107
Loop 4 Iterasi 1
No. Pipa
D L
Q0 C
K hf
hfQ0 δ
13 0,075
34 0,00008
140 11721,35
0,00031 3,86015
-0,00010 31
0,075 34
0,00014 140
11721,35 0,00087
6,21135 33
0,075 134
0,00001 140
46195,89 0,00003
2,59779 34
0,075 134
0,00008 140
46195,89 0,00122
15,21352 0,00614
27,88281 Iterasi 2
No. Pipa
D L
Q0 C
K hf
hfQ0 δ
13 0,075
34 0,00002
140 11721,35
0,00002 1,18810
0,00000 31
0,075 34
0,00004 140
11721,35 0,00009
2,14155 33
0,075 134
0,00009 140
46195,89 -0,00020
-2,20000 34
0,075 134
0,00002 140
46195,89 0,00009
4,68251 0,00001
5,81216
5.9 Evaluasi Hasil Permodelan Software EPANET 2.0 Dengan Metode Hardy Cross
Tabel 5.17 Selisih debit hasil permodelan Program EPANET 2.0 dengan Metode Hardy Cross.
No. Pipa
EPANET 2.0 m
3
dtk Hardy Cross
m
3
dtk Perbedaan
m
3
dtk
11 0,00017
0,00008 0,00009
12 0,00015
0,00005 0,0001
13 0,00008
0,00002 0,00006
19 0,00007
0,00002 0,00005
20 0,00017
0,00008 0,00009
26 0,00001
0,00008 0,00007
27 0,0003
0,00003 0,00027
29 0,00029
0,00002 0,00027
30 0,00018
0,00009 0,00009
31 0,00014
0,00013 0,00001
32 0,00001
0,00008 0,00007
33 0,00001
0,00009 0,00008
34 0,00008
0,00002 0,00006
35 0,00001
0,00006 0,00005
36 0,00005
0,00022 0,00017
∑ 0,00153
108 Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisa program Epanet
2.0 dan metode Hardy Cross tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dengan perbedaan yang ada dari hasil analisa Epanet 2.0 dengan hasil perhitungan metode
Hardy Cross untuk aliran di dalam jaringan pipa pada sampel loop di area komplek perumahan RSS pegawai negeri sipil. Total perbedaan hasil antara analisa dengan
program Epanet 2.0 dengan metode Hardy Cross adalah 0,00153 m
3
dtk. Dengan demikian program permodelan EPANET 2.0 dapat mewakili hasil metode Hardy
Cross tetapi program EPANET 2.0 dan metode Hardy Cross tetap hanyalah sebuah alat bantu mensimulasikan dalam analisa suatu sistem jaringan pipa air.
5.10 Perbandingan Hasil Permodelan Program EPANET 2.0 Dengan Kondisi Di Lapangan
Dari hasil permodelan Program EPANET 2.0 didapat hasil yang tidak relevan dengan kondisi di lapangan yaitu pada debit aliran dalam pipa yang dilihat dari
percobaan debit air yang keluar dari keran air rumah pelanggan. Di sini penulis mengambil 1 sampel rumah pelanggan di blok A yakni rumah keluarga Raulina
Simbolon dengan nomor sambungan 04.22.0956. Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.18 Selisih debit hasil permodelan Program EPANET 2.0 dengan kondisi di lapangan.
No. Waktu
WIB EPANET 2.0
Ltrdetik Percobaan Di Lapangan
Ltrdetik Perbedaan
Ltrdetik 1.
13.00 0,17
0,03 0,14
2. 15.00
0,47 0,02
0,45 3.
17.00 0,47
0,02 0,45
4. 18.00
0,47 0,018
0,045 5.
19.00 0,14
0,03 0,11
Besarnya perbedaan permodelan program EPANET 2.0 dengan percobaan di lapangan bisa saja diakibatkan beberapa faktor yaitu mengecilnya ukuran pipa
109 sambungan keran air rumah dari pipa distribusi. Percobaan ini dilakukan ketika
hanya 1 keran air yang terbuka di dalam rumah.
5.11 Perencanaan Pengolahan Air Bersih Dari Sumur Bor