Kata Penutup

Kata Penutup

KETI KA SELESAI m enulis buku ini, aku t idak t ahu secara keseluruhan t ent ang apa yang bisa diharapkan. Aku t ahu bahwa banyak kaum m uslim akan m em perdebat kan klaim - klaim ku. Oleh karena it u, aku m eruj ukkan set iap fakt a dengan sum ber- sum ber dan cat at an- cat at an yang det ail di w ebsit e resm ik u ( www.irshadm anj i.com / sources- and- not es ). Set iap dari Anda bisa m engaksesnya.

Nam un dem ikian, begit u banyaknya m uslim yang m erespons ide- ideku dengan sengit dan m arah hanya m em bukt ikan pernyat aanku bahwa kit a perlu m ereform asi dir i. Benar, j um lah orang I slam yang t erlibat perdebat an subst antif dan reflekt if denganku t erus bert am bah. Tet api, j um lah m ereka t idaklah berart i j ika dibandingkan dengan orang- orang yang ingin m em bungkam ku. Aku secara rut in m enerim a ancam an kem at ian m elalui websit e. Beberapa “ calon” pem bunuhku m enegaskan m akna dari kesyahidan. Mereka ingin m engem pasku ke dalam “ api neraka” , alih- alih 70 perawan. Yang lainnya hanya ingin t ahu pesaw at apa yang akan kunaiki.

Ada ancam an yang lucu dan aneh. Sepert i e- m ail dari Basit , yang m em ulai dengan pert anyaan sepert i ini: “ Jadi m enurut m u karena kau punya pikiran, m aka kau m enggunakannya?” Well, ket ika kau m enggunakannya, Basit m elanj ut kan, “ Berhent ilah dan m int a am punlah at as kut ukan- kut ukan yang kau lont arkan, m um pung m asih ada wakt u. Orang sepert i kam u sepat ut nya t idak ada saj a. I t ulah sebabnya neraka ada. Nikm at ilah persinggahan sem ent aram u di m uka bum i ini, karena hanya Tuhanlah yang t ahu apa yang bakal t erj adi pada dirim u, w ahai I rshad Manj i.”

Di Airport Trudeau, Mont real, seorang lelaki m uslim m endekat i rekan seperj alananku unt uk berkat a padanya, “ Anda lebih berunt ung ket im bang t em an Anda.” Ket ika rekanku m elihat nya dengan heran, lelaki it u m em buat sebent uk senapan dengan t angannya dan m enarik pelat uk im aj inernya. Sebagaim ana seorang Kanada yang baik, rekanku bert anya kepadanya unt uk m em int a penj elasan t ent ang apa yang dilakukannya. Sem bari m enuding ke arahku, lelaki it u berkat a padaku, “ Dia t ahu apa yang aku m aksudkan.”

Nam un begit u, aku t ak pernah hidup dalam ket akut an. Tidak sekali pun. Apa yang dikat akan Salm an Rushdie padaku ket ika aku m ulai m enulis buku ini t eringat lagi saat aku berefleksi t erhadap hidupku sej ak penerbit an buku ini. Aku ingat ket ika bert anya kepadanya kenapa dia m em berikan sem angat kepada seorang m uslim m uda sepert iku, unt uk m enulis sesuat u yang bisa m engundang m alapet aka ke dalam kehidupannya, sepert i yang t elah m enim pa dirinya. Tanpa ragu sedikit pun, dia m enj awab, “ Karena sebuah buku Nam un begit u, aku t ak pernah hidup dalam ket akut an. Tidak sekali pun. Apa yang dikat akan Salm an Rushdie padaku ket ika aku m ulai m enulis buku ini t eringat lagi saat aku berefleksi t erhadap hidupku sej ak penerbit an buku ini. Aku ingat ket ika bert anya kepadanya kenapa dia m em berikan sem angat kepada seorang m uslim m uda sepert iku, unt uk m enulis sesuat u yang bisa m engundang m alapet aka ke dalam kehidupannya, sepert i yang t elah m enim pa dirinya. Tanpa ragu sedikit pun, dia m enj awab, “ Karena sebuah buku

“ Biar kuj elaskan,” kat a Rushdie. “ Kapan pun seorang penulis m encurahkan sebuah pikiran, m aka pikirannya it u bisa saj a t idak diset uj ui, dit ent ang, bahkan dengan kekerasan. Tet api pikiran t ak bisa dit indas. Pikiran adalah berkah agung dan perm anen yang bisa diberikan oleh seorang penulis kepada dunia ini.” Kat a- kat a m enghidupi dirinya sendiri.

Unt uk set iap ancam an yang dilancarkan kepadaku, ada kabar yang bagus: dukungan, kepedulian, dan cint a dari t em an- t em an m uslim ku lebih besar ket im bang yang bisa kubayangkan. Dua kelom pok secara khusus, perem puan m uslim dan pem uda m uslim , m em banj ir i websit e- ku dengan surat - surat penghargaan yang bernada m elegakan. “ Kat akan sepert i apa adanya adalah kalim at pert am a yang bisa kukat akan kepadam u unt uk m engekspresikan perasaan- perasaanku,” seorang gadis bernam a Salim ah m enulis kepadaku. “ Aku t elah m engaj ukan beberapa pert anyaan selam a bert ahun- t ahun t ent ang kedudukan perem puan dalam I slam dan Al- Quran, t et api yang kut erim a hanyalah sikap ‘Oh- Salim ah- suat u- hari- kau- akan- m engert i’. Terim a kasih at as kej uj uran yang kau ungkapkan, dan at as cint am u kepada kem anusiaan.” Dia m engakhiri surat nya dengan kat a “ xo” .

Lelaki- lelaki m uslim dengan hal- hal posit if yang bisa dikat akan, ham pir selalu m engident ifikasi diri m ereka dalam hubungannya dengan para perem puan di dalam kehidupan m ereka. Aku sering kali m endengar ungkapan “ sebagai seorang lelaki” at au “ sebagai saudara laki- laki….” Sebuah ungkapan yang bet ul- bet ul m enyent uh hat iku berasal dari seorang lelak i bernam a Anwar: “ Aku t ahu rat usan e- m ail yang dikirim kan ke websit e- m u m enyuarakan nada sengit kepadam u…. Tet aplah bersem angat . Kau berada dalam j alur yang benar dan t epat . Kau adalah sosok agung buat t iga anak perem puanku.”

Mungkin surat yang paling m enarik berasal dari seorang perem puan m uslim di Kansas. Selam a bert ahun- t ahun dia m enj adi seorang m uslim lit eralis dalam beragam a. Tet api perist iwa 11 Sept em ber dan sedikit t ragedi pribadi yang dia alam i m engej ut kan dan m enyadarkannya dari kehidupan keberagam annya yang m ekanis bagaikan robot . Dia m enulis bahw a dia t idak akan lagi “ m elir ihkan lagu di hat inya” at au “ m enyensor j iw a seninya” .

Nam un, kom it m ennya unt uk m em bebaskan pikirannya t elah m enyebabkan dirinya m engalam i kesepian yang m endalam . Sepert i yang dia deskripsikan, “ Aku lebih frust rasi dengan hasrat yang t ak t erpuaskan akan dialog di sebuah dunia di m ana dua j enis kelam in Nam un, kom it m ennya unt uk m em bebaskan pikirannya t elah m enyebabkan dirinya m engalam i kesepian yang m endalam . Sepert i yang dia deskripsikan, “ Aku lebih frust rasi dengan hasrat yang t ak t erpuaskan akan dialog di sebuah dunia di m ana dua j enis kelam in

Terlepas dari segala konsekuensinya, dia m em buat kom it m en yang kedua, “ Dan sat u hal yang kupikir akan bisa m enj adi sebuah m ant ra baik unt uk m isi m enuj u reform asi adalah, aku m em ut uskan unt uk m engikat diriku dengan gagasan- gagasan dan cit a- cit a, t ak peduli apakah gagasan dan cit a- cit a it u didukung oleh orang- orang bersurban at au berj enggot at au berhij ab. Loyalit asku hanya akan kuberikan pada gagasan- gagasan dan cit a- cit a, t ak akan pernah kuberikan pada m asyarakat , dogm a, at aupun kebudayaan.

“ Bukan m aksudku unt uk m engat akan bahw a kebebasan t erbebas dari kej ahat an. Nam un, m asyarakat yang bebas akan m em bant u perkem bangan pikiran dan j iw a yang paling brilian, sem ent ara secara sim ult an m em perbolehkan orang yang paling buruk di ant ara m ereka unt uk t et ap eksis. Tet api, m enggunakan hal it u sebagai sebuah argum en unt uk m elawan kehendak- bebas hanya akan m em punyai m akna bagi orang- orang awam yang paling rendah m oralnya. Keberadaan im oralit as- yang- eksplisit lebih cocok bagi m asyarakat yang m unafik dan j ahat , di m ana konsekuensi- konsekuensi buruknya akan t erj adi m anakala m anusia diram pok dari kehendak- bebas yang m erupakan anugerah Tuhan.”

Sangat m enyent uh hat i. Lalu, sepert i perem puan it u, kenapa aku t et ap belum puas? Karena kesepian m asih m enyelim ut i j iwa- j iw a yang m engalam i kesadaran. Sebagian besar

m uslim yang m enulis kepadaku unt uk m em berikan dukungan, at au yang m em bisikkan kat a “ t erim a kasih” set elah perist iw a- perist iwa publikku, m encerit akan rahasianya bahw a m ereka t idak bisa t am pil di depan publik. Banyak yang m eyakini bahwa saat ini m ereka t idak bisa m enyuarakan keyakinan m ereka karena t akut j ika dianiay a. Bukan pengasingan. Bukan pengucilan. Tet api penganiayaan—pem balasan- dendam secara fisik t erhadap diri m ereka dan keluarga m ereka oleh t em an- t em an sesam a m uslim .

Aku t idak berani m em bakar sem angat m ereka. Aku ingin m enunj ukkan bahw a I slam yang t ereform asi t idak harus m enj adi proyek yang lum puh. I t ulah sebabnya aku t idak m em bawa bodyguard- ku ke m ana pun aku pergi. Aku t erbiasa sepert i it u. Dan professional securit y t elah m em beriku peringat an agar saat ini aku m enyewa para bodyguard yang akan m enj agaku sepanj ang wakt u karena bukuku t elah dit erj em ahkan ke dalam bahasa Arab dan Urdu ( bahasa m ayorit as di Pakist an dan I ndia) . Kenyat aannya adalah, j ika aku hendak m em persuasi kaum m uslim bahwa kit a bisa berhadapan m elawan kem apanan dan hidup, Aku t idak berani m em bakar sem angat m ereka. Aku ingin m enunj ukkan bahw a I slam yang t ereform asi t idak harus m enj adi proyek yang lum puh. I t ulah sebabnya aku t idak m em bawa bodyguard- ku ke m ana pun aku pergi. Aku t erbiasa sepert i it u. Dan professional securit y t elah m em beriku peringat an agar saat ini aku m enyewa para bodyguard yang akan m enj agaku sepanj ang wakt u karena bukuku t elah dit erj em ahkan ke dalam bahasa Arab dan Urdu ( bahasa m ayorit as di Pakist an dan I ndia) . Kenyat aannya adalah, j ika aku hendak m em persuasi kaum m uslim bahwa kit a bisa berhadapan m elawan kem apanan dan hidup,

Sej auh ini sem uanya berj alan baik. Keam anan relat if yang kualam i pada saat m endebat

I slam , dari I nggris hingga Belgia, dari Aust ralia hingga Kanada, dari Belanda hingga Am erika Serikat , t elah m eyakinkanku bahw a kaum m uslim di Barat m em punyai kesem pat an luhur unt uk m enghidupkan ij t ihad, t radisi berpikir independen dalam I slam .

Aku t idak m enolak bahwa beberapa m uslim t elah dij adikan t arget t ekanan, int im idasi, pengunt it an, dan diskrim inasi oleh pem erint ah- pem erint ah Barat . Aku m enghadapi hal yang sam a sepanj ang Perang Teluk 1991, ket ika aku disuruh pergi dari gedung federal t anpa alasan yang j elas. Tet api, t idak sat u pun dari hal ini yang m enegasikan fakt a m endasar: Bahwa j ika kaum m uslim di Barat berani unt uk m engaj ukan pert anyaan- pert anyaan t ent ang Kit ab Suci, dan j ika kit a cukup peduli unt uk m engadukan kekerasan hak asasi m anusia yang dilakukan di baw ah panj i- panj i Kit ab Suci, m aka kit a t ak perlu cem as j ika dipukul, dicam buk, dilem pari bat u, dipenj ara, at au dieksekusi oleh negara. Sepert i yang aku laporkan di bab 6 dari edisi baru ini, lebih banyak dari kit a “ m enyaksikan” pelanggaran- pelanggaran t ersebut . Nam un, belum cukup banyak yang m engeksposnya ke perm ukaan.

Tant angannya sekarang adalah, bisakah kit a m ent ransform asikan hasrat kit a akan perubahan ke dalam fenom ena yang visibel dan t erang- t erangan. Aku m elakukan hal it u dengan para m uslim dan non- m uslim liberal m uda lainnya. Anda bisa t et ap m engikut i upaya kam i dengan m engunj ungi websit e- ku, www.irshadm anj i.com .

Unt uk sej enak, aku m enikm at i kem enangan- kem enangan kecilku. Ada banyak hal sepert i berikut ini:

- Para m uslim m uda yang m em persuasiku unt uk m enghindar dari penerbit - penerbit buku di Tim ur Tengah, m endapat kan buku ini yang t elah dit erj em ahkan ke dalam bahasa Arab, dan m engirim kan t erj em ahan t ersebut ke websit e- ku. Sehingga, dengan dem ikian m ereka dan t em an- t em an m ereka dapat m em bacanya t anpa t ent angan at au penyensoran.

- Seorang rem aj a dari Yordania yang, dua hari set elah t erj em ahan bahasa Arab t ersedia, m engirim e- m ail unt uk berkat a bahw a dia m em ulai sebuah kelom pok diskusi unt uk “ m enyebarkan ide- ide ini” .

- Perem puan Arab Am erika di Chicago m em belalak m alu saat aku berbicara t et api yang, di penguj ung m alam , dengan sem bunyi- sem bunyi m engakui bahwa “ kit a orang I slam punya banyak hal yang harus dikaj i ulang” .

- Sat u pasangan m uslim di Oxford Universit y, yang t idak pernah bercerit a bahwa m ereka t ak pernah berharap unt uk sepakat dengan argum en- argum enku, m alah bert anya kepadaku bagaim ana m ereka bisa m em bant uku.

- Para m ahasiswa Yahudi dan I slam di universit as- universit as Am erika Ut ara duduk bareng unt uk pert am a kalinya dem i m em perbincangkan perbedaan- perbedaan m ereka.

- Seorang at eis di Prancis yang kukuh dengan keyakinannya m erasa t erguncang ket ika m em baca bukuku ( m eskipun, dia m enam bahkan, “ Aku t idak bisa m engat akan hal ini pada t em an- t em anku karena m ereka akan m elem pariku dengan bat u! ” ) .

- Seorang lelaki m uslim Aust ralia yang bekerj a di Canberra I slam ic Cent re m enginform asikan padaku bahwa bukuku akan dij ual di sana karena “ buku it u m em bahas periode- berdarah di m ana sebuah generasi- baru m enyuarakan suara- suara m ereka m elaw an penindas, yang ( m enindas) at as nam a I slam dan t at anan.”

- Seorang gadis m uslim dari Saudi Arabia m em beri t ahu seniornya yang geram pada perist iwa New York bahwa “ sekarang wakt u yang t epat bagi buku sepert i ini” .

- Seorang perem puan berj ilbab di At lant a berkat a bahwa dia begit u bingung dan kacau saat m em baca t ulisanku, dan it u m enginspirasi dia unt uk “ m em baca buku- buku dan m enulis pikiran- pikirannya sendiri” . Jika dia t engah m em baca ini, dia harus t ahu bahw a t aw aranku unt uk m em perkenalkannya pada penerbit ku m asih berlaku.

Meskipun dem ikian, kisah favorit ku adalah t ent ang perkem bangan ibuku. Aku m engaku m erasa cem as—sesungguhnya m erasa bersalah—t ent ang bet apa keput usanku unt uk m enulis buku ini akan m em baw a dam pak pada ibuku. Dia cem as akan keselam at anku, t ent u saj a, t et api j uga cem as akan dam pak sosial yang akan kut erim a.

Suat u m alam , I bu m enelepon unt uk m em berit ahuku bahwa dia pergi ke m asj id unt uk pert am a kalinya sej ak bukuku t erbit . Dia bersiap- siap unt uk m enghadapi krit ik dari banyak orang—dan m em ang ia m endapat kan banyak krit ik dan kecam an. I m am m asj id m em bandingkan diriku dengan Osam a bin Laden dalam hal m enebarkan perpecahan dalam t ubuh um at I slam . I bu, yang t erus berkedip unt uk m enahan air m at anya, duduk sepanj ang khot bah berlangsung. Set elah it u, sej um lah j am aah secara diam - diam m endekat inya unt uk Suat u m alam , I bu m enelepon unt uk m em berit ahuku bahwa dia pergi ke m asj id unt uk pert am a kalinya sej ak bukuku t erbit . Dia bersiap- siap unt uk m enghadapi krit ik dari banyak orang—dan m em ang ia m endapat kan banyak krit ik dan kecam an. I m am m asj id m em bandingkan diriku dengan Osam a bin Laden dalam hal m enebarkan perpecahan dalam t ubuh um at I slam . I bu, yang t erus berkedip unt uk m enahan air m at anya, duduk sepanj ang khot bah berlangsung. Set elah it u, sej um lah j am aah secara diam - diam m endekat inya unt uk

Dua m inggu kem udian, aku m engunj ungi ibuku sepanj ang t ur unt uk bukuku. Ke dalam koperku dia m enyelipkan sebuah kart u yang kut em ukan saat t iba di rum ah. Bagian depan kart u t ert ulis kat a “ Selam at ! ” dan di dalam nya dia m enulis, di sam ping banyak hal lainnya, “ Teruskan langkahm u, anakku! ” Hingga hari ini, aku m em bawa kart u it u ke m ana- m ana.

I t u berm akna bahwa seorang m uslim yang berim an sepert i ibuku bisa m endengar pert anyaan- pert anyaanku, bahkan ket ika ancam an t ak pernah berhent i m engalir .

“ Kau m em bant uku m endapat kan kem bali suaraku,” kat a I bu padaku baru- baru ini. Orang- orang lain t elah m encurahkan perasaannya padaku t ent ang hal yang sam a. Sem oga kit a bisa m enghim pun suara- suara kit a unt uk m em ecah kebisuan m encekam , sekali unt uk selam anya.

I rshad Manj i, Toront o/ New York, 2008