Tinjauan tentang Pegawai Negeri Sipil

4. Tinjauan tentang Pegawai Negeri Sipil

a. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pegawai negeri dapat dibentuk dari penggabungan kata “pegawai” dan kata “negeri”. Kata “pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 : 1037). Sedangkan kata “negeri” berarti negara atau pemerintah (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2008 : 957). Jadi pegawai negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara. Pengertian pegawai menurut A.W. Widjaja yaitu tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi) (A.W. Widjaja, 2006 : 113).

Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil dalam setiap organisasi pemerintah sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri Sipil memegang peranan penting sebagai tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan. Peranan Pegawai Negeri Sipil dalam pemerintahan sama dengan istilah kemiliteran, “not the gun, the man behind the gun”, yaitu bukan senjata yang penting,

melainkan manusia yang menggunakan senjata. Senjata yang modern tidak akan mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya

39

commit to user

lvi

menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar (Sri Hartini, 2008 : 31).

Menurut Kranenburg, pengertian pegawai negeri yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku jabatan mewakili anggota parlemen, presiden dan lain sebagainya (Sri Hartini, 2008 : 31). Philipus M. Hadjon menjelaskan mengenai hukum administrasi yang menyebutkan bahwa pada umumnya pejabat publik berstatus pegawai negeri sipil. Namun, tidak semua pejabat publik berstatus pegawai negeri sipil, seperti halnya pemegang suatu jabatan Negara. Sebaliknya, tidak setiap pegawai negeri merupakan pemegang jabatan publik (Philipus M. Hardjon, 2002 : 214).

Mahfud M.D memberikan pandangan mengenai pengertian dari istilah pegawai negeri yaitu dapat dilihat dari dua bagian yang meliputi pengertian stiputatif dan pengertian ekstensif, yang merupakan penjabaran dari keberadaan pegawai negeri dalam hukum kepegawaian. Pengertian tersebut terbagi dalam bentuk dan format yang berbeda, namun pada akhirnya dapat menjelaskan maksud pemerintah dalam memposisikan penyelenggara negara dalam sistem hukum yang ada, karena pada dasarnya jabatan pegawai negeri akan selalu berkaitan dengan penyelenggara negara yaitu pegawai negeri (Sri Hartini, 2008 : 32-36).

1) Pengertian Stipulatif

Mengenai pengertian yang bersifat stipulatif mencakup penetapan tentang makna yang diberikan oleh Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian, yang berbunyi : Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 :

40

commit to user

lvii

Pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 : Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur

aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Pengertian di atas berlaku dalam pelaksanaan semua peraturan-peraturan kepegawaian dan pada umumnya dalam pelaksanaan semua peraturan perundang-undangan kecuali diberikan definisi lain.

2) Pengertian Ekstensif

Mencakup pengertian pegawai negeri dari segi Hukum Pidana, yang pada dasarnya dibagi menjadi beberapa golongan pegawai negeri yang sebenarnya bukan pegawai negeri menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, tetapi dalam hal-hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan sama dengan pegawai negeri, sehingga terdapat perluasan pengertian pegawai negeri yang hanya berlaku dalam hal- hal tertentu (SF Marbun dan Mahfud MD, 2004 : 102).

Pengertian tersebut terdapat pada (Sri Hartini, 2008 : 32-33) :

a) ketentuan Pasal 92 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai status anggota

41

commit to user

lviii

dewan rakyat, anggota dewan daerah dan kepala desa;

b) ketentuan Pasal 415-437 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai kejahatan jabatan;

c) ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

d) ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta.

b. Unsur Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, bahwa untuk menjadi pegawai negeri harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut (Moch Faisal Salam, 2003 : 5) :

a. warga Negara Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan menurut peraturan perundang-undanga;

b. setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, harus diangkat oleh pejabat yang berwenang;

c. diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan;

d. digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Jenis Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pegawai negeri terdiri dari :

42

commit to user

lix

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal tersebut di atas tidak menjelaskan secara lengakap apa yang dimaksud pengertian masing-masing bagiannya. Namun, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai negeri yang bukan anggota Anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pegawai Negeri Sipil merupakan pegawai negeri yang merupakan aparatur negara. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada Departeman, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal di daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya (Penjelasan Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan bekerja pada pemerintah daerah atau dipekerjakan di luar instansi induknya. Menurut penjelasn Pasal 2 ayat (2) Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa “Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang

43

commit to user

lx

diperbantukan di luar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang manerima perbantuan.

d. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Pasal 3 Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, kedudukan dan tugas pegawai negeri adalah sebagai berikut :

a. pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

b. pegawai negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

c. untuk menjamin netralitas pegawai negeri sebagaimana dimaksud di atas, pegawai negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

e. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, kewajiban seorang Pegawai Negeri Sipil yaitu :

a. wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang

44

commit to user

lxi

dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;

c. wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang.

f. Hak Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil yang telah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan penuh dedikasi, loyalitas dan tanggung jawab, memiliki beberapa hak yang telah diatur dalam Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu :

a. hak memperoleh gaji;

b. hak atas cuti;

c. hak yang berhubungan dengan musibah dalam melaksanakan tugas. Tercantum dalam Pasal 9 ayat (1), (2), dan (3) Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;

d. hak atas pensiun, diatur dalam Pasal 10 Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

45

commit to user

lxii