wasis (1981), dalam struktur modal konservatif, susunan modal menitikberatkan pada modal sendiri karena pertimbangan bahwa penggunaan


(24)

hutang dalam pembiayaan perusahaan mengandung resiko yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri.

Menurut Sundjaja (2003), “modal sendiri/equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”.

Ada 2 (dua) sumber utama dari modal sendiri yaitu: 1. Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak.

2. Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi.

c. Rasio Struktur Modal

1. Rasio hutang dengan modal sendiri (DER)

Rasio yang membandingkan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.


(25)

Rumus : DER =

2. Rasio hutang jangka panjang dengan asset (LDAR)

Merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total asset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.

Rumus : LDAR =

3. Rasio ekuitas dengan asset (EAR)

Merupakan variabel yang dikembangkan berdasarkan pernyataan (Sjahrial, 2006), bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva.

Rumus : EAR =

2.2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

1. Struktur Aktiva Menurut Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah


(26)

aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar dari aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang, jadi dapat dikatakan bahwa struktur modal dalam penelitiannya bahwa struktur aktiva akan mempengaruhi keputusan modal yang dilakukan oleh manajer.

2. Tingkat pertumbuhan penjualan dimana perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung bahan tetap yang lebih tinggi di bandikan dengan perusahaan yang penjualan tidak stabil.

3. Tingkat pertumbuhan aktiva, Weston dan Brigham (1986) mengatakan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus banyak mengandalkan pada modal eksternal.

4. Profitabilitas, Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, tingkat pengembalian yang lebih tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana dihasilkan secara internal.

5. Leverage keuangan: jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk mempebesar leverage keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

6. Pajak: Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan dividen tidak. Oleh karena itu, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik pengguna hutang


(27)

7. Pengendalian: pengaruh hutang terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal.

8. Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan, maka dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.

9. Kondisi Internal Perusahaan: Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang dari pada mengeluarkan saham.

10.Fleksibelitas keuangan : seseorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan dalam mendukung operasional perusahaan.

2.2.2.4 Teori Struktur Modal

Menurut (Warsono,2002) pendekatan yang digunakan dalam struktur modal adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan teori struktur modal pada pasar modal sempurna dan tidak ada pajak.

i. Pendekatan Laba Bersih (Net Income)

Pendekatan ini menganalisis pengaruh perubahan hutang keuangan terhadap nilai total perusahaan dan tingkat kapitalisasi yang menyeluruh (biaya modal keseluruhan), dengan asumsi laba operasi/sebelum bunga dan pajak (EBIT)


(28)

dan tingkat kapitalisasi ekuitas konstan. Jika leverage meningkat, maka nilai total perusahaan akan meningkat dan tingkat kapitalisasi menyeluruh menurun.

ii. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income)

Pendekatan Laba operasi bersih (NOI) mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya hutang konstan. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

iii. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan ini diasumsikan adanya struktur modal yang optimum dan perusahaan dapat meningkatkan nilai totalnya melalui penggunaan leverage yang bijaksana. Pendekatan tradisional mengatakan bahwa mula-mula perusahaan tersebut dapat menurunkan biaya modalnya dan menaikkan nilai totalnya malalui leverage. Apabila leverage meningkat, maka nilai total perusahaan meningkat. Namun peningakatan tersebut mempunyai batas tertentu. Setelah mencapai batas tertentu maka dengan meningkatnya leverage justru akan menurunkan nilai total perusahaan.


(29)

Menurut (Sartono,2001) MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi berikut:

1. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak, perusahaan yang memiliki resiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.

2. Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan di masa datang, dengan demikian semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneous expectation tentang laba perusahaan dan tingkat risiko perusahaan.

3. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital market.

MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang surat berharga dari suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur modalnya. Oleh karena itu, nilai total perusahaan tersebut haruslah sama, tanpa memperdulikan bauran pembiayaannya. Alasannya adalah kemungkinan munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham atau nilai perusahaan baik yang tidak menggunakan hutang atau yang tidak menggunakan hutang akhirnya sama. Teori MM didukung oleh proses arbitrase, yaitu proses mendapatkan dua aktiva yang pada dasarnya sama dan membelinya dengan harga yang termurah serta menjual lagi dengan harga yang lebih tinggi.


(30)

b. Pendekatan Pasar Modal Sempurna dengan Ada Pajak

Munculnya teori struktur modal pada pasar modal yang sempurna dengan memasukkan unsur pajak dilatar belakangi oleh dua hal, yaitu:

i. Bunga yang dibayarkan dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak

ii. Perusahaan yang mempunyai hutang (dan harus membayar bunga) akan membayar pajak (income tax) dalam jumlah lebih kecil, karena bunga merupakan pos deduksi perhitungan pajak. Dengan kata lain apabila ada dua perusahaan yang mempunyai laba operasi sama tetapi yang satu menggunakan hutang (dengan konsekuensi membayar bunga) sedangkan yang satu tidak. Maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak lebih kecil, dengan demikian nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Jadi dengan adanya pajak, keputusan pendanaan menjadi relevan. Hal ini disebabkan adanya pembayaran bunga yang bisa meningkatkan nilai perusahaan. Jadi, perusahaan yang bertujuan meningkatkan nilai perusahaan maka memerlukan penggunaan hutang.

Teori Trade-off (Trade-off Theory)

Menurut Brigham dan Gapenski (1993), “Teori Trade-off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan financial (the cost of financial distress) dari


(31)

pertambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari pertambahan hutang di trade-off (saling tukar) satu sama lain”.

Menurut Brealey dan Myers (1991), “Teori Trade-off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal diambil perusahaan. Asumsi dasar yang digunakan dalam teori trade-off adalah adanya informasi simetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu adanya informasi yang memiliki oleh pihak menajemen suatu perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik.

Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan.

Balancing Theory

Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories ( Myers,1984 dan Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah. Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut


(32)

bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan (agency cost).

Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan hutang.

Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.

Teori Pecking Order

Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori ini, mereka menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang, dan modal sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (Weston dan copeland, 1995). Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit.


(33)

Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham.

Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat informasi yang berbeda antara insiders/pihak manajemen dan Outsiders/pihak pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pihak pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat informasi mengenai nilai saham.

2.2.3 Kinerja Perusahaan

Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran sumber dana permanen dengan kontribusi hutang dan ekuitas secara optimal agar mampu memaksimalkan harga saham dan tercapai tujuan manajemen keuangan dalam menciptakan kinerja perusahaaan yang baik. Struktur modal yang optimal dapat dilihat proporsi hutang dan modal sendiri yang dapat mewujudkan kinerja perusahaan yang baik.

Peningkatan kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai indikator keuangan seperti earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER), book


(34)

value (BV) dan price to book value (PBV), return on equity (ROE) harga saham dan kapitalisasi pasar, free cash flow (FCF), maupun economic value added (EVA) dan market value added (MVA).

Menurut Sadalia (2010), kinerja perusahaaan juga dapat dihitung berdasarkan tingkat pengembalian investasi (ROI) yang diisyaratkan dengan rumus :

ROI =

2.3 Kerangka Konseptual

Alur pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang pentingnya tingkat pengembalian investasi berpengaruh oleh struktur modal. Struktur modal merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang dan ekuitas. Pemilihan struktur modal merupakan penentuan berapa banyak hutang (leverage keuangan) yang akan digunakan perusahaan untuk mendanai aktivanya.

Menurut Weston (1996), yang dimaksud dengan leverage keuangan adalah penggunaan hutang. Apabila hasil pengembalian atas investasi lebih besar dari pada biaya hutang, leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal dengan penggunaan leverage ini juga akan meningkat. Bila hasil pengembalian atas aktiva lebih kecil dari biaya hutang, maka leverage akan mengurangi hasil pengembalian atas modal.

Struktur modal yang optimal bertujuan untuk menciptakan bauran pendanaan yang baik dalam mewujudkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan terlihat dalam kinerja perusahaan yang baik, dimana dalam penelitian ini diwakili


(35)

oleh return on investment (ROI), tingkat pengembalian investasi. ROI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilki.

Menurut Jogiyanto (2000) bahwa : “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi adalah return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang”.

Struktur modal dalam penelitian ini diwakili oleh Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dan Equity to Asset Ratio (EAR).

Uraian di atas bermanfaat dalam menentukan atau memilih variabel-variabel dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Gambar 2.1 tentang kerangka konseptual penelitian, sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Imam (2006), Harahap (2003), Sadalia (2010) 2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir penelitian, maka diajukan hipotesis yaitu, struktur modal yang optimal berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi pada perusahaan BUMN di Indonesia.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir,2005). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan BUMN di Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai Juli 2012.

3.3 Batasan Operasional

Agar pembahasan lebih terarah dan tidak terjadi kesalahan dalam pengertian dan untuk memperjelas dalam memecahkan permasalahan, maka batasan-batasan operasional pada penelitian ini adalah :

1. Variabel Dependent (Y) dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

2. Variabel Independent (X) dalam penelitian ini adalah a. Rasio hutang dengan modal sendiri (DER)


(37)

b. Rasio hutang jangka panjang dengan asset (LDAR) c. Rasio ekuitas dengan asset (EAR)

Hubungan antara empat variabel tersebut adalah bahwa naik turunnya variabel dependent dipengaruhi oleh variabel independent.

3.4Definisi Operasional

1. Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

Rasio profitabilitas untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan (Sadalia, 2010).

Rumus : ROI =

2. Rasio hutang dengan modal sendiri (DER)

Rasio yang membandingkan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Rumus : DER =

3. Rasio hutang jangka panjang dengan aset (LDAR)

Merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total aset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.


(38)

4. Rasio ekuitas dengan asset (EAR)

Merupakan variabel yang dikembangkan berdasarkan pernyataan (Sjahrial, 2006), bahwa struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Ukuran dari variabel EAR adalah jumlah ekuitas dibagi dengan jumlah aktiva.

Rumus : EAR =

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina,2008). Populasi penelitian ini adalah perusahaan BUMN terbaik pada 14 sektor berdasarkan kinerja perusahaan tahun 2011 di Indonesia.

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik tertentu (Erlina,2008). Sampel penelitian ini adalah perusahaan terbaik berdasarkan kinerja yang menpublikasikan laporan keuangan periode 2006-2010.

Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian

No. Keterangan Total

1 Jumlah Populasi Penelitian 14

2 Jumlah Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan periode 2006-2010

8


(39)

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan yang Termasuk Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan

1 PT Bank Rakyat Indonesia bk 2 PT Asuransi Jasa Raharja 3 Perum Pegadaian

4 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 5 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 6 PT Krakatau Steel Tbk

3.6 Jenis Data

Data dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data atau oleh pihak lain (Umar,2003). Jenis data yang digunakan berupa:

a. Laporan keuangan perusahaan setiap tahun pada periode 2006-2010 yang menjadi sampel penelitian.

b. Informasi keuangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal yaitu data dari luar suatu organisasi yang dapat menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi (Situmorang,2011).

Berdasarkan waktu pengumpulan data yang digunakan adalah data berkala. Data berkala yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut.


(40)

3.8 Teknik Analisis 3.8.1 Analisis Deskriptif

Dalam penelitian ini, digunakan analisi deskriptif yang bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informas yang lebih ringkas. Data yang diperoleh dalam bentuk table, grafik dan artikel yang berkaitan dengan penelitian.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Situmorang dan Lufti (2011), uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada regresi linear berganda. Ada beberapa kriteria asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah (Gujarati, 1995):

1. Memiliki distribusi normal,

2. Tidak terjadi Multikolinieritas antar variabel independen,

3. Tidak terjadi Heteroskedastisitas atau varian variabel penggangu yang konstan (Homoskedastisitas),

4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel independen.

3.8.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005). Menurut Ghozali (2005), “cara untuk mendeteksi


(41)

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik”

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005).

3.8.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui gejala multikolinieritas dapat ditunjukkan dengan Tolerance Value > 0,1 dan Variance Inflating Factor (VIF) < 10.


(42)

3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka dikatakan ada homokedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama, maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011)

Menurut Situmorang dan Lufti (2011), criteria pengambilan keputusan dengan menggunakan uji glejser, yakni jika nilai signifikan > 5% maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.8.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin – Watson. Jika nilai Durbin-Watson mendekati 2, berarti tidak ada autokorelasi.

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis 0 Keputusan Jika

Tidak autokorelasi positif Tolak 0<DW<dl Tidak autokorelasi positf No Decision dl≤DW≤du Tidak autokorelasi negative Tolak 4-dl<DW<4 Tidak autokorelasi negative No Decision 4-du≤DW≤4-dl Tidak autokorelasi positif dan negative Tidak Ditolak du<DW<4-dl

Keterangan : du = batas atas

dl = batas bawah Sumber : Gujarati (1995)


(43)

3.8.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, model analisis ini dipilih karena :

1. Penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

2. Dalam penelitian ini diduga seluruh variabel independent (DER, LDAR dan EAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent (ROI)

Dengan demikian, analisis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2X2+ β 3X3 + e

Keterangan :

Y = Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) β0 = Konstanta

β1,β2,β 3, β4 = Koefisien Regresi

X1 = Debt to Equity Ratio (DER)

X2 = Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)

X3 = Equity to Asset Ratio (EAR)

3.8.4 Uji Hipotesis

3.8.4.1 Koefisien Determinan (R2)

Pengujian ini digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase variabel independen yakni DAR, LDAR, DER dan EAR terhadap varians naik turunnya variabel dependen yakni ROI. Koefisien determinan berkisar antara 0 – 1. Bila


(44)

R2=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.8.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F–statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama – sama terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusannya adalah melakukan analisis dengan program SPSS. Dengan program SPSS, uji Anova atau F test, bila didapatkan koefisien signifikan t (βi) < taraf signifikansi yang telah ditetapkan (α = 5%), maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2001).

3.8.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji keberartian koefisien (βi) dilakukan dengan statistik t. Hal ini

digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independen (mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen).

Dasar pengambilan keputusannya adalah melakukan analisis dengan program SPSS. Jika koefisien signifikan t (βi) < taraf signifikansi yang telah

ditetapkan (α =5%), maka secara parsial variabel independen tersebut berpengaruh


(45)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Perusahaan Badan Hukum Milik Negara (BUMN) 1. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI)

Pada awalnya BRI di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.


(46)

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BBRI sebagai Bank Umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BBRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah.

PT . BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1


(47)

milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

BRI listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 10 November 2003. Saham BRI per 31 Juli 2009 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (56,78%) dan pemegang saham swasta (43,22%). Saham BRI tercatat di BEI, harga saham BRI di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 26.933.

2. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom)

Telkom merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutaiment) yang terbesar di Indonesia. Pengabdian Telkom berawal pada 23 Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu pula Telkom telah mengalami berbagai transformasi.

Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan New Telkom Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur,


(48)

transformasi faktor dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate Identity Telkom pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun Telkom yang ke 153. Telkom juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.

Sejalan dengan lahirnya New Telkom Indonesia, berbekal semangat positioning baru Life Confident manajemen dan seluruh karyawan Telkom berupaya mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan terbaik bagi pelanggan dan stakeholders.

Sepanjang Tahun 2008, berbagai penghargaan dan sertifikasi telah diterima oleh Telkom, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 9004:2000 untuk Divisi Enterprise Service dari TUV Rheinland International Indonesia; Penghargaan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan Kecelakaan Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI; The Best Corporate Image category dalam ajang Most Admired Companies Awards ke 8 dari Frontier Consulting Group; Juara Umum 2007 Annual Report Award dari Menteri Keuangan RI; Juara Umum Anugerah Media Humas 2008 dari Bakorhumas CIO of The Year 2008 dalam Hitachi Data System IT Inspiration Awards; dan Penghargaan CEO dan Perusahaan Idaman dari Majalah Warta Ekonomi.

Telkom listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 14 November 1995. Saham Telkom per 31 Juli 2009 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham swasta (48,81%). Saham


(49)

Telkom tercatat di BEI, New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat.. Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh Telkom, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, Telkom menjadi model korporasi terbaik Indonesia.

3. PT Krakatau Steel, Tbk

PT. Krakatau Steel merupakan Pabrik Baja terbesar di Indonesia. PT. Krakatau Steel yang menempati lokasi strategis di Cilegon didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No.35 tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora. Pabrik ini diresmikan penggunaanya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977.

Pembangunan proyek besi baja Cilegon merupakan suatu realisasi dari persetujuan pokok kerja sama dalam bidang ekonomi dan tekhnik antara pemerintah RI dengan All Union Export Corporation Of Moskow. Proyek besi baja cilegon yang kemudian disebut proyek baja TRIKORA secara resmi dimulai pembangunannya pada tanggal 20 mei 1962 berdasarkan ketetapan MPRS No.2 / 1960. Proyek Baja ini sudah selesai


(50)

pada tahun 1968, tetapi sejak meletusnya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965, proyek ini terhenti dan terbengkalai.

4. Perum Pegadaian

Cikal bakal pegadaian di Indonesia ditandai dengan berdirinya bank vanlenning di masa VOC. Lembaga ini bertugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak berdirinya usaha ini pada prinsipnya tidak mengalami perubahan, tetapi status pengolahannya telah mengalami beberapa kali perubahan yang mengaturnya.

Peraturan yang mengatur status pengolahan usaha gadai adalah peraturan yang termuat dalam staadblad 1901, No. 131 tanggal 12 Maret 1901. Dengan munculnya peraturan ini, didirikan kantor pegadaian pertama di Sukabumi kemudian dengan staadblad 1930 No. 226, berubah status menjadi jawatan (lembaga resmi bagian dari pemerintah).

Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tahun 1961 No. 178 tanggal 3 Mei 1961 (lembaga Negara Republik Indonesia tahun 1961 No. 209 ), status jawatan pegadaian diubah menjadi Perusahaan Negara Pegadaian.

Status ini hanya bertahan sampai tahun 1969. Pada tahun tersebut keluar Undang-undang RI No. 9 tahun 1969 pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1969, menjadi Undang-undang atau lembaga Negara tahun 1969 No. 10. Tambahan Lembaga Negara menjadi tiga bentuk yaitu


(51)

PERJAN, PERUM, dan PERSERO. Ketentuan undang-undang itu, maka ditetapkanlah status pegadaian melalui PP No. 7 tahun 1969, dalam perusahaan jawatan pegadaian.

Dengan penyesuaian bentuk usaha tersebut, maka nila kekayaan perusahaan Negara pegadaian dari perjan pegadaian kemudian dilikuidasi dan oleh Direktorat Akuntan Negara. Kekayaan ini mengalami penurunan akibat adanya sneering dari pemerintahan sekitar pada tahun 1966. Pada tahun 1990 dikeluarkan peraturan pemerintah No. 10 tahun 1990 yang mengubah perusahaan jawatan menjadi perusahaan umum pegadaian. Modal perum pegadaian berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan oleh APBN dan tidak terbagi atas saham-saham. Sampai saat perum pegadaian memiliki lebih dari 565 cabang diseluruh Indonesia, yang terbagi atas 14 kantor daerah. Setiap kantor daerah membawahi 45 sampai 53 kantor cabang.

5. PT. Asuransi Jasa Raharja

Lahir dan tumbuh kembang sejak tanggal pendirian 27 November 1993, PT Asuransi Jasaraharja Putera (JP-Insurance) merupakan entitas baru sebagai hasil perubahan struktur dan nama perusahaan sebelumnya yaitu PT Aken Raharja. Perubahan nama dari PT Aken Raharja menjadi PT Asuransi Jasa Raharja Putera dilakukan sebagai implementasi peraturan pemerintah mengenai deregalasi permodalan perusahaan asuransi berkaitan dengan masuknya Yayasan Dana Pensiun Jasa Raharja


(52)

sebagai pemegang saham perusahaan. Dengan bergabungnya PT Asuransi Jasa Raharja, sebuah badan usaha milik Negara yang bergerak dibidang sosial di lingkungan Departemen Keuangan, sebagai pemegang saham mayoritas, perusahaan memasuki babak baru dan semakin memperkokoh posisinya dalam industry asuransi di Indonesia.

Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan, JP-Insurance memberikan layanan asuransi kerugian dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk di dalamnya kegiatan usaha Surety Bond. JP-Insurance merupakan salah satu diantar sedikit perusahaan asuransi di Indonesia yang aktif dalam pengembangan Surety Bond sebagai salah satu jenis produk baru di Indonesia dengan prospek yang sangat cerah.

6. PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk (PGN)

Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta 1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di terbuat dar dan diubah menjadi PN Gas yang selanjutnya pada tanggal berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap tahunnya.

Perusahaan ini mulai menyalurkan gas alam menggantikan gas buatan dari batu bara dan Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri.


(53)

Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan d kemudian disusul berturut-turut di wilayah tahun tahu

Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahu statusnya ditingkatkan lagi menjadi Persero dengan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.

PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal di

4.2 Hasil Analisis

4.2.1 Deskripsi Statistik

Tingkat pengembalian investasi adalah rasio yang digunakan untuk mengukut efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memenfaatkan aktiva yang dimiliki. Tingkat pengembalian investasi dengan nilai mendekati 1 ataupun smakin tinggi menunjukkan efektifitas perusahaan dalam mengelola aset. Pada bagian dibawah ini akan disajikan masing-masing performa perusahaan BUMN pada periode 2006-2010.


(54)

Tabel 4.1

Deskripsi Statistik PT. Perusahaan Gas Negara

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 12,37 159,49 47,28 39,54

Min 2,48 112,49 39,89 31,58

Max 21,37 216,61 55,51 47,06

Sumber : Data Penelititan

Dapat dilihat dari Tabel 4.1 bahwa pada Perusahaan Gas Negara komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER sebesar 159,49. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 60% dan ekuitas sekitar 40%.

Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Perusahaan Gas Negara menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 12,37. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak.

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik PT. Asuransi Jasa Raharja

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 18,70 61,89 26,75 62,02

Min 10,54 51,38 22,76 55,22

Max 21,53 81,10 31,60 66,07

Sumber : Data Penelititan

Dapat dilihat dari Tabel 4.2 bahwa pada PT. Asuransi Jasa Raharja menggunakan lebih banyak ekuitas dibanding hutang. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER sebesar 61,89. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 37,5% dan ekuitas sekitar 62,5%.


(55)

Komposisi ekuitas yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Asuransi Jasa Raharja menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 18,70. Maka dapat dinyatakan bahwa ekuitas yang lebih banyak dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori pecking-order yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan pendanaan dari internal (ekuitas) dibanding pendanaan dari luar perusahaan.

Tabel 4.3

Deskripsi Statistik Perum Pegadaian

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 5,95 469,25 24,26 17,69

Min 5,03 398,55 15,49 16,01

Max 6,62 524,52 32,40 20,06

Sumber : Data Penelititan

Dapat dilihat dari Tabel 4.3 bahwa pada Perum Pegadaian komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER sebesar 469,25. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 80% dan ekuitas sekitar 20%.

Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan Perum Pegadaian menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar 5,95. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan tidak dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini berbeda dengan PT. perusahaan Gas Negara yang mampu menghasilkan laba bersih lebih besar atas aktiva yang di miliki disbanding Perum Pegadaian. Hasil ini tidak sejalan dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak. Namun, nilai terendah dan tertinggi dari rasio struktur modal Perum Pegadaian terlihat dalam rentang yang tidak terlalu jauh, sama halnya


(56)

dengan tingkat pengembalian investasi. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan ini konsisten dalam penentuan struktur modalnya.

Tabel 4.4

Deskripsi Statistik PT. Krakatau Steel

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 2,88 112,96 10,13 45,65

Min -1,32 86,56 6,40 35,62

Max 6,04 180,70 14,59 53,60

Sumber : Data Penelititan

Dapat dilihat dari Tabel 4.4 bahwa pada PT. Krakatau Steel memiliki komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER sebesar 112,25. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 55% dan ekuitas sekitar 45%.

Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Krakatau Steel menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar 2,88. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang lebih banyak sekitar 55% dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hasil ini sejalan dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak. Walaupun terlihat lebih baik pengelolaan asset PT. Perusahaan Gas Negara dibanding perusahaan ini. Bahkan, pada tahun 2006 tingkat pengembalian investasi PT. Krakatau Steel sebesar -1,32, hal ini menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian pada tahun tersebut.

Tabel 4.5

Deskripsi Statistik PT. Bank Rakyat Indonesia

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 2,54 162.89 7,12 38,42

Min 2,31 126,97 3,37 34,34

Max 2,84 191,25 11,92 44,06


(57)

Dapat dilihat dari Tabel 4.5 bahwa pada PT. Bank Rakyat Indonesia komposisi hutang lebih besar dibanding ekuitas. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata DER sebesar 162,89. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 60% dan ekuitas sekitar 40%.

Komposisi hutang yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Bank Rakyat Indonesia menghasilkan tingkat pengembalian investasi rata-rata sebesar 2,54. Maka dapat dinyatakan bahwa hutang yang besar dalam pendanaan tidak dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini berbeda dengan PT. perusahaan Gas Negara yang mampu menghasilkan laba bersih lebih besar atas aktiva yang di miliki dibanding PT. Bank Rakyat Indonesia. Hasil ini tidak sejalan dengan teori trade-off yang menyatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena mengurangi pajak. Namun, hal ini dapat dimaklumi bahwa karena pada sektor perbankan memiliki 2 peran yaitu sebagai lembaga simpanan dan lembaga pinjaman, sehingga tidak memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Aset yang banyak bukan dari usaha untuk menghasilkan laba, melainkan dana tabungan dari nasabah.

Tabel 4.6

Deskripsi Statistik PT. Telekomunikasi Indonesia

Statistik ROI DER LDAR EAR

Mean 13,02 95,87 22,74 51,24

Min 11,56 76,83 21,81 48,22

Max 15,67 107,40 24,41 56,55

Sumber : Data Penelititan

Dapat dilihat dari Tabel 4.6 bahwa pada PT. Telekomunikasi Indonesia menggunakan lebih banyak ekuitas dibanding hutang. Hal ini terlihat pada nilai


(58)

rata-rata DER sebesar 95,87. Nilai ini menunjukkan bahwa komposisi hutang sekitar 47,5% dan ekuitas sekitar 52,5%.

Komposisi ekuitas yang lebih besar digunakan dalam pendanaan PT. Telekomunikasi Indonesia menghasilkan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 13,02. Maka dapat dinyatakan bahwa ekuitas yang lebih banyak dalam pendanaan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini sejalan dengan teori pecking-order yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung menggunakan pendanaan dari internal (ekuitas) dibanding pendanaan dari luar perusahaan.

4.2.2 Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas akan dideteksi melalui pendekatan grafik dan uji one-Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) test. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Gambar 4.1

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2

0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(59)

Dari pola grafik pada Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan menunjukkan indikasi mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan ini didasari oleh pendapat santoso (2000), yaitu :

a. Jika data menyebar di sekiar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka Model Regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Untuk memastikan apakah data disepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji kormogrov smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. (Situmorang :2011).

Tabel 4.7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .05188338

Most Extreme Differences

Absolute

.186

Positive .186

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z 1.020

Asymp. Sig. (2-tailed) .249

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Normalits residual diuji dengan hipotesis sebagai berikut : Ho : Residul terdistribusi normal

Hi : Residual tidak terdistribusi normal

Terima Ho bila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) > α (0.05) dan sebaliknya nilai Asymp.Sig.(2-tailed) < α (0.05) maka tolak Ho. Dari data pada Tabel 4.5 terlihat


(60)

bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0.249, yang berarti di atas nilai signifikan (0.05). Dengan demikian variabel residual berdistribusi normal.

4.2.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengetahui gejala multikolinieritas dapat ditunjukkan dengan Tolerance Value > 0,1 dan Variance Inflating Factor (VIF) < 10.

Hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8

Colliniearity Statistic (Tolerance & VIF)

Model T Sig.

Tolerance VIF

1 (Constant)

DER .142 7.025

LDAR .999 1.001

EAR .142 7.023

a Dependent Variabel: ROI

Dari Tabel 4.8 terlihat variabel independen yaitu : Long Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio dan Equity to Asset Ratio ternyata VIF kurang dari 10, dan nilai tolerance semuanya di atas angka 0,1 (Situmorang,2011). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas.


(61)

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika vrians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.2

Regression Studentized Residual

4 2 0 -2 R egressi on S tandardi zed P redi ct ed V al ue 2 1 0 -1 -2 Scatterplot

Dependent Variable: ROI

Pada Gambar 4.2 uji heteroskedastisitas terlihat titik-titik menyebar secara acar, dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk prediksi pengaruh struktur modal berdasarkan masukan dari variabel independennya (Santoso).

Pengujian heteroskedstisitas juga dilakukan dengan menggunakan metode gleyser, yaitu dengan meregresikan nilai mutlak unstandardize residual dengan


(62)

variabel-variabel independennya. Jika tidak terdapat varibel yang signifikan (> 0.05) maka disimpulkan bahwa model regresi bebas dari gejala heteroskedastisitas (Gujarati, 1995).

Tabel 4.9 Uji Glejser

Model Sig.

Std. Error

1 (Constant) .051

DER .053

LDAR .063

EAR .078

a Dependent Variabel: absut

Hasil pengujian pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak satupun variabel bebas yang memiliki signifikansi yang lebih kecil dari 0.05. hal ini berarti bahwa model regresi tidak memilki gejala adanya heteroskedastisitas.

4.2.5 Uji Autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung Durbin Watson. Jika nilai Durbin Watsonnya mendekati 2, maka tidak terdapat masalah autokorelasi. Bila nilai mendekati 0 terindikasi autokorelasi positif, sedangkan nilai mendekati 4 terindikasi autokorelasi negatif. (Feilmayr,2000)

Tabel 4.10 Durbin-watson

Model

Durbin-Watson

1 1.522

a Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER

Dari Tabel 4.10 diperoleh DW hitung sebesar 1.7582, maka dinyatakan tidak terdapat masalah autokorelasi.


(63)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Koefisien Determinan (Adjusted R Square) Tabel 4.11 Koefisien Determinan

a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER

b. Dependent Variabel: ROI

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 4.11, besarnya koefisien determinan yaitu Adjusted R Square antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 0.550. Hal ini menunjukkan bahwa vaiabel DER, LDAR dan EAR dapat menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi sebesar 55 %, sedangkan sisanya 45% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Misalnya Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm to Equity Ratio (LDER).

Nilai R sebesar 0.772 menunjukkan bahwa hubungan variabel independen yaitu DER, LDAR dan EAR terhadap tingkat pengembalian investasi sebesar 77.2%. Artinya hubungan erat antara variabel independen dengan dependen. Semakin besar R maka hubungan semakin erat.

Model R R Square Adjusted R Square 1


(1)

Indonesia 2007 126.97% 8.94% 44.06% 2.37%

2008 189.76% 6.65% 34.51% 2.43%

2009 191.25% 4.74% 34.34% 2.31%

2010 166.36% 3.37% 37.54% 2.84%

PT. Telekomunikasi Indonesia

2006 107.24% 24.41% 48.25% 14.65%

2007 90.60% 22.34% 52.47% 15.67%

2008 107.40% 22.20% 48.22% 11.64%

2009 97.26% 21.81% 50.69% 11.59%

2010 76.83% 22.93% 56.55% 11.56%

Statistik Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)

Statistik TAHUN

2010 2009 2008 2007 2006

Mean 0.1332 0.1101 0.0598 0.0897 0.0926

Std. Error of Mean 0.0474 0.0359 0.0170 0.0307 0.0329

Median 0.0880 0.0830 0.0441 0.0608 0.0957

Mode 0.0284 0.0231 0.0243 0.0237 -0.0132

Std. Deviation 0.1161 0.0881 0.0416 0.0752 0.0806

Variance 0.0140 0.0080 0.0020 0.0060 0.0061

Minimum 0.0284 0.0231 0.0243 0.0237 -0.0132

Maximum 0.3344 0.2173 0.1164 0.2079 0.2039

Sumber : Output spss yang diolah kembali Statistik Debt to Equity Ratio (DER)

Statistik TAHUN

2010 2009 2008 2007 2006

Mean 1.6874 1.8683 2.0495 1.6475 1.6834

Std. Error of Mean 0.7106 0.6964 0.5412 0.5099 0.5843

Median 0.9952 1.2144 1.8523 1.2271 1.2533


(2)

Std. Deviation 1.7405 1.7057 1.3258 1.2491 1.4312

Variance 3.0290 2.9100 1.7580 1.5600 2.0480

Minimum 0.5488 0.6504 0.8110 0.5136 0.5707

Maximum 5.1535 5.2452 4.5412 3.9855 4.5373

Sumber : Output spss yang diolah kembali

Statistik Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR)

Statistik TAHUN

2010 2009 2008 2007 2006

Mean 0.1894 0.2106 0.2424 0.2462 0.2638

Std. Error of Mean 0.0544 0.0578 0.0731 0.0575 0.0556

Median 0.1921 0.2187 0.2160 0.2255 0.2489

Mode 0.0337 0.0474 0.0665 0.0894 0.1192

Std. Deviation 0.1333 0.1416 0.1791 0.1408 0.1362

Variance 0.0180 0.0200 0.0320 0.0200 0.0190

Minimum 0.0337 0.0474 0.0665 0.0894 0.1192

Maximum 0.3989 0.4242 0.5551 0.4899 0.4959

Sumber : Output spss yang diolah kembali Statistik Equity to Asset Ratio (EAR)

Statistik TAHUN

2010 2009 2008 2007 2006

Mean 0.4593 0.4199 0.3720 0.4358 0.4342

Std. Error of Mean 0.0700 0.0626 0.0533 0.0646 0.0606

Median 0.5033 0.4516 0.3507 0.4492 0.4457

Mode 0.1625 0.1601 0.1805 0.2006 0.1806

Std. Deviation 0.1715 0.1534 0.1307 0.1584 0.1483

Variance 0.0290 0.0240 0.0170 0.0250 0.0220


(3)

Maximum 0.6457 0.6059 0.5522 0.6607 0.6367 Sumber : Output spss yang diolah kembali

Uji Normalitas

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4

0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: ROI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .05188338

Most Extreme Differences

Absolute

.186

Positive .186

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z 1.020

Asymp. Sig. (2-tailed) .249

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(4)

Uji Multikolinieritas

Colliniearity Statistic (Tolerance & VIF)

Mod el

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed

Coefficien

ts T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Toleran

ce VIF B

Std. Error 1 (Constant

) -.362 .113 -3.205 .004

DER .048 .019 .819 2.481 .020 .142 7.025

LDAR .265 .073 .451 3.620 .001 .999 1.001

EAR .737 .186 1.310 3.968 .001 .142 7.023

a Dependent Variabel: ROI

Regression Studentized Residual

4 2

0 -2

R

egressi

on

S

tandardi

zed

P

redi

ct

ed

V

al

ue

2

1

0

-1

-2

Scatterplot


(5)

Uji Heterokedastisitas

Uji Glejser

Model

Unstandardize d Coefficients

Standardiz ed

Coefficien

ts t Sig.

B

Std. Err

or Beta B Std. Error

1 (Constant)

.146 .07

1 2.042 .051

DER

-.026 .01

2 -.943 -2.157 .053

LDAR

.114 .04

6 .408 2.472 .063

EAR

-.216 .11

7 -.804 -1.838 .078

Durbin-watson

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .772(a) .597 .550 .0547950 1.522

a Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER

Koefisien Determinan

a. Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER b. Dependent Variabel: ROI

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


(6)

Uji Pengaruh Serempak (Uji F)

Model

Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression .115 3 .038 12.816 .000(a)

Residual .078 26 .003

Total .194 29

a Predictors: (Constant), EAR, LDAR, DER b Dependent Variabel: ROI

Uji Pengaruh Parsial (Uji t)

a Dependent Variabel: ROI Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta B

Std. Error

1 (Constant

) -.362 .113 -3.205 .004

DER .048 .019 .819 2.481 .020

LDAR .265 .073 .451 3.620 .001


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Modal Sendiri pada Industri Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012

0 64 93

Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Modal Sendiri (Studi Kasus Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 37 97

Analisis Rasio Struktur Modal Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) 14.227.318 Payabungan

0 30 81

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) Pada Perusahaan Sub Sektor Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014

0 12 1

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Pada PT. Pegadaian (Persero) Bandung

5 24 160

Pengaruh Tingkat Pengembalian Investasi dan Tingkat Pengembalian Modal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ45 yang Listing di BEI

0 9 58

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan dalam Industri Semen yang Terdaftar pada BEI Periode 2008-2012

0 6 52

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012.

0 3 15

Analisis Struktur Modal yang Optimal untuk Memaksimalkan Nilai Perusahaan pada PT Multi Husada Farma.

0 0 19

ANALISIS BIAYA MODAL TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN INVESTASI PADA PT. HARIMUGABE JAYA

0 0 7