Ciri-ciri Interaksi Sosial Bentuk Interaksi Sosial

antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya misalnya adalah apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat. Kontak sosial antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya misalnya antara kelompok umat beragama pada suatu daerah demi mewujudkan hubungan masyarakat yang rukun dan harmonis. Komunikasi. Komunikasi sosial adalah syarat atau pokok terjadinya interaksi sosial. Arti penting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku orang lain dan perasaan yang ingin disampaikan orang tersebut Pudjiastuti, 2007.

2.3. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Menurut Alvin 2010, interaksi sosial yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat pada hakikatnya mempunyai ciri-ciri diantaranya seperti jumlah pelaku lebih dari satu orang, artinya dalam sebuah interaksi sosial, setidaknya ada dua orang yang sedang bertemu dan mengadakan hubungan. Kemudian adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol, artinya dalam sebuah interaksi sosial di dalamnya terdapat proses tukar menukar informasi atau biasa disebut dengan proses komunikasi dengan menggunakan isyarat atau tanda yang dimaknai dengan simbol-simbol yang hendak diungkapkan dalam komunikasi itu. Ada dimensi waktu masa lampau, masa kini, dan masa mendatang yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung, artinya dalam proses interaksi dibatasi oleh dimensi waktu sehingga dapat menentukan sifat aksi yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang Universitas Sumatera Utara terlibat dalam interaksi. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat. Artinya dalam sebuah interaksi sosial, orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki tujuan yang diinginkan oleh mereka. Apakah untuk menggali informasi, atau sekedar beramah- tamah atau yang lainnya.

2.4. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut tim sosiologi dalam Pudjiastuti, 2007, interaksi sosial dikategorikan dalam dua bentuk yaitu interaksi sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk bentuk asosiasi hubungan atau gabungan seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Akomodasi adalah adalah proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk- bentuk pertentangan atau konflik seperti persaingan, kontraversi, konflik. Persaingan adalah suatu perjuangan yang di lakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dari pihak lawannya. Kontraversi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontraversi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang di tunjukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

3. Konsep Kesepian