Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan
6.4. Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan
6.4.1. Jaringan Air Bersih
Faktor pertimbangan :
a. Kemampuan memenuhi kebutuhan air bersih
b. Kemudahan pemakaian sistem distribusi air bersih terhadap kondisi dan luas tapak Pada prinsipnya dalam penyediaan air ada 2 sumber air bersih yaitu :
a. Sumur
commit to user
Penggunaan sumur sebagai sumber air utama karena nilai ekonomisnya, yaitu dari segi penyediaan air yang lebih banyak dan debet air yang relatif konstan. Pengambilan air dari sumur harus diproses dulu sebelum dikonsumsi yaitu melalui water treatment agar lebih bersih dan jernih
b. Air PAM Penggunaan air dari PAM adalah sebagai sumber cadangan apabila persediaan air sumur terganggu, misalnya karena kekeringan atau pencemaran. Air dari PAM tidak perlu diproses melalui water treatment.
Ada 2 cara pendistribusian air yaitu Up Feed Distribution dan Down Feed Distribution.
A. Up Feed Distribution Air dari saluran induk dipompa ke atas dan langsung didistribusikan ke
masing-masing cabang di tiap lantai. Dengan konsekuensi sebagai berikut :
1. Pompa harus bekerja terus menerus agar distribusi merata dengan tekanan sama dan konstan.
2. Jika bangunan tersebut adalah bangunan tinggi, maka diperlukan pompa yang banyak sehingga boros.
3. Jika pompa macet, kegiatan terhenti karena tidak ada tandon ataupun tangki air.
Berikut skema up feed distribution :
B. Down Feed Distribution Air dari saluran induk dipompa ke reservoir atas. Kemudian didistribusikan ke bawah, ke cabang-cabang setiap lantai dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Untuk tekanan air pada setiap percabangan dari atas ke bawah tidak sama, yaitu makin ke bawah, tekanan air semakin besar sesuai dengan kekuatan gravitasinya. Berikut skema down feed distribution :
Ground tank
Bagan 5.31 Sistem up feed distribution
commit to user
6.4.2. Jaringan Drainase
Jaringan drainase mencakup pembuangan air kotor (limbah dari lavatory, pantry, dapur, dan sebagainya), air limbah (kotoran dari kegiatan rumah tangga industri), dan air hujan. Sistem jaringan drainase didesain dengan pertimbangan:
a. Sistem jaringan pembuangan air kotor yang memperhatikan kondisi site
b. Menghindari pencemaran lingkungan
A. Jaringan air kotor dan limbah
B. Jaringan air hujan Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan bahan grass block.
6.4.3. Jaringan Listrik
Dasar pertimbangan:
a. Jenis sumber tenaga listrik
b. Jenis kegiatan yang dilayani
Bagan 5.33 Sistem jaringan air kotor dan limbah
Riol kota
Dapur
Penangkap lemak
Bak penampung
Tinja Septictank
Air kotor
Toilet
Sumur resapan
Pengolah
limbah
Limbah produksi
Bagan 5.32 Sistem down feed distribution
Ground tank
Pompa Top Reservoir
Air hujan dari atap
Pipa vertikal
Air hujan sekitar site
Sumur resapan
Bak kontrol Bagan 5.34 Sistem jaringan air hujan
commit to user commit to user
d. Keamanan Kriteria : Terdapat dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan adalah Listrik dari PLN dan Generator Set (genset). Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, hal ini dapat dibandingkan seperti tabel dibawah ini :
Berikut bagan distribusi jaringan listrik:
Dengan mempertimbangkan besarnya listrik yang digunakan pada seluruh kegiatan stasiun televisi maka perencanaan dengan 2 buah genset, dimana 1
buah genset mendistribusikan daya untuk studio – studio produksi televisi, sedangkan 1 buah lagi mendistribusikan daya untuk keseluruhan bangunan.
6.4.4. Jaringan Instalasi Tata Udara
Karena site berada pada iklim tropis, udara yang panas, dan bangunan yang direncanakan memiliki bentang yang lebar, maka penghawaan alami kurang representatif atau tidak dapat menjangkau, selain itu udara dari penghawaan alami juga banyak membawa debu, untuk itu perlu dipasang Air Conditioner (AC). Kriteria pemilihan AC : » Ekonomis dalam pembiayaan » Prinsip kerja yang efektif » Mudah dalam pengontrolan » Tidak mengeluarkan bunyi bising » Sesuai dengan fungsi ruang yang diwadahinya
a. Sistem AC
SUMBER LISTRIK
» Dapat menyediakan daya
lebih besar dengan biaya relatif murah
» Biaya operasional dan
perawatannya relatif murah
» Listrik kadang-kadang mengalami kematian mendadak » Voltage yang keluar tidak stabil
GENSET
» dapat digunakan sebagai
tenaga cadangan bila listrik PLN mati
» Voltage yang keluar dapat
diatur kesetabilan-nya
» Biaya operasional dan perawatan unutk listrik kontinu dan lama relatif mahal » Untuk menyediakan daya yang sangat besar butuh biaya relatif mahal
Tabel 5.9 Kelebihan dan kekurangan sumber listrik PLN dan genset (Sumber : Juwana, Jimmy S, (2005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga , Jakarta)
Bagan 5.35 Analisa penyediaan listrik PLN
PLN (transformator)
Panel sekunder
Panel sekunder
Panel sekunder
commit to user
Sistem penghawaan buatan menggunakan AC sentral dan AC split. » AC sentral
Sistem pendingin ruang dengan pengendalian terpusat di suatu tempat kemudian didistribusikan ke ruang-ruang.
» AC unit/split Sistem pendingin ruang yang pengendaliannya langsung pada setiap ruang. Jadi kondisi udara dalam suatu ruang dapat saja berbeda dengan ruangan yang lainnya tergantung pemakaian.
b. Sistem ventilasi Untuk menyuplai udara bersih ke dalam ruangan digunakan sistem passive cooling.
c. Sistem pressurage Digunakan untuk pengamanan kebakaran sebagai pengusir asap dan suplai udara.
Sistem jaringan AC:
6.4.5. Jaringan Sistem Komunikasi
a) Intern Sistem komunikasi dan data yang terjadi pada kegiatan pertelevisian antar
departemen (terutama personil bagian produksi) antara lain menggunakan media intercom, hybrid, handy talky, radio HT, announce box/speaker, telepon umum,
PABX (Private Automatic Branch Exchange), telex facsimile, CCTV Monitor (Close Circuit Television), melayani komunikasi eksternal dan menghubungkan
komunikasi dengan internet melalui operator.
b) Ekstern Komunikasi staf di dalam bangunan dengan pihak luar, menggunakan telepon dan fax dengan melalui sistem teknik sebagai berikut:
Cooling tower
Udara masuk
Udara keluar
Distribusi
Bagan 5.36 Analisa jaringan instalasi tata udara
Bagan 5.37 Analisa jaringan sistem komunikasi dan data
Telkom
PABX
Operator console
PLN/Genset
MDF
Junction Box
Distribusi
Junction Box Junction Box
Distribusi Distribusi
commit to user
6.4.6. Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang masih bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini bertujuan
untuk menghindari pembuangan sampah yang dapat merusak lingkungan dengan cara memisahkannya dan ditempatkan secara terpisah dari sampah-
sampah lain yang memungkinkan bisa ditangani lebih lanjut sebelum dibuang. Sistem pembuangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah melalui
shaft sampah yang dilengkapi lubang hawa, dilapisi bahan kedap suara dan pintu berpegas tahan api yang mampu menutup sendiri. Pembuangan sampah melalui shaft ini memanfaatkan gaya grafitasi menuju bak penampungan sampah
sementara yang disertai lubang pembersih di luar ruang. Pemisahan sampah pada bangunan dilakukan oleh petugas servis yang kemudian diangkut menuju
TPA (tempat pembuangan akhir).
6.4.7. Sistem Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Dan Petir
a) Sistem pengamanan dalam gedung
1. Pencegahan pasif:
a) Tangga kebakaran » Jarak tangga kebakaran dari setiap titik efektif tanpa ruang sirkulasi
maksimum 25 m » Dilengkapi exhaust fan atau blower » Lebar tangga minimal 1,2 m » Dilengkapi dengan pintu kebakaran dengan lebar minimal 90 cm
Bagan 5.38 Analisa jaringan sistem tata suara
MCP
Genset
Mixer Pre amplier
Sirene
Rectifier
Power amplifier
MDF
Speaker selector
Junction Box
Microphone Cassette recorder Radio AM/FM
Junction Box
Speaker Speaker
Sampah yang dapat didaur ulang
TPA Sampah yang tidak
dapat didaur ulang
Shaft sampah
Bak penampung sampah
daur ulang
Bak penampung sampah
non daur ulang
Bagan 5.39 Analisa sistem pengelolaan sampah
commit to user commit to user
c) Penerangan darurat » Menggunakan sumber daya baterai » Dilengkapi lampu penunjuk dengan penerangan pada pintu keluar
dan koridor
2. Pencegahan aktif:
a) Alat pemadam kebakaran portable
» Daya layanan 200-250 m 2 /unit
» Jarak antara alat 20-25 m
b) Hydrant
» Daya layanan 800 m 2 /unit
» Jarak antar alat maksimum 30 m
c) Sprinkler
» Daya layanan 25 m 2 /unit
» Jarak antar alat 6-9 m
d) Fire alarm » Berupa heat detector dan smoke detector
» Area layanan 75 m 2 /unit
Sistem yang digunakan adalah fire alarm, merupakan sistem detektor yang disesuaikan dengan kemungkinan penyebab bahaya kebakaran yang diakibatkan kegiatan-kegiatan yang ada. Sistem detektor yang dipilih adalah:
a) Detector api (fire detector) Dengan sensor cahaya (photo cell) yang akan mengaktifkan detector karena adanya respon terhadap cahaya api
b) Detector asap (smoke detector) Dengan informasi yang direspon oleh alat ini. System ini bekerja dengan kepekaan asap dalam ruangan 4% per m 2 . Standar pemakaian adalah
dengan luasan ruang 92 m 2 per unit.
c) Detector panas (heat detector) Menggunakan thermostat. Alat ini menerima respon terhadap perubahan suhu, dengan tube atau sekering yang akan terputus bila menerima panas. Alat ini akan bekerja pada kenaikan suhu 10 o
C per menit dan standar pemakaian ruang dengan luasan 48 m 2 per unit pada ketinggian plafond maksimal 4 meter. Spesifikasi perangkat detektor :
commit to user commit to user
b. Panas, dipasang pada langit-langit untuk setiap luasan 4 m 2 dengan ketinggian plafond 4 m dipasang 1 detektor. Jarak maksimal antar detector untuk ketinggian 4 m adalah 7 m.
c. Api, dipasang pada langit-langit, dimana untuk setiap 100 m 2 dipasang 1 detektor.
d. Terminal box, diletakkan di tiap lantai dilengkapi dengan: » Manual station untuk menghidupkan alarm » Tombol sinyal untuk mengecek kerusakan fire alarm » Portable extinguisher
e. Pusat terminal Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengaturan yang dilaksanakan oleh komputer sehingga kebakaran dapat lebih cepat diketahui.
b) Sistem pengamanan diluar gedung
1. Terhadap bahaya kebakaran Menggunakan hydrant pilar, dengan jarak maksimum 100 m antar alat.
2. Terhadap bahaya petir Menggunakan sistem penangkal petir dengan pertimbangan terhadap:
a. Keamanan secara teknis
b. Penampang hantaran – hantaran pengebumian
c. Ketahanan mekanis
d. Ketahanan terhadap korosi
e. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi
f. Faktor ekonomis
Sistem Franklin
Sistem Faradday Prinsip kerja
Bila terjadi petir akan terjadi ionisasi di awan. Loncatan ion-ion dapat ditahan oleh
perlindungan sama dengan
tinggi
preventor.
Tiang-tiang faraday yang berjarak kurang lebih 20 m (antar tiang) terletak di
sekeliling bangunan untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.
Keuntungan
Harganya lebih murah dibandingkan sistem Faradday.
Sifat perlindungan lebih baik karena aliran listrik langsung dialirkan ke ground di tanah.
Kerugian
Bila suatu saat ion-ion pada preventor tersebut habis atau berkurang, maka daya perlindungannya jadi menurun.
Lebih mahal dibandingkan sistem Franklin.
Tabel 5.10 Jenis sistem pengamanan bahaya petir
(Sumber : Juwana, Jimmy S, (2005), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga , Jakarta)
commit to user
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sistem yang digunakan adalah sistem Faradday. Sistem Faradday berupa tiang setinggi 50 cm. Tiang-tiang ini dipasang di puncak bangunan atau atap, kemudian dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa yang tidak memiliki kemampuan menghantarkan listrik (pipa paralon), dan kemudian dihubungkan dengan ground. Pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantaran listrik ke tanah.
commit to user