Prognosis stroke

1.7 Prognosis stroke

Sangat penting membedakan antara prognosis dan kesembuhan alami (natural history) karena keduanya sangat berbeda. Kesembuhan alami merujuk pada perkembangan penyakit dari awitan dan tidak diobati, sedangkan prognosis merujuk pada kemungkinan hasil yang didapatkan dari peng- obatan yang diberikan setelah diagnosis pada pasien ditetapkan. Biasanya meskipun tidak selalu, prognosis lebih baik dibandingkan dengan kesembuhan alamiah. Pada kenyataannya, seseorang yang menderita stroke tidak mendapatkan kesembuhan alamiah (secara harfiah) karena biasanya pada negara sedang berkembang, pasien yang telah didiagnosis dengan stroke akan mendapatkan

Bab 1 – Selingkup Penyakit Stroke Bab 1 – Selingkup Penyakit Stroke

Secara umum, perbaikan stroke digambarkan sebagai berikut: • 10% penderita stroke mengalami pemulihan hampir sempurna

• 25% pulih dengan kelemahan minimum • 40% mengalami pemulihan sedang sampai berat • 10% tidak membutuhkan perawatan khusus, tapi dirawat oleh

perawat pribadi di rumah • 15% lainnya meninggal setelah stroke. (Chamoro A. et al., 2007; American Thoracic Society, 2001).

Terdapat dua tipe perbaikan stroke yang mempengaruhi perilaku aktifitas kehidupan sehari-hari yaitu tingkat defisit neurologis dan tingkat fungsional. Perbaikan neurologis merujuk adanya peningkatan hubungan spesifik antara stroke dengan defisit neurologis seperti defisit motorik, sensorik, visual atau bahasa. Perbaikan fungsional merujuk adanya peningkatan pada aktifitas perawatan diri sendiri dan mobilitas yang dapat terjadi sebagai konsekuensi dari perbaikan neurologis. Perbaikan paling sering melibatkan beberapa kombinasi dari peningkatan neurologis dan fungsional (Dongoran R.A, 2007).

Pengelolaan stroke meliputi akut, rehabilitasi aktif, dan adaptasi terhadap lingkungan/sosialisasi. Pada fase akut, pasien stroke menjalani penanganan medikamentosa yang intensif, pengendalian tekanan darah, gula darah dan rehabilitasi pasif. Setelah fase akut terlewati, baru pasien ditangani rehabilitasi aktif, di samping itu beradaptasi dengan lingkungannya (Aduen J.F. et al., 2005).

Adanya pengurangan defisit neurologis pada pasien stroke terjadi karena (1) hilangnya edema serebri, (2) perbaikan sel saraf yang rusak, (3) adanya kolateral, dan (4) ”retraining” (plastisitas otak) (Dongoran R.A, 2007).

Perbaikan fungsi motorik pada pasien stroke berhubungan dengan beratnya defisit motorik saat serangan stroke akut (Aduen J.F. et al., 2005). Pasien dengan defisit motorik ringan akan lebih

28 Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ...

banyak kemungkinan untuk mengalami perbaikan dibandingkan dengan defisit motorik yang berat (Langdon P.C. et al., 2009).

Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa perbaikan status fungsional tampak nyata pada 3 bulan pertama dan mencapai tingkat maksimal dalam 6 bulan post stroke. Duncan P.W., (1993) dalam penelitiannya melaporkan bahwa perbaikan fungsi motorik dan defisit neurologis terjadi paling cepat dalam 30 hari pertama setelah stroke iskemia dan menetap setelah 3-6 bulan, walaupun selanjutnya perbaikan masih mungkin terjadi (Danes C. et al., 2002). Sementara itu, peneliti lain mendapatkan 50% pasien mengalami perbaikan fungsional paling cepat dalam 2 minggu pertama (Tong X. et al., 2007).

Tabel 1.7  Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dan jeleknya outcome sesudah stroke

Gambaran demografis

• Peningkatan umur

Gambaran klinis Umum

Neurologis

- Atrial fibrilasi - Penurunan tingkat kesadaran - Gagal jantung

- Gangguan motorik berat - Serangan jantung iskemia

- Gangguan proprioseptif - Diabetes mellitus

- Disfungsi visuospasial - Panas

- Gangguan kognitif - Inkontinensia urine

- Total anterior circulation syndrome - Riwayat stroke

- Rendahnya skala ADL sebelumnya

Pemeriksaan sederhana Pemeriksaan canggih (CT / MRI)

- Hiperglikemia - Lesi yang besar - Tingginya hematokrit

- Adanya efek massa - Abnormalitas EKG

- Darah intraventrikular - Hidrocephalus

Sumber: Danes C. et al., 2002

Bab 1 – Selingkup Penyakit Stroke

Rangkuman

1. Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak kedua

di dunia dan merupakan penyebab kecacatan utama pada usia produktif.

2. Usia rata-rata penderita stroke di Indonesia adalah 58,8 tahun. Insiden stroke meningkat sesuai dengan pertambahan usia dan risiko terjadinya stroke meningkat dua kali setiap dekade setelah usia 55 tahun.

3. Menurut Misbach (1999), stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan atas patologi anatomi (lesi), stadium, dan lokasi (sistem pembuluh darah).

4. Beberapa gejala atau tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis, ganguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang kesemuanya terjadi secara mendadak.

5. Menurut Janssen (2010) dan Baldwin (2010) faktor risiko

stroke dibagi menjadi dua kelompok yaitu nonmodifiable risk factors (faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi) dan modifiable risk factors (faktor risiko yang dapat dimodifikasi).

6. Stroke akan mengakibatkan beberapa efek antara lain: • 80% penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai, • 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat, • 70% menderita depresi, dan • 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, mem-

bedakan kanan dan kiri. • Terjadinya dampak sosial • Juga menimbulkan permasalah di bidang sosial dan

ekonomi.

30 Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pemeriksaan Ultrasonografi ...

7. National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan pengukuran kuantitatif defisit neurologis berkaitan dengan stroke yang dapat memprediksi outcome stroke jangka panjang. Outcome stroke jangka panjang terdiri dari 12 jenis pertanyaan (tingkat kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria, dan ekstensi/ inattentian).

8. Sangat penting membedakan antara prognosis dan kesembuhan alami (natural history) karena keduanya sangat berbeda. Kesembuhan alami merujuk pada perkembangan penyakit dari awitan dan tidak diobati, sedangkan prognosis merujuk pada kemungkinan hasil yang didapatkan dari pengobatan yang diberikan setelah diagnosis pada pasien ditetapkan. Biasanya meskipun tidak selalu, prognosis lebih baik dibandingkan dengan kesembuhan alamiah.

Bab 1 – Selingkup Penyakit Stroke

Bab 2

Memahami Stroke Iskemia