Hasil dan Analisis Pengujian Padatan

4.3 Hasil dan Analisis Pengujian Padatan

Penentuan Padatan ini mengacu pada AOAC 1995 didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Sampel aspal emulsi ditimbang kedalam beaker glass yang terlebih dahulu diketahui berat kosongnya kemudian di panaskan pada 105 o C sampai airnya benar-benar hilang lalu didingankan dalam desikator dan ditimbang, dan padatan merupakan kelanjutan dari penentuan kadar air. Berikut ini contoh perhitungan kadar air dan padatan dari aspal emulsi dengan variasi perbandingan bb dalam 100 gram : 55:35:10; 60:30:10; 65:25:10; 70:20:10; 75:15:10 dengan menggunkan emulsifier Tween 80, Polivinil Alkohol dan Dietanolamida. Kadar air = 100 x a b c b − − Kadar air = 100 02 . 108 02 . 208 9 . 172 02 . 208 x − − Kadar air = 35.12 Jumlah Padatan = 100 – Kadar Air = 100 – 35.12 = 64.88 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Penentuan Padatan Variasi perbandingan Aspal : Air : Surfaktan Variasi Perbandingan a b c Kadar Air Padatan gr gr gr gr Aspal : Air : Tween 80 55 : 35 : 10 60 : 30 : 10 65 : 25 : 10 70 : 20 : 10 75 : 15 : 10 108.02 97.36 122.61 127.96 105.92 208.02 197.26 222.61 227.96 205.92 172.9 167.0 197.1 206.6 190.6 35.12 30.26 25.51 21.36 15.32 64.88 69.74 74.49 78.64 84.68 Aspal : Air : PVA 55 : 35 : 10 60 : 30 : 10 65 : 25 : 10 70 : 20 : 10 75 : 15 : 10 127.96 108.02 105.92 122.61 107.26 227.96 208.02 205.92 222.61 207.26 192.93 177.92 180.51 202.1 192.14 35.03 30.10 25.41 20.51 15.12 64.97 69.90 74.59 79.49 84.88 Aspal : Air: DEA 55 : 35 : 10 60 : 30 : 10 65 : 25 : 10 70 : 20 : 10 75 : 15 : 10 108.92 122.78 110.82 112.17 115.47 208.92 222.78 210.82 212.17 215.47 172.8 191.73 184.73 189.69 199.3 36.12 31.05 26.09 22.48 16.17 63.88 68.95 73.91 77.52 83.83 Gambar 4.4 Grafik padatan Variasi perbandingan Aspal : Air : Surfaktan Universitas Sumatera Utara Pada tabel 4.5 memperlihatkan bahwa jumlah padatan yang diperoleh dari variasi perbandingan dengan menggunakan surfaktan tween 80, Polivinil Alkohol dan Dietanolamida adalah tidak terlalu ada perbedaan yang besar dan signifikan diantara semua variasi perbandingan, Penentuan padatan ini merupakan kelanjutan dari penentuan kadar air dimana kadar air diuji dengan cara memanaskan sampel aspal emulsi untuk menghilangkan kadar airnya sehingga dapat dihitung berapa kadar air yang hilang setelah itu jumlah padatan dapat dihitung dengan cara mengurangkannya dengan kadar air yang diperoleh. Pada penentuan padatan ini, jumlah padatan yang diperoleh dengan penambahan Surfaktan Tween 80 maksimum adalah 84.68 dan minimum 64.88 , Polivinil Alkohol PVA maksimum 84.88 dan minimum 64.97 pada Dietanolamida DEA maksimum 83.83 dan minimum 63.88 . Dari variasi perbandingan yang berbeda dan menggunakan surfaktan yang berbeda diperoleh hasil yg tidak signifikan dan tidak terlalu ada perbedaan yang jauh dan tidak melebihi 1.1 pada setiap Variasi perbandingan ini terlihat jelas dalam grafik 4.3 . Hal ini disebabkan bahwa Molekul-molekul aspal memiliki ikatan dan berikatan secara kimia satu dengan yang lainnya. Ikatan ini sangat lemah dan sangat dipengaruhi oleh panas. Ikatan ini akan putus pada saat aspal dipanaskan sehingga aspal akan mencair. Ikatan ini akan segera terbentuk kembali dengan struktur yang berbeda apabila aspal tersebut telah dingin. Putus dan terbentuknya kembali ikatan kimia inilah yang memberikan sifat viskoelastis pada aspal. Karena struktur molekulnya yang kompleks dan susunan kimianya yang selalu berubah menyebabkan sulitnya memprediksi kinerja dan sifat- sifat fisik aspal berdasarkan analisa kimianya seperti dalam penentuan jumlah padatan aspal dan uji lainnya. Universitas Sumatera Utara

4.4 Hasil dan Analisis Dengan Spektroskopi FT- IR