Pengaruh variasi genetika promoter osteopontin T-443C terhadap ketebalan intima media arteri karotis

12.3.8 Pengaruh variasi genetika promoter osteopontin T-443C terhadap ketebalan intima media arteri karotis

Osteopontin merupakan protein yang memediasi berbagai macam fungsi biologis dan memiliki peranan dalam patogenesis beberapa penyakit seperti kanker, aterosklerosis dan inflamasi kronis (Susan et al., 2009). OPN terekspresi di sel otot polos endotel angiogenik dan makrofag pada lesi aterosklerosis. OPN memodulasi proliferasi, migrasi dan akumulasi sel otot polos dan endotel yang terlibat dalam proses repair dan remodelling vaskulatur.

Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ...

OPN juga berperan penting dalam pengaturan deposisi mineral arteri pada kondisi injury dan penyakit vaskular. OPN memiliki efek antipengerasan (antikalsifikasi) pembuluh darah dan mampu meningkatkan reposisi mineral (Singh et al., 2007). Hal ini menunjukkan bahwa adanya ekspresi OPN pada plak aterosklerosis dapat menjadi penanda terhadap tingkat keparahan aterosklerosis serta pengerasan (kalsifikasi) yang terjadi (Sase et al., 2012).

Tingginya konsentrasi osteoprotegerin (OPG) dan osteopontin (OPN) menunjukkan besarnya potensi plak aterosklerosis menjadi plak yang tidak stabil (Golledge et al., 2004; Huang et al., 2001; Sase et al., 2012). Kedua protein tersebut berhubungan dengan dekalsifikasi arteri, proses yang menyebabkan terjadinya ruptur plak aterosklerosis (Huang et al., 2001; Sase et al., 2012).

Variasi genetika yang diteliti pada penelitian ini adalah adanya Single Nucleotide Polymorphism (SNP) pada basa ke -443 berupa substitusi basa timin menjadi sitosin. Variasi genetika promoter Osteopontin T-443C merupakan salah satu faktor genetika yang diduga memiliki hubungan dengan ketebalan intima media arteri karotis (Yueniwati Y., 2014).

Basa ke -443 ini adalah situs promoter yang merupakan bagian dari DNA tempat dimulainya transkripsi. Transkripsi terjadi ketika sekuen promoter berikatan dengan RNA Polymerase II. Variasi genetika T-443C menyebabkan terjadinya penempelan faktor yang tidak diketahui pada sekuen promoter yang menyebabkan terjadinya overekspresi OPN (Giacopelli et al., 2004). Masih dalam penelitian yang sama, Giacopelli menduga bahwa faktor transkripsi yang menempel pada sekuen promoter OPN ini MYT1 dengan motif zinc finger yang banyak terlibat dalam proses neurogenesis. Zinc finger merupakan salah satu motif yang memediasi pengikatan protein regulator terhadap DNA. Dengan demikian, protein regulator dapat berikatan secara spesifik dengan afinitas tinggi yang dapat meningkatkan aktivitas transkripsi (Murray et al., 2003).

Bab 12 – Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Variasi Genetika

Pada beberapa penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa variasi genetika promoter osteopontin T-443C memiliki hubungan yang signifikan dengan ketebalan intima media arteri karotis. Penelitian yang dilakukan oleh Brenner et al. pada tahun 2006 menyatakan bahwa pasien dengan genotipe T pada basa ke -443 memiliki rata-rata CCA-IMT lebih rendah daripada pasien dengan alel C dan diketahui bahwa alel -443C memiliki efek yang signifikan terhadap peningkatan IMT. Uji yang digunakan adalah analisis multivariate dan ditemukan terdapat hubungan yang kuat antara alel OPN -443C dengan peningkatan ketebalan carotid intima media (p < 0,001). Penebalan intima media arteri karotis ini terbukti memiliki hubungan dengan peningkatan faktor risiko stroke iskemia (Brenner et al., 2006). Selain itu, ketebalan intima media arteri karotis juga meningkat pada anak dengan orang tua yang memiliki riwayat infark myokard yang dapat dideteksi pada usia 5-12 tahun (Barra, 2009).

Overekspresi OPN tidak hanya berhubungan dengan terjadinya penebalan intima media arteri karotis saja. Namun, ada kondisi lain yang juga ditandai oleh overekspresi OPN. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chiocetti, 2004 dijelaskan bahwa variasi genetika OPN juga berhubungan dengan penyakit lupus erythematosis, multiple sclerosis, urolithiasis, dan primary biliary cirrhosis. Selain itu, peningkatan ekskresi OPN juga terjadi pada kondisi obesitas, kanker ovarium, payudara, prostat, paru dan pankreas (Sase, 2012). Overekspresi OPN juga ditemukan pada beberapa kondisi seperti arthritis kronis, infark myokard, fibrosis intersisial pada ginjal akibat obstruksi uropati, dan pada proses penyembuhan luka (Giacopelliet al., 2004). Overekspresi OPN ini juga dapat menjadi prediktor risiko terjadinya aterosklerosis pada pasien dengan hipertensi esensial (Kurata, 2006).

Selain dipengaruhi oleh faktor genetika, ketebalan intima- media arteri karotis juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti umur, kadar kolesterol, tekanan darah serta riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular lain yang pernah diderita. Dengan demikian, perlu dilakukan uji korelasi antara confounding factor tersebut dengan ketebalan intima media arteri karotis. Peningkatan

Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ...

ketebalan intima media arteri karotis juga ditemukan pada anak serta orang dewasa muda usia 5-30 tahun dengan riwayat orang tua penderita infark miokard (Cuomo, 2002).

Berdasarkan hasil uji analisis statistik, tidak ada korelasi antara indeks massa tubuh, kadar glukosa darah, kolesterol total, tekanan darah sistolik dan diastolik dengan ketebalan intima- media arteri karotis. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan pengaruh faktor genetika terhadap peningkatan ketebalan intima media arteri karotis (Yueniwati Y., 2014).

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor genetika dengan ketebalan intima media arteri karotis maka perlu dilakukan uji lebih lanjut. Sebelumnya, perlu dilakukan uji komparasi ketebalan intima media arteri karotis kelompok kasus dan kontrol yang hasilnya tidak ada perbedaan ketebalan intima media arteri karotis yang signifikan antara anak populasi Jawa dengan orang tua stroke iskemia dengan anak populasi Jawa dengan orang tua sehat (Yueniwati Y., 2014).

Selanjutnya, dilakukan analisis deskriptif keberadaan variasi genetika promoter osteopontin T-443C pada masing-masing kelompok sampel. Hasilnya, 4 dari 6 sampel yang mengalami mutasi adalah sampel kasus (anak populasi Jawa dengan orang tua stroke iskemia). Sementara itu, 2 sampel lain yang juga mengalami mutasi merupakan sampel kelompok kontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lain selain peningkatan ketebalan intima- media arteri karotis yang juga ditandai dengan terjadinya variasi genetika promoter osteopontin T-443C, antara lain riwayat infark miokard pada orang tua, obesitas, dan kanker (Yueniwati Y., 2014).

Berikutnya adalah uji hipotesis kedua yang menyatakan ada hubungan antara variasi genetika promoter osteopontin T-443C pada anak populasi Jawa dengan orang tua stroke iskemia terhadap penebalan intima media arteri karotis. Hasilnya, tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata ketebalan intima media arteri karotis antara kelompok mutasi dan non mutasi. Uji ini dilanjutkan untuk mengetahui kekuatan hubungannya. Hasilnya, variasi genetika

Bab 12 – Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Variasi Genetika

T-443C tidak bermakna sebagai faktor risiko terjadinya penebalan intima media arteri karotis (Yueniwati Y., 2014).

Selain itu, hasil analisis antara profil lipid, indeks massa tubuh dan kadar glukosa puasa terhadap ketebalan intima media arteri karotis yang menyatakan bahwa ketiga faktor tersebut tidak bermakna sebagai faktor risiko terjadinya penebalan intima media arteri karotis. Hal ini berlawanan dengan teori yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara variasi genetika T-443C dengan penebalan intima media arteri karotis. Meskipun demikian, berdasarkan hasil analisis deskriptif, terdapat kecenderungan penebalan intima media arteri karotis pada sampel kasus (anak populasi Jawa dengan orang tua stroke iskemia) yang mengalami variasi genetika promoter osteopontin T-443C, meskipun tidak bermakna secara statistik (Yueniwati Y., 2014).

Kelemahan utama yang dapat menjadi faktor penyebab ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesa yang telah diajukan adalah jumlah sampel yang kurang representatif sehingga analisis statistik yang dilakukan juga kurang kuat. Selain itu, beberapa hasil sekuensing yang didapatkan tidak sesuai dengan ukuran basa yang diinginkan sehingga ada beberapa sampel yang lokasi mutasinya tidak dapat dilihat. Akibatnya, tidak dapat ditentukan apakah sampel tersebut mengalami mutasi atau tidak. Kemudian perbedaan mutasi yang terjadi antara sampel forward dan reverse juga menjadi salah satu faktor yang melemahkan penelitian ini. Mutasi yang tidak sama antara forward dan reverse tidak dapat dinyatakan sebagai mutasi karena tidak valid. Perbedaan mutasi ini disebabkan oleh jumlah pasang basa yang berbeda antara forward dan reverse sehingga cakupan lokasi yang dapat dianalisa pun terbatas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penempelan primer terhadap DNA template yang kurang sempurna pada saat dilakukan sekuensing (Yueniwati Y., 2014).

Namun, ketidaksesuaian ini dapat menjadi peluang dilaku- kannya penelitian terhadap variabel lain yang juga dipengaruhi oleh variasi genetika promoter osteopontin T-443C, misalnya penyakit kanker. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., 2013 ditemukan bahwa kombinasi polimorfisme promoter

Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ...

osteopontin SNP -443 (T/C atau C/C) dan SNP -616 (T/T atau T/G) memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan gastric cancer (OR = 3,95; 95% CI: 1.58-9,90). Artinya, polimorfisme tersebut bermakna sebagai faktor risiko terjadinya gastric cancer. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa survival rate pasien gastric cancer dengan alel C pada promoter osteopontin -443 jauh lebih rendah daripada pasien dengan alel T. Ada perbedaan aktivitas promoter osteopontin yang signifikan antara pasien dengan gastric cancer stage IV dan stage II dengan nilai p = 0,013 (Fujun et al., 2012).

Selain di daerah basa -443, variasi genetika pada basa ke -156 dan -66 juga dilaporkan dapat meningkatkan ketebalan intima media arteri karotis secara signifikan. Mutasi yang terjadi pada basa ke -156 adalah insersi satu basa guanin, sedangkan pada basa ke -66 adalah substitusi basa timin oleh guanin (Yueniwati Y., 2014).