juga ditunjukkan pada bilangan gelombang 1591.27 cm
-1
menandakan adanya ikatan C=C alkena.
4. Analisis Spektrum FT-IR Aspal : Air : Dietanolamida 75:35:15
Spektrum pencampuran Aspal : Air : Dietanolamida 75:35:15 ini tercantum pada Lampiran 8 Gambar tersebut menunjukkan adanya serapan melebar dengan
intensitas lemah pada bilangan gelombang 3331.07-3408.2 cm
-1
yang menunjukkan adanya gugus O=H dan pada serapan melebar dan intensitas yang rendah
menunjukkan adanya gugus 1165 cm
-1
C-N dan vibrasi gugus C=O dari Metil Ester Asam Lemak muncul pada bilangan gelombang 1635,64 cm
-1
. Bilangan gelombang 2958.80 cm
-1
menandakan adanya vibrasi regangan simetris C-H alifatis dan yang didukung pemunculan C-H yang terlihat dari serapan melebar dengan intensitas rendah
pada bilangan gelombang 1463.97 cm
-1
. Ikatan C-O terlihat dari serapan melebar dan intensitas lemah pada bilangan gelombang 1029.99 cm
-1
. Dan serapan melebar dan intensitas lemah juga ditunjukkan pada bilangan gelombang 1587.42 cm
-1
menandakan adanya ikatan C=C alkena. Dan serapan melebar dan intensitas lemah juga ditunjukkan
pada bilangan gelombang 2877.79 cm
-1
didukung adanya peak dengan intensitas lemah pada bilangan gelombang 731.02
cm
-1
menandakan adanya ikatan CH
2
alifatis.
4.5 Hasil dan Analisis Pengujian Dengan SEM
Pengujian dengan SEM dilakukan untuk menganalisis struktur permukaan dari sampel sehingga dapat dibandingkan perubahan struktur permukaan pada campuran
aspal sebelum dan sesudah penambahan emulsifier dan air. Telah dilakukan pengujian SEM ini terhadap empat sampel yaitu : aspal,
campuran aspal dengan Surfaktan Tween 80 dan air 75:15:10, campuran aspal dengan Polivinil alkohol, air 75:15:10 dan campuran aspal dengan dietanol amida
dan air 75:15:10 dan keempat jenis sampel yang diujikan tersebut dianalisis dengan
Universitas Sumatera Utara
ukuran perbesaran 500 kali yang hasilnya masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8 berikut :
Gambar 4.5 Foto SEM Aspal dengan Perbesaran 500 kali.
Pada Gambar 4.4 tersebut terlihat morfologi dari aspal dimana terlihat bahwa permukaan aspal mempunyai kerapatan yang cukup baik tetapi masih terlihat jelas
adanya pori-pori yang terbentuk di permukaannya. Bila dibandingkan dengan Gambar 4.6 hasil foto SEM terhadap permukaan
campuran aspal dengan variasi surfaktan Tween 80 dan Air 75:15:10 memperlihatkan hasil morfologi yang sangat berbeda. Dimana terlihat bahwa untuk
morfologinya memperlihatkan perbedaan yang signifikan setelah penambahan bahan surfaktan dan air.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Foto SEM Campuran Aspal dengan Tween 80 dan Air dengan Perbesaran 500 kali.
Hasil morfologi pada Gambar 4.6 tersebut diketahui bahwa pencampuran antara aspal, surfaktan, dan air menunjukkan terjadinya ikatan-ikatan yang terbentuk
dalam campuran tersebut. Dan terlihat dengan jelas terjadinya ikatan antara aspal surfaktan dan air ini ditandai dengan permukaannya terlihat jauh lebih keras dan padat
setelah penambahan variasi surfaktan dan air bila dibandingkan dengan hasil SEM aspal murni. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara aspal dengan surfaktan dan air
membuat aspal lebih padat dan ini terlihat dari pori-pori yang terbentuk cukup kecil. Dengan demikian jelas diketahui bahwa morfologi pada campuran aspal dengan
penambahan variasi surfaktan dan air 75:15:10 menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan campuran aspal murni.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Foto SEM Campuran Aspal dengan PVA dan Air dengan Perbesaran 500 kali.
Selanjutnya jika dibandingkan dengan morfologi campuran aspal dengan variasi Polivinil Alkohol dan air 75:15:10 yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 terlihat
menunjukkan struktur permukaan yang lebih rapat dan pori-pori yang terbentuk pun lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan surfaktan polivinil
dengan aspal memperlihatkan ikatan yang lebih bagus ini terlihat dari permukaannya telah berikatan dengan surfaktan polivinil alkohol meskipun terlihat polivinil yang
berwarna putih masih ada yang belum bercampur seluruhnya dengan aspal. Hal ini dipengaruhi polivinil Alkohol merupakan pengemulsi dan perekat yang baik dan
polivinil alkohol dapat dan dapat meningkatkan kekuatan tarik dan fleksibilitas. Penambahan surfaktan polivinil alkohol ini memperlihatkan perubahan yang signifikan
bila dibandingkan dengan morfologi aspal murni, dan telah terjadi ikatan antara aspal, surfaktan dan air yang megakibatkan permukaananya lebih padat.
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar 4.8 Foto SEM Campuran aspal dengan Surfaktan alam Dietanolamida dan air menunjukkan morfologi yang sangat jauh berbeda dibandingkan
dengan morfologi penambahan surfaktan tween 80 dan polivinil alkohol. Pada gambar tersebut menunjukkan pernukaan dari variasi campuran aspal, surfaktan dietanolamida
dan air 75:15:10 memperlihatkan morfologi yang kurang bagus ini ditandai dengan pori-pori yang terbentuk pada permukaan sangat banyak dan terlihat jelas
pencampurannya kurang homogen. Hal ini mungkin disebabakan dengan penambahan surfaktan alam dietanolamida tidak menghasilkan ikatan yang sempurna dan bisa juga
dipengaruhi dari surfaktannya sendiri, dimana surfaktan alam ini tidak dapat menyatukan dua senyawa yang berbeda polaritasnya, sehingga mengasilkan
permukaan yang kurang homogen dan banyak terdapat pori-pori pada permukaannya. ini terlihat jelas dalam gambar 4.8.
Gambar 4.8 Foto SEM Campuran Aspal dengan Dietanolamida dan Air dengan Perbesaran 500 kali
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN