1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti membuat perumusan masalah yaitu “apakah tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat
perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adakah pengaruh tingkat pertumbuhan tingkat
perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yakni berguna bagi peneliti, bagi perusahaan, dan bagi peneliti lainya.
a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian di lapangan dengan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kinerja operasi perusahaan yang dapat mempengaruhi kenaikan tingkat pertumbuhan dan perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan.
c. Bagi Peneliti Lain untuk memberikan tambahan wawasan dan sebagai referensi bagi peneliti
lainnya yang ingin meneliti dengan topik yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertumbuhan penjualan
Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi “Penjualan adalah suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak, atau
jasa dalam pertukaran kas, janji pembayaran, atau yang dapat disamakan dengan uang atau kombinasinya”. Menurut Yadati dan Wahyudi 2006
“Transaksi penjualan barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai maupun secara kredit, atau sebagaian secara
tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Secara umum transaksi penjualan yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu :
- Penjualan tunai yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang
terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli oleh perusahaan.
- Penjualan kredit yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari
pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
Menurut Higgins 2003 “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
dalam bursa sebagi barang pertimbangan yaitu dalam bentuk tunai peralatan kas atau harta lainnya”. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penjualan adalah suatu perjanjian antara penjualan dan pembeli yang memindahkan hak kepemilikan barang kepada pembeli dengan kompensasi
pembayaran uang kepada penjual. Penjualan tidak hanya menyangkut pemindahan kepemilikan atas barang atau jasa, tapi didalamnya juga
terhadap pemindahan resiko-resiko yang timbul atas kepemilikan tersebut. Menurut Swastha 2000, “pertumbuhan atas penjualan merupakan
indikator penting dari penerimaan pasar dari produk danatau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan
akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat
dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Jadi,
pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan penjualan. Sedangkan menurut Higgins 2003
mengatakan bahwa “growth comes from two sources: increasing volume and rising price. Because off all variable cost, most current assets, and
current liabilities have a tendency with sales, so it is a good idea to see the growth based on the sales of the company”.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan
peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dilakukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang
dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik.
Sementara itu menurut Horne 2005, tingkat pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
g = S
1
– S S
x 100
Keterangan : g = Growth Sales Rate tingkat pertumbuhan penjualan
S1 = Total Current Sales total penjualan selama periode berjalan S0 = Total Sales For Last Period total penjualan periode yang lalu
2.1.2 Perputaran piutang usaha
Penjualan kredit yang dilakukan perusahaan tidak segera menghasilkan penerimaan kas tapi akan menimbulkan piutang usaha dan
barulah kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut Kieso 2002:387
“piutang usaha adalah klaim dalam bentuk uamg yang dimiliki perusahaan terhadap seseorang atau perusahaan yang timbul karena penjualan kredit”.
Universitas Sumatera Utara
Nwude 2003, “Described Accounts Receivable as amount owed to a firm
by its customers who have purchased goods or services on credit”.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yaitu badan usaha atau
seseorang yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan setelah jangka waktu
yang ditentukan oleh kedua belah pihak. -
Faktor besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Volume penjualan kredit, makin besar jumlah penjualan kredit
dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keselurahan
piutang akan memperkecil jumlah piutang. b. Syarat pembayaran, semakin panjang batas waktu pembayaran
kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin
kecil besarnya jumlah piutang. c. Ketentuan batas volume penjualan kredit, apabila batas maksimal
volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.
d. Kebiasaan membayar para pelanggan, apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari
waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
Universitas Sumatera Utara
e. Kegiatan piutang, apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka
besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang
relatif besar. -
Tujuan dan fungsi piutang usaha adalah: a. Menaikkan volume penjualan yang pada akhirnya akan
meningkatkan laba. b. Usaha dalam menarik pelanggan baru dan mempertahankan
pelanggan lama. c. Agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan sejenis dan
memperluas pangsa pasar. Menurut Stice 2003 “Perputaran Piutang merupakan sebuah ukuran
analitis seberapa cepat akunharta pelanggan dikumpulkan dengan menggunakan rumus penjualan kredit bersih dibagi dengan piutang dagang
rata-rata selama satu periode”. Sedangkan menurut Richards and Laughlin 2012, “Accounts receivable turnover is an indicator of the frequency with
which a firms average receivables investment is converted into cash”. Perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang
usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
Dari defenisi diatas jelas bahwa perputaran piutang itu ditunjukan oleh suatu angka dimana angka tersebut merupakan indikator berapa kali piutang
itu dapat ditagih selama periode akuntansi. Hal ini dapat menunjukan tingkat resiko dalam piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang,
semakin cepat piutang akan dapat tertagih dan sebaliknya jika semakin rendah tingkat perputaran, semakin lama piutang akan bertahan dan semakin
kecil kemungkinan piutang tersebut dapat tertagih. Berikut ini adalah rumus perputaran piutang:
Accounts receivable turnover =
����� ����� ������� ������� ����������
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat perputaran piutang diantaranya :
a. Net Credit Sales. Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai
efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Maka tinggi turnover-nya, berarti makin pendek waktu
terikatnya modal saham piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover-nya, dibutuhkan jumlah
modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. b.
Average Receivable Piutang Usaha Rata-Rata. Piutang Usaha Rata- Rata dapat ditentukan dengan menggunakan data-data bulanan atau
dengan menambahkan saldo piutang awal tahun dan akhir tahun serta kemudian dibagi dengan dua. Piutang rata-rata kadang diungkapkan
dalam jumlah hari penjualan dalam rata-rata piutang.
Universitas Sumatera Utara
c. Syarat Pembayaran Kredit. Makin lunak atau makin lama syarat
pembayaran, makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin
rendah. Penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut
berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran
yang telah ditetapkan.
2.1.3
Rasio Solvabilitas
Menurut Bambang Riyanto, 2001 “Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan”.
Suatu perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvabel belum tentu ilikuid.
Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :
- Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel - Perusahaan yang likuid dan solvabel
- Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid - Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini juga disebut rasio pengungkit leverage yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas meliputi :
2.1.3.1 Rasio Hutang atas Modal Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio,
semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban
jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
2.1.3.2 Debt to Asset Ratio Rasio Hutang atas Aktiva
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang. Dengan semakin kecilnya nilai rasio DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh modal sendiri. Nilai rasio
yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
Dari pihak pemegang, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi pada akhirnya akan mengurangi
pembayaran deviden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Debt to Asset
Ratio sebagai variabel independennya, rumusnya adalah sebagai berikut:
��� = ����� �����
����� ����������� × 100
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Interest Rate Tingkat Suku Bunga
2.1.4.1 Pengertian Suku Bunga
Suku bunga adalah pendapatan bagi kreditor atau beban bagi debitor yang diterima atau dibayarkan oleh kreditor atau debitor
Madura, 2003. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi 2000, p. 693 suku bunga adalah “kompensasi yang dibayar peminjam dana kepada
yang meminjamkan. Bagi peminjam, suku bunga merupakan biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas uang yang dipinjam, yang
merupakan tingkat pertukaran dari konsumsi sekarang untuk konsumsi masa mendatang, atau harga rupiah sekarang atas rupiah masa
mendatang. Biasanya diekspresikan sebagai presentase pertahun yang dibebankan atas uang yang dipinjam atau dipinjamkan.”
Menurut Karl dan Fair 2001:635 “Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk
persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.” Menurut Lipsey,
Ragan, dan Courant 1997 : 471 suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu
tertentu. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant 1997 : 99-100 suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan
suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang
dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya
Universitas Sumatera Utara
beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal
dengan laju inflasi. Tingkat suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang
akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila
tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu
tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat
bunga. Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi
daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat
dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha.
2.1.5 Likuiditas 2.1.5.1 Pengertian Likuiditas
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Menurut Sartono
2002 “masalah likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial
Universitas Sumatera Utara
yang segera harus dipenuhi”. Pacurari 2008
“
Liquidity characterizes the financial situation of the company; its ability to convert assets into
cash or to obtain cash to meet short-term obligations”. Maka Likuiditas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Suatu perusahaan yang dikatakan “likuid” apabila perusahaan
tersebut mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi, dan sebaliknya suatu perusahaan dikatakan “ilikuid”
apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.
2.1.5.2 Rasio-rasio likuiditas
Tingkat likuiditas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas diantaranya :
2.1.5.2.1 Rasio lancar Current rasio
Rasio lancar Current ratio adalah kemampuan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata lain, membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber
daya jangka pendeknya. Rasio ini merupakan salah satu rasio finansial yang paling umum dan paling sering digunakan. Hal
ini disebabkan karena salah satu komponen aktiva lancar, yaitu persediaan memiliki dua kemungkinan untuk dijual, yakni
dapat dijual secara langsung tanpa menurunkan nilainya, dan
Universitas Sumatera Utara
dalam hal rasio lancar ini, persediaan inventory dapat dijual dengan segera tanpa harus menurunkan nilainya terlebih
dahulu. Rumusnya adalah :
Current Ratio =
����� ������� ������ ������� �����������
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio
lancar, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai kewajiban finansialnya. Apabila
dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah dua2, artinya setiap satu rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh
dua rupiah aktiva lancar. Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat rasio lancar yang dianggap baik atau
yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, karena biasanya tingkat rasio lancar ini juga sangat tergantung jenis
usaha dari masing-masing perusahaan. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungannya
harus dibandingkan dengan perhitungan tahun sebelumnya. Faktor lain yang juga harus diperhatikan untuk mengevaluasi
rasio lancar antara lain praktik yang berlaku dalam industri, lamanya siklus operasi dalam perusahaan, serta bauran aktiva
lancar perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2.2 Rasio cepat Quick ratio
Rasio cepat Quick ratio adalah rasio yang membandingkan kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan setelah dikurangkan dengan persediaan, dengan rumus sebagai berikut :
Quick Ratio =
����� ������� ����� –����� ��������� ����� ������� �����������
Dalam perhitungan rasio cepat, persediaan dikurangkan dari nilai total aktiva lancar dikarenakan persediaan
memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat
direalisir menjadi uang kas.
2.1.5.2.3 Rasio kas Cash ratio
Rasio Kas adalah rasio yang hanya membandingkan pos-pos yang sangat likuid yaitu kas dan surat-surat berharga
dengan kewajiban lancar perusahaan, dengan rumus sebagai berikut
:
Cash Ratio =
����� ���ℎ + ����� ���������� ���������� ����� ������� �����������
2.1.5.2.4 Modal kerja bersih Net working capital
Modal kerja bersih adalah rasio modal kerja bersih terhadap kewajiban lancar, dengan rumus sebagai berikut :
Net Working Capital =
����� �������
������
− ����� ������� �����������
������� �����������
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan penelitian terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap Likuiditas menunjukkan hasil yang berbeda. Rincian mengenai
penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel di bawah ini
Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu
Nama Judul
Variabel Hasil
Milawati 2010 Pengaruh Perputaran
piutang Terhadap Tingkat Likuiditas
Pada PT. Sepatu Bata Tbk
Tingkat Pertumbuhan
Piutang X dan Tingkat
Likuiditas Y Tingat
pertumbuhan piutang tidak
berpengaruh positif terhadap
tingkat likuiditas
Oktianda Yudi Putra 2011
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan
Penjualan dan Tingkat Perputaran
Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas
Pada Perusahaan Manufaktur Makanan
dan Minuman Yang Terdaftar diBEI
Tingkat Pertumbuhan
Penjualan X1 dan Tingkat
Perputaram Piutang X2
dan TingkatLikuidit
as Y Tingkat
pertumbuhan penjualan dan
perputaran piutang tidak
berpengaruh terhadap tingkat
likuiditas
Nabila Andina 2012
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan
Penjualan dan Tingkat Perputaran
Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas
Pada Perusahaan Manufaktur Makanan
dan Minuman Yang Terdaftar diBEI
Tingkat Pertumbuhan
Penjualan X1 dan Tingkat
Perputaram Piutang X2
dan TingkatLikuidi
tas Y Tingkat
pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh terhadap
likuiditas dan perputaran
piutang berpengarugh
terhadap likuiditas
Universitas Sumatera Utara
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : • Dari penelitian yang dilakukan Milawati 2010 Peneliti menambahkan
variabel Pertumbuhan Penjualan, Debt To Asset Ratio, Interest Rate
sebagai variabel independen dalam penelitian ini.
• Dari penelitian yang dilakukan Oktianda Yudi Putra 2011 dan Andina Nabila 2012 Peneliti menambahkan variabel Debt To Asset Ratio,
Interest Rate sebagai variabel independen dalam penelitian ini.
• Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan periode penelitian mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel
penelitian ini.
2.3 Kerangka konseptual dan hipotesis 2.3.1 Kerangka konseptual penelitian