50
2.17.1 Permodelan Hidrolik
Kemampuan permodelan hidrolik EPANET adalah sebagai berikut : a.   Jaringan seluas mungkin, tanpa batasan-batasan tertentu,
b. Menghitung friction headloss,  dengan  menggunakan  persamaan Hazen- Williams, Darcy-Weisbach atau Chezzy-Manning,
c.   Menghitung minor losses untuk bend, fitting, dll, d.   Menghitung biaya dan energi pompa,
e.   Memodelkan berbagai jenis valve, f.   Memungkinkan tangki penampungan dengan segala bentuk,
g.   Memperhitungkan berbagai kategori demand pada setiap node dengan pattern dan variasi waktu masing-masing,
h.   Memodelkan berbagai emitter, i.   Dapat beroperasi pada sistem yang kompleks dengan berbagai batasan.
2.17.2 Langkah-Langkah Menggunakan Program EPANET 2.0
Langkah-langkah untuk mulai bekerja menggunakan EPANET 2.0 adalah sebagai berikut:
1. Gambarkan jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa, atau import data dasar
dari jaringan yang tersimpan dalam text file.
51
Gambar 2.11 Jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa
2. Edit properties dari objek yang membentuk sistem.
3. Gambarkan sistem operasi.
4. Pilih dan atur analysis option.
Gambar 2.12 Properties editor hydraulic option pada Epanet 2.0
5. Run analysis hidrolik. 6. Lihat hasil analisis.
52
2.17.3. Model Jaringan EPANET 2.0
Komponen-komponen fisik EPANET memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang
menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan katup kontrol. Node menggambarkan    sambungan, tangki,  dan  reservoir. Gambar    2.12
mengilustrasikan    bagaimana node-node
dan    garis    dapat    dihubungkan    satu dengan lainnya untuk membentuk jaringan, seperti terlihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.13 Hubungan antar komponen fisik dalam EPANET 2.0
Komponen-komponen  fisik  dalam pemodelan sistem distribusi air dengan EPANET antara lain :
1. Sambungan junction Sambungan junction adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu dan
dimana air memasuki  atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang dibutuhkan bagi sambungan junction adalah:
 Elevasi pada semua referensi biasanya rata-rata muka air laut,  Kebutuhan air,
 Kualitas air saat ini.
53 Hasil  komputasi  buat  sambungan  junction  pada  seluruh  periode  waktu
simulasi adalah :  Head Hidrolis energi internal per satuan berat dari fluida,
 Tekanan pressure,  Kualitas Air.
Sambungan junction juga dapat :  Mengandung kebutuhan air demand yang bervariasi terhadap waktu,
 Memiliki kategori kebutuhan air secara ganda,  Memiliki harga kebutuhan negatif yang  mengindikasikan  air  memasuki
jaringan,  Menjadi  sumber  kualitas  air  dimana  terdapat  kandungan  yang memasuki
jaringan,  Memiliki  lubang pengeluaran sprinkler  yang menjadikan  laju aliran
bergantung kepada pressure.
Gambar 2.14 Properties Editor untuk input data pada Junction
54 2. Reservoir
Reservoir  adalah node yang  menggambarkan  sumber  eksternal  yang  terus menerus  mengalir  ke  jaringan.  Digunakan  untuk  menggambarkan  seperti  danau,
sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga dijadikan titik sumber kualitas air.
Input  utama  untuk  reservoir  adalah head hidrolis  sebanding dengan    elevasi permukaan air jika bukan reservoir bertekanan  dan  inisial kualitas air untuk analisa
kualitas air. Karena sebuah reservoir adalah sebagai poin pembatas dalam   jaringan, tekanan   dan   kualitas   airnya   tidak   dapat dipengaruhi  oleh  apa  yang  terjadi  di
dalam    jaringan.    Namun    tekanan    dapat  dibuat  bervariasi  terhadap  waktu  yang  di tandai dengan pola.
Gambar 2.15 Properties editor untuk input data pada reservoir
55 3.   Tangki
Tangki  membutuhkan node dengan  data  kapasitas,  dimana  volume  air  yang tersimpan  dapat  bervariasi  berdasar  waktu  selama  simulasi  berlangsung. Input data
yang dibutuhkan untuk node tank adalah :  Elevation, Ketinggian permukaan tanah pada titik node Tank berada,
 Initial Level, Tinggi muka air pada tank pada saat awal simulasi dilakukan,  Minimum Level,  Tinggi  muka  air  minimum  yang  diizinkan untuk dapat
digunakan pada simulasi,  Maximum Level,  Tinggi  muka  air  maksimum  yang  diizinkan untuk  dapat
digunakan pada simulasi,  Diameter, Diameter tangki untuk tangki yang berbentuk silindris.
Untuk  tangki  yang  berbentuk  non  silindris  penyesuaian  bentuk  tangki dapat dilakukan dengan mengatur Minimum Volume, Volume Curve dengan   menetukan
kurva  hubungan  volume  air  pada  tank  dengan ketinggian muka air Data lain yang dapat ditambahkan antara lain adalah :
a Mixing model, menunujukkan tipe atau model pencampuran yang terjadi  didalam tank. Model pencampuran yang dapat digunakan antara lain : fully mixed Mixed,
two   compartment   mixing 2COMP, first-in-first-out plug flow FIFO, last-in- first-out  plug flow LIFO.
b Reaction Cefficient, merupakan koefisien reaksi untuk reaksi kimia di dalam tank. Satuan yang digunakan adalah lhari. Nilai positif untuk reaksi pertumnuhan dan
nilai negatif untuk reaksi pengurangan atau kehilangan. c Initial  Quality dan Source  Quality,  merupakan  input untuk memodelkan
parameter kualitas air msalnya konsentrasi klorin. Adapun output dari node tank
56 adalah net  inflow debit  netto  aliran  pada tank, elevation tinggi  muka  air,
pressure tekanan  hidrolik  air  dan quality kualitas  atau  konsentrasi  parameter air.
Gambar 2.16 Properties editor untuk input data pada tangki
d Emitter Emitter adalah junction untuk  memodelkan  aliran  melalui nozzle atau orrifice
yang  terdischarge ke  atmosfer. Emitter biasa  digunakan  untuk  memodelkan aliran melalui  sistem sprinkler dan  jaringan  irigasi.  Bisa  juga  digunakan  untuk
simulasi  kebocoran  pada  pipa. Epanet    membaca emitter sebagai property dari junction, bukan sebagai komponen jaringan tersendiri.
e Pipes Pipes atau  pipa  adalah link yang  digunakan  untuk mengalirkan  air  dari  suatu
node ke node yang  lainnya  pada  suatu  sistem  jaringan perpipaan.  Epanet  akan mengasumsikan bahwa pipa akan selalu terisi penuh. Arah aliran adalah  dari  titik
57 yang  memiliki  head  hidrolik  lebih besar  menuju  titik yang  lebih  kecil  head
hidroliknya. Input data utama yang perlu diisikan, adalah : a
Start node, merupakan titik awal atau pangkal pipa. b
End node, merupakan titik akhir pipa atau ujung pipa. c
Length, merupakan panjang pipa dalam meter atau feet. d
Diameter, merupakan diameter atau garis tengah pipa. Satuan yang digunakan adalah inchi atau milimeter.
e Roughness, koefisien kekasaran pipa untuk menghitung head loss.
Input data lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap adalah : a
Loss  coefficient, koefisien  untuk  menghitung
minor  losses karena
perlengkapan pipa seperti valve, bends, elbow dan sebagainya. b
Initial status, status aliran air dalam pipa. Misalnya : open aliran dua arah, closed tertutup, dan CV atau check valve aliran satu arah.
c Bulk and Wall Coefficient, koefisien reaksi yang terjadi dalam pipa. Biasanya
diterapkan untuk  aliran  yang  memiliki  parameter kualitas  air,  seperti konsentrasi klorin.
Data output dari junction pipa adalah : a Flow debit aliran,
b Velocity kecepatan aliran, c Unit headloss headloss aliran dalam pipa,
d Friction factor darcy-weisbach, e Reaction rate,
f Quality, kualitas parameter didalam aliran seperti konsentrasi klorin,
g Status, status atau keadaan aliran dalam pipa,
58 Gambar 2.17 Properties editor untuk input data pada pipa
Kehilangan  tekanan  headloss akibat  gesekan air  dengan  dinding  pipa  dapat dihitung  menggunakan persamaan Hazen  Williams, Darcy-Weisbach  atau  Chezzy-
Manning.  Formula  Hazen-Williams banyak  digunakan di  Amerika Serikat. Persamaan  ini  dapat  diterapkan  untuk  air  dengan  aliran  turbulen.  Secara  teoritis,
persamaan  Darcy-Weisbach  adalah    yang    terbaik.  Persamaan  ini  dapat  diterapkan untuk cairan lain, selain  air.  Persamaan Chezzy-Manning banyak digunakan untuk
aliran pada saluran terbuka. Koefisien resistensi dan nilai eksponensial flow untuk masing-masing persamaan
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini : Persamaan Chezzy-Manning
HL =
,
………………………………………………………. 2.32 Di mana :
HL = headloss feet Q = debit aliran cfs
L = panjang pipa feet D = diameter pipa feet
59 n = koefisien kekasaran Manning
Persamaan Darcy-Weisbach Menurut Kodoatie, Robert J 2002, nilai Hf adalah:
H
f
= ………………………………………………………. 2.33
Di mana : Hf = headloss satuan panjang
g = percepatan gravitasi
L = panjang pipa satuan panjang
d = diameter pipa satuan panjang
v = kecepatan aliran satuan panjangsatuan waktu
f = faktor gesekan tanpa satuan
Persamaan Hazen-Williams HL =
,
, ,
…………………………………………………….……. 2.34 Di mana :
HL = headloss dalam feet Q
= debit aliran dalam cfs L
= panjang pipa dalam feet D
= diameter pipa dalam feet C
= koefisien kekasaran faktor Hazen-Williams Setiap  persamaan memiliki  koefisien  kekasaran  masing-masing.  Koefisien
kekasaran untuk  berbagai  jenis  pipa  berdasarkan  umur  materialnya  dapat  dilihat dalam tabel berikut.
Tabel  2.9 Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa
Manual  User  Software EPANET 2.0
Material Hazen-Williams C
unitless Darcy-Weisbach e
milifeet Manning‘s n
unitless
Cast iron 130-140
0.85 0.012-0.015
Concrete or concrete lined
120-140 1.0-10
0.012-0.017 Galvanized iron
120 0.5
0.015-0.017 Plastic
140-150 0.005
0.011-0.015 Steel
140-150 0.15
0.015-0.017
Vitrified clay 110
0.013-0.015 Vitrified clay
Minor Losses
60 Minor Headlosses, disebut juga local losses,  atau  dalam  EPANET  2.0 sebagai
loss coefficient, disebabkan oleh kehilangan tekanan pada pipa karena perlengkapan perpipaan seperti belokan-belokan, valve dan berbagai fitting lainnya. EPANET   2.0
akan  menghitung minor  losses dengan  cara menambahkan data  koefisien minor losses pada pipa. Minor  losses sebanding dengan kecepatan air  yang melewati pipa
atau valve V22g. Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0 dapat dilihat dalam tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.10 Nilai koefisien minor losses untuk beberapa tipe fitting EPANET 2.0
Manual User Software EPANET 2.0
Fitting Loss Coefficient
Globe vale, fully open 10
Angle valve, fully open 5
Angle valve, fully open 5
Swing check valve, fully open 2.5
Gate valve, fully open 0.2
Short radius elbow 0.9
Medium radius elbow 0.8
Long radius elbow 0.6
45 degree elbow 0.4
Closed return elbow 2.2
Standard tee – flow through run 0.6
Standard tee – flow through branch 1.8
Square entrance 0.5
Exit 1
f Pumps Pumps atau  pompa  adalah link yang  memberi  tenaga  ke  fluida  untuk
menaikkan head hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir, dan kurva
pompa  kombinasi  dari head
dan  aliran  dimana  pompa  harus memproduksinya.
Sebagai pengganti
kurva pompa,
pompa dapat
direpresentasikan  sebagai  pompa  yang  memiliki  energi  konstan,  mensuplai
61 konstan energi horsepower atau kilowatt kepada fluida untuk seluruh kombinasi
dari aliran dan head. Parameter output yang  prinsip  adalah  aliran  dan  pencapaian  head. Aliran
melalui  pompa  adalah  langsung  dan  EPANET  tidak  akan  membolehkan  pompa untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.
Gambar 2.18 Properties editor untuk input data pada pompa
Pompa  dengan  kecepatan    variabel    dapat    juga    mengikuti    pengaturan kecepatan, dan dapat diubah pada kondisi,yang sama. Didefinisikan kurva pompa
asli pengaturan  kecepatan  relatif  adalah 1.  Jika  kecepatan  pompa  ganda, pengaturannya haruslah 2; jika  berjalan  dengan  kecepatan  setengahnya,
pengaturan  relatif  adalah 0,5  dan  begitulah  seterusnya.  Mengubah  kecepatan pompa  dan  posisi  serta  bentuk  dari  pompa  kurva  lihat  bagian  dari Pump  Curve
dibawah  seperti  halnya  pipa,  pompa  dapat  diatur  hidup  dan  mati  dalam pengaturan  waktu  atau  dalam  kondisi  yang  pasti  muncul  dalam  jaringan.
Operasional pompa  dapat  juga  dijelaskan dengan    menetapkannya    dalam    pola waktu  atau  relatif terhadap pengaturan  kecepatan.  EPANET  dapat  juga
62 menghitung  konsumsi  energi  dan  biaya  pompa.  Setiap pompa  dapat  ditetapkan
dengan  kurva efisiensi  dan jadwal harga  energi. Jika tidak  disuplai, maka pengaturan energi global dapat digunakan.
Aliran melalui  pompa  adalah  tidak  langsung.  Jika  pengkondisian  sistem membutuhkan  lebih  banyak  head  daripada yang  dihasilkan  pompa,  EPANET
mematikan  pompa.  Jika  kebutuhannya melebihi  maksimum  aliran,  EPANET mengekstarpolasi  kurva  pompa  kepada  aliran  yang  dibutuhkan,  jika  tidak    akan
menghasilkan head negatif. Dalam kedua kasus pesan peringatan akan muncul. 7. Valves
Valve adalah link yang  membatasi pressure atau flow pada  nilai  tertentu dalam sebuah jaringan. Input yang penting dimasukka adalah :
a. Start dan End node, untuk menentukan orientasi arah aliran air dalam pipa,
b. Diameter valve,
c. Tipe valve,
d. Setting valve.
Input lainnya adalah loss coefficient. Output link valve adalah flow rate, velocity, headloss, quality dan status link.
Berbagai tipe link valve dalam EPANET 2.0 adalah : a
Pressure Reducing Valve PRV, b
Pressure Sustaining Valve PSV, c
Pressure Breaker Valve PBV, d
Flow Control Valve FCV, e
Throttle Control Valve TCV, f
General Purpose Valve GPV.
63 PSV  dan  PRV  digunakan  untuk  membatasi  pressure  hingga  nilai  tertentu  dalam
suatu  jaringan  pipa.  EPANET mengatur  PRV  dan  PSV  pada  tiga kondisi yang berbeda, yaitu : terbuka sebagian, terbuka seluruhnya dan tertutup. PBV menentukan
pressure  loss tertentu  yang melalui valve.  Aliran  yang  melalui valve bisa  dua  arah. PBV  dapat  digunakan  untuk simulasi  jaringan  distribusi,  dimana  penurunan  yang
terjadi diketahui. FCV akan membatasi flow yang lewat pada link. EPANET 2.0 akan memberikan warning  message apabila flow yang  terjadi  tidak  dapat dipertahankan
tanpa menambah head pada valve. TCV mensimulasikan valve yang tertutup sebagian dengan menyesuaikan minor
headloss pada valve.  Hubungan  antara  derajat  tutupan valve dengan  koefisien headloss yang terjadi dapat diperoleh  dari  produsen pembuat valve. GPV mewakili
link  dimana  pola  hubungan flow dengan headloss yang  terjadi  tidak  mengikuti formula standar. Biasa digunakan untuk memodelkan turbin atau sumur draw down.
Shut off  valve atau gate  valve dan non-return  valve atau check  valve bukan merupakan  bagian  dari link  valve tersendiri,  melainkan  merupakan property dari
pipa.  Untuk gate  valve dapat  diatur  dengan  menentukan loss  coefficient-nya. Komponen-komponen non-fisik
EPANET 2.0 memiliki 3 objek informasi yang menggambarkan aspek operasional dari sistem distribusi, yaitu : Pattern, Curve dan Control.
1 Pattern Pattern adalah gabungan dari beberapa pola faktor pengali yang dapat berubah
terhadap  waktu. Demand  tiap  node, head reservoir dan  jadwal  operasi  pompa dapat memiliki time pattern yang diatur khusus untuk masing-masing komponen
fisik.    Interval  waktu  pada pattern merupakan  variabel  utama  yang  dapat  diset
64 pada time option dalam project. Misalnya, demand pada sebuah node rata-rata 10
GPM,  asumsikan interval  time  pattern diset  4  jam,  dan  faktor  pengali  untuk demand pada node sebagai berikut :
Tabel 2.11 Penggunaan pattern demand pada EPANET 2.0 Period
1 2
3 4
5 6
multiplier 0.5
0.8 1
1.2 0.9
0.7 Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
Berarti actual demand selama simulasi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.12 Demand pattern pada EPANET 2.0 Hour
0-4 4-8
8-12 12-16
16-20 20-24
Demand 5
8 10
12 9
7 Sumber : Manual User Software EPANET 2.0
2 Curve
Curve adalah  obyek yang  mengandung  rangkaian  data yang  menjelaskan tentang hubungan antara dua besaran. Dua atau lebih obyek dapat digabungkan
dalam sebuah  kurva.  Model  EPANET  dapat menyediakan  tipe  kurva  sebagai berikut:
a. Pump Curve, b. Efficiency Curve,
c. Volume Curve, d. Headloss Curve.
Pump Curve Kurva  pompa  mejelaskan  hubungan antara head dan  laju aliran yang  dapat
dialirkan oleh  pompa pada pengaturan  kecepatan  nominal. Head adalah head yang diperoleh air dari pompa dan digambarkan pada sumbu vertikal Y dengan satuan
feet meter laju aliran digambarkan pada sumbu Horizontal X dalam unit  debit.
65 Kurva pompa yang valid harus  memiliki head yang berkurang dalam  pertambahan
aliran. EPANET akan  menggunakan  bentuk yang berbeda  dari  kurva  pompa, bergantung pada jumlah poin yang dilayani.
Single  Point  Curve, Sebuah  kurva  pompa dengan  poin tunggal didefinisikan dengan kombinasi head-flow tunggal yang  menjelaskan  titik  operasi  pompa yang
diharapkan. EPANET menambah dua lagi point pada kurva dengan mengasumsikan head mati pada aliran nol sebanding  dengan  133   dari head  desain dan aliran
maksimum  pada head nol  sebanding  dengan  dua  kali flow  design.  Hal  itu menyebabkan muncul kurva dengan tiga titik.
Gambar 2.19 Berbagai jenis bentuk kurva pompa yang ada dalam EPANET 2.0 a
Three Point Curve, terbentuk dari tiga titik operasi, yaitu : 1 Low  Flow, merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi flow
terendah atau nol. 2 Design  Flow,  merupakan titik pasangan flow dan head pada kondisi
pengoperasian yang diinginkan.
66 3 Maximum  Flow,  merupakan  titik   pasangan flow dan head pada kondisi
flow maksimum. EPANET  2.0 akan menghubungkan ketiga titik tersebut sehingga  didapatkan
sebuah fungsi kurva pompa. b
Multi  Point  Curve, terbentuk  dari titik-titik pasangan  nilai head dan flow. EPANET  2.0 membentuk  kurva  yang  lengkap  dengan  menghubungkan  titik-
titik tersebut menggunakan garis lurus. c
Headloss  Curve, digunakan  untuk  menggambarkan  hubungan headloss sumbu Y  dalam feet atau  m  melalui  sebuah General  Purpose  Valve GPV  sebagai
fungsi  dari flow rate sumbu  X.  Kurva  ini  memiliki  kemampuan untuk memodelkan  situasi  dan  hubungan  antara headloss dan flow.  Kurva  ini
digunakan  apabila  hubungan  antara headloss dan flow merupakan  hubungan yang unik dan khusus, seperti pada GPV, reduced flow prevention valves, turbin,
dan sumur draw down. Efficiency  Curve
Efficiency  Curve atau  kurva  efisiensi  menggambarkan efisiensi pompa sebagai fungsi  dari flow  rate pompa.  Kurva  ini  digunakan  untuk  menghitung  energi  yang
dikeluarkan oleh pompa. Apabila kurva ini tidak disuplai, maka digunakan efisiensi global pompa.
67 Gambar 2.20 Efficiency Curve pada software EPANET 2.0
Volume Curve Volume  curve menggambarkan bagaimana hubungan volume tangki penyimpanan
sumbu  Y  dalam feet
3
atau  m
3
yang  berubah  sebagai  fungsi dari tinggi muka air sumbu X dalam feet atau m.
Gambar 2.21 Volume Curve Pada Program EPANET 2.0
Kurva  ini  digunakan apabila  tangki  memiliki  bentuk nonsilindris.  Volume tangki  berubah sesuai  dengan  ketinggian  muka air.  Tampilan  volume tangki
dapat dilihat dalam gambar.
68 3
Control Control adalah pernyataan yang menggambarkan bagaimana kontrol jaringan
beroperasi sepanjang waktu. Kontrol menspesifikasikan status link- link tertentu sebagai fungsi dari waktu, level air pada tangki atau tekanan pada  point-point
tertentu. Terdapat 2 kategori kontrol yang dapat digunakan yaitu : a. Simple Control,
b. Rule Based Control. Model Simulasi Hidrolik
Model simulasi hidrolik EPANET 2.0 akan menghitung head pada junction dan flow dalam link pada  level reservoir,  tangki  dan water  demand yang telah  ditentukan
selama periode waktu tertentu. Setiap waktunya level air dalam reservoir dan water demand diperbaharui sesuai dengan adanya time  patern. Head dan flow pada setiap
waktu  merupakan hasil  perhitungan dari persamaan aliran untuk  setiap junction. Proses  ini  dikenal sebagai “Hydraulic  Balancing” jaringan  menggunakan teknik
iterasi.  Untuk memecahkan  persamaan  nonlinear, EPANET  2.0  menggunakan “Gradient Algorithm”.
69
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Jenis  penelitiaan  dari  penelitian  ini  adalah  deskriptif  kuantitatif  studi  kasus Analisa  Sistem  Jaringan  Pipa  Air  Bersih  Di  Perumahan  RSS  Pegawai  Negeri  Sipil