Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt To Asset Ratio, dan Interest Rate Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN, TINGKAT PERPUTARAN PIUTANG, DEBT TO ASSET RATIO, DAN

INTEREST RATE TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

WINDA BAGUS PRATIWI 090503182

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt To Asset Ratio, dan Interest Rate Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2013

Winda Bagus Pratiwi NIM: 09050318


(3)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERPUTARAN TINGKAT PIUTANG, DEBT TO ASSET RATIO, DAN INTEREST RATE

TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dengan jumlah sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas secara simultan, tetapi secara parsial, hanya debt to asset ratio saja yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas, sedangkan pertumbuhan penjualan, perputaran piutang,dan interest rate tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas.

Kata kunci : Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt to Asset Ratio, Interest Rate, Tingkat Likuiditas


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GROWTH SALES RATE, RECEIVABLE TURNOVER RATE, DEBT TO ASSET RATIO AND INTEREST RATE TOWARD LIQUIDITY

RATE OF MANUFACTURING COMPANY THAT LISTED ON BEI

The purpose of this research is to know the influence of Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio and Interest Rate either partially or simultaneously toward Liquidity Rate in manufacturing company on Indonesia Stocks Exchange from 2010 – 2012 period.

This research is classified as associative causal research with 20 manufacturing company listed in Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012 for the sample. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in this research are multiple regressions analyzes.

The result of this research shows that Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio and Interest Rate have significant influence toward Liquidity Rate simultaneously, but partially only Debt to Asset Ratio have significant influence to the Liquidity Rate, Growth Sales, Receivable Turnoverand Interest Rate whereas is not significantly influence toward Liquidity Rate.

Keyword : Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio, Interest Rate, Liquidity Rate.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, terhadap likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak Iswan Dana dan Ibu Leginem yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.B.A., Ak. dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak. selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.


(6)

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

6. Adik penulis Koko dan Rio yang selalu membantu penulis dalam do’a, Serta teman - teman sekalian (Mamak Indah Annisa, Kak Effrika Micha Kandace, Kak Yanti Simarmata, Kak Wandani Okti Khaira, Kak Nollie Tanu dan Lek Anggi Rezeki Siregar) yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa perkuliahan maupun selama masa pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2013 Penulis,

Winda Bagus Pratiwi NIM : 090503182


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Pertumbuhan penjualan ... 8

2.1.2 Perputaran piutang ... 10

2.1.3 Rasio Solvabilitas ... 14

2.1.3.1 Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio) ... 15

2.1.3.2 Rasio Hutang Atas Aktiva (Debt To Asset Ratio)...15

2.1.4 Interest Rate ... 16

2.1.4.1 Pengertian Suku bunga……… ... 16

2.1.5 Likuiditas ... 17

2.1.5.1Pengertian likuiditas ... 17

2.1.5.2 Rasio-rasio likuiditas……… ... 18

2.1.5.2.1 Rasio lancar (Current Ratio) ... 18

2.1.5.2.2 Rasio cepat (Quick Ratio) ... 20

2.1.5.2.3 Rasio kas (Cash Ratio) ... 20

2.1.5.2.4 Modal kerja bersih(Net Working Capital) 20 2.2 Tinjauan penelitian terdahulu ... 21

2.3 Kerangka konseptual dan hipotesis ... 23

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.2.1 Populasi Penelitian ... 26


(8)

3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.6 Pengujian Asumsi Klasik ... 32

3.6.1 Uji Normalitas ... 32

3.6.2 Uji Autokorelasi ... 33

3.6.3 Uji Heterokedastisitas ... 34

3.6.4 Uji Multikolinearitas ... 35

3.6.5 Uji Simultan ... 35

3.6.6 Uji Parsial... 36

3.6.7 Koefisien Determinasi ... 36

3.7 Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ... 38

4.1Data Penelitian ... 38

4.2Statistik Deskriptif ... 39

4.3Pengujian Asumsi Klasik ... 40

4.3.1 Uji Normalitas ... 40

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 46

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 47

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 49

4.3.5 Koefisien Determinasi (R2) ... 49

4.3.6 Analisis Regresi ... 50

4.4Pengujian Hipotesis ... 53

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 53

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 55

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan ... 62

5.3 Saran ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

Tabel 3.1 Daftar populasi dan Sampel ... 27

Tabel 3.2 Daftar operasional dan Pengukuran variabel ... 30

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur ... 38

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 39

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov ... 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov ... 42

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.7 Adjusted R (R2) ... 50

Tabel 4.8 Uji Analisis Regresi ... 51

Tabel 4.9 Varibel Yang Dimasukan dan Dikeluarkan ... 53

Tabel 4.10 Uji Signifikan Parsial (t) ... 54


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24 Gambar 4.1 Uji Normalitas Data – Tabel Histogram ... 43 Gambar 4.2 Uji Normalitas Data – Normal P-Plot ... 44 Gambar 4.3 Uji Normalitas Data – Normal P-Plot Setelah Transformasi Data ... 45 Gambar 4.4 Uji Heterokedastisitas ... 48


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Populasi dan Sampel ... 68

Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian (Sebelum Transformasi) ... 69

Lampiran 3 : Data Variabel Penelitian (Setelah Transformasi) ... 74

Lampiran 4 : Jadwal Penelitian ... 79

Lampiran 5 : Statistik Deskriptif ... 79

Lampiran 6 : Uji Kolmogorov Smirnov (Sebelum Transformasi) ... 80

Lampiran 7 : Uji Kolmogorov Smirnov (Setelah Transformasi) ... 81

Lampiran 8 : Uji Normal Histogram ... 82

Lampiran 9 : Uji Normal P- Plot (Sebelum Transformasi) ... 83

Lampiran 10 : Uji Normal P- Plot (Setelah Transformasi) ... 84

Lampiran 11 : Uji Multikolerasi ... 85

Lampiran 12 : Uji Heteroskedastisitas ... 86

Lampiran 13 : Uji Autokorelasi ... 86

Lampiran 14 : Analisis Regresi ... 87

Lampiran 15 : Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 87


(12)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN, PERPUTARAN TINGKAT PIUTANG, DEBT TO ASSET RATIO, DAN INTEREST RATE

TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dengan jumlah sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas secara simultan, tetapi secara parsial, hanya debt to asset ratio saja yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas, sedangkan pertumbuhan penjualan, perputaran piutang,dan interest rate tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas.

Kata kunci : Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt to Asset Ratio, Interest Rate, Tingkat Likuiditas


(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GROWTH SALES RATE, RECEIVABLE TURNOVER RATE, DEBT TO ASSET RATIO AND INTEREST RATE TOWARD LIQUIDITY

RATE OF MANUFACTURING COMPANY THAT LISTED ON BEI

The purpose of this research is to know the influence of Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio and Interest Rate either partially or simultaneously toward Liquidity Rate in manufacturing company on Indonesia Stocks Exchange from 2010 – 2012 period.

This research is classified as associative causal research with 20 manufacturing company listed in Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012 for the sample. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in this research are multiple regressions analyzes.

The result of this research shows that Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio and Interest Rate have significant influence toward Liquidity Rate simultaneously, but partially only Debt to Asset Ratio have significant influence to the Liquidity Rate, Growth Sales, Receivable Turnoverand Interest Rate whereas is not significantly influence toward Liquidity Rate.

Keyword : Growth Sales Rate, Receivable Turnover Rate, Debt to Asset Ratio, Interest Rate, Liquidity Rate.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia bisnis dewasa ini dari waktu ke waktu mengalami kompetitif dalam berbisnis. Menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan yang ketat terutama untuk perusahaan yang sejenis, terlebih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan dituntut untuk melakukan pengelolahan yang baik dan benar atas semua sumber daya yang dimiliki.

Keadaan perekonomian dunia mengalami ketidakstabilan pada periode tahun 2010-2012 menjadi sebuah fenomena yang sangat luar biasa sehingga berdampak kepada terjadinya krisis global yang pada akhirnya menjadi ancaman terhadap dunia usaha dalam uapaya mencapai tujuan perusahaan. Dampak krisis global ini sangat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan lokal dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas kepada menurunya pendapatan perusahaan dari hasil penjualan barang produksinya.

Tujuan perusahaan secara umum adalah mendapatkan laba. Satu aktivitas utama perusahaan dalam pencapaian laba adalah penjualan. Jika perusahaan cermat, maka penjualan akan menjadi penyumbang keuntungan terbesar perusahaan. Agar keuntungan itu dapat dicapai, perusahaan harus dapat mengelola penjualannya dengan membuat sebuah prosedur penjualan yang baik dan memudahkan pembeli sehingga dapat dicapai tingkat penjualan yang maksimal


(15)

yaitu yang berkesinambungan dan berkelanjutan dan bukan penjualan yang berfluktuasi tinggi.

Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan tunai dan kredit yang disertai dengan persyaratan tertentu. Pada saat perusahaan menjual barang dagangannya maka diperoleh pendapatan sejumlah yamg dibebankan kepada pembeli untuk barang dagangan yang diserahkan, dan itu merupakan pendapatan bagi perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan tentunya akan lebih menyukai transaksi penjualan yang dilakukan secara tunai karena akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan untuk mendapatkan pendapatan selanjutnya. Namun kenyataannya, penjualan yang sering terjadi adalah penjualan kredit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa alasan yaitu besarnya nilai penjualan sementara pembeli tidak memiliki kecukupan kas dan ada juga yang memang dengan sengaja ingin mengambil keuntungan dari pejualan kredit tersebut misalnya dengan memanfaatkan diskon yang ditawarkan jika dapat membayar pada waktu yang telah ditentukan. Disisi lain penjualan secara kredit juga akan menguntungkan penjual karena akan memperluas pasar.

Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang usaha yang merupakan jumlah yang terutang oleh pelanggan pada perusahaan akibat penjualan barang atau jasa. Dilihat dari urutannya dalam laporan keuangan, piutang usaha berada diurutan kedua setelah kas. Itu artinya bahwa piutang merupakan aset yang liquid. Perusahaan harus melakukan pengelolahan yang tepat atas piutang karena pada saat-saat tertentu piutang usaha juga dapat menjadi biaya bagi perusahaan yaitu pada saat perusahaan tidak dapat melakukan panagihan kepada pelanggan.


(16)

Dalam setiap aktivitasnya perusahaan sering menghadapi keadaan dimana tidak dapat membayar secara tunai untuk semua manfaat ekonomi yamg telah dinikmatinya. Seperti halnya penjualan, seringkali perusahaan juga melakukan pembelian dengan cara kredit baik karena ketidaktersediaan kas maupun karena ingin memanfaatkan diskon. Hal-hal ini akan menimbulkan kewajiban perusahaan. Kewajiban ini dikelompokkan menjadi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.

Kewajiban lancar atau disebut juga kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang perlunasannya harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama satu tahun atau satu periode akuntansi. Kewajiban lancar terdiri dari atas utang dagang, utang wesel, pendapatan diterima dimuka, kewajiban akrual, dan utang jangka panjang yang jatuh tempo pada periode berjalan.

Dikarenakan jangka waktu perlunasannya yang cukup singkat, maka perusahaan harus dapat memastikan ketersediaan dana atau aset lancar ini. Aset yang dimaksud adalah aset lancar yamg memiliki sifat yang liquid yang dapat dikonversi menjadi kas dengan cepat. Untuk mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, dapat digunakan perhitungan rasio likuiditas. Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya.

Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di dalam menghadapi persaingan ekonomi yang semakin ketat, maka penjualan harus dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.


(17)

Hal ini terkait dengan tingkat likuiditasnya, semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan produk, dengan asumsi lancar konstan, maka likuiditas akan semakin tinggi dikarenakan penjualan mencakup kas dan piutang yang termasuk kategori aktiva lancar merupakan komponen dalam menghitung tingkat likuiditas.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penjualan adalah salah satu kegiatan utama perusahaan salah satunya perusahaan Manufaktur. Dalam melaksanakan aktivitasnya adanya kemungkinan gagalnya pencapaiannya target penjualan dapat terjadi karena berbagai faktor. Hal ini juga berkaitan dengan penjualan yang lebih sering dilakukan perusahaan adalah penjualan kredit yang kemudian akan memunculkan piutang usaha. Piutang usaha merupakan aset dengan tingkat likuiditas kedua setelah kas yang akan digunakan untuk melunasi kewajiban lancar perusahaan.

Bursa Efek Indonesia adalah sebuah bursa saham di Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa yang merupakan hasil penggabungan dua bursa saham yang ada di Indonesia yang dilakukan pada tahun 2007, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Pada penelitian sebelumnya, Milawati (2010) meneliti bahwa tingkat perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas. Dalam penelitian yang dilakukan Milawati (2010), objek penelitian dilakukan pada sebuah perusahaan saja. Putra (2011) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan dan perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat likuiditas. Andina (2012) menyatakan bahwa tingkat


(18)

pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Tetapi variabel perputaran piutang Andina (2012) tidak sejalan dikarenakan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas. Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk membandingkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan penelitian dengan objek yang berbeda, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk mengetahui apakah hasil penelitian sebelumnya dapat digeneralisasi secara umum.

Melihat dari berbedanya variabel penelitian yang digunakan dan terjadinya ketidakkonsistenan baik antara teori dengan hasil penelitian maupun antar hasil penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian terdahulu, Paula (2008) memberikan saran untuk menambahkan variabel independen dalam penelitian berikutnya. Maka menjadi suatu alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ulang terhadap penelitian terdahulu dengan menambahkan tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, sebagai variabel independen. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ”pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka peneliti membuat perumusan masalah yaitu “apakah tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adakah pengaruh tingkat pertumbuhan tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate berpengaruh terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yakni berguna bagi peneliti, bagi perusahaan, dan bagi peneliti lainya.

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian di lapangan dengan teori yang ada.


(20)

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja operasi perusahaan yang dapat mempengaruhi kenaikan tingkat pertumbuhan dan perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan. c. Bagi Peneliti Lain

untuk memberikan tambahan wawasan dan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti dengan topik yang sama.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pertumbuhan penjualan

Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi “Penjualan adalah suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak, atau jasa dalam pertukaran kas, janji pembayaran, atau yang dapat disamakan dengan uang atau kombinasinya”. Menurut Yadati dan Wahyudi (2006) “Transaksi penjualan barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai maupun secara kredit, atau sebagaian secara tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Secara umum transaksi penjualan yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu :

- Penjualan tunai yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli oleh perusahaan.

- Penjualan kredit yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.

Menurut Higgins (2003) “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan


(22)

dalam bursa sebagi barang pertimbangan yaitu dalam bentuk tunai peralatan kas atau harta lainnya”. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu perjanjian antara penjualan dan pembeli yang memindahkan hak kepemilikan barang kepada pembeli dengan kompensasi pembayaran uang kepada penjual. Penjualan tidak hanya menyangkut pemindahan kepemilikan atas barang atau jasa, tapi didalamnya juga terhadap pemindahan resiko-resiko yang timbul atas kepemilikan tersebut.

Menurut Swastha (2000), “pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Jadi, pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan penjualan. Sedangkan menurut Higgins (2003) mengatakan bahwa “growth comes from two sources: increasing volume and rising price. Because off all variable cost, most current assets, and current liabilities have a tendency with sales, so it is a good idea to see the growth based on the sales of the company”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan


(23)

merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik.

Sementara itu menurut Horne (2005), tingkat pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

g = S1 – S0

S0

x 100 %

Keterangan :

g = Growth Sales Rate (tingkat pertumbuhan penjualan)

S1 = Total Current Sales (total penjualan selama periode berjalan) S0 = Total Sales For Last Period (total penjualan periode yang lalu)

2.1.2 Perputaran piutang usaha

Penjualan kredit yang dilakukan perusahaan tidak segera menghasilkan penerimaan kas tapi akan menimbulkan piutang usaha dan barulah kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut Kieso (2002:387) “piutang usaha adalah klaim dalam bentuk uamg yang dimiliki perusahaan terhadap seseorang atau perusahaan yang timbul karena penjualan kredit”.


(24)

Nwude (2003), “Described Accounts Receivable as amount owed to a firm by its customers who have purchased goods or services on credit”.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yaitu badan usaha atau seseorang yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak.

- Faktor besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Volume penjualan kredit, makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keselurahan piutang akan memperkecil jumlah piutang.

b. Syarat pembayaran, semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.

c. Ketentuan batas volume penjualan kredit, apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

d. Kebiasaan membayar para pelanggan, apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.


(25)

e. Kegiatan piutang, apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.

- Tujuan dan fungsi piutang usaha adalah:

a. Menaikkan volume penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba.

b. Usaha dalam menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama.

c. Agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan sejenis dan memperluas pangsa pasar.

Menurut Stice (2003) “Perputaran Piutang merupakan sebuah ukuran analitis seberapa cepat akun/harta pelanggan dikumpulkan dengan menggunakan rumus penjualan kredit bersih dibagi dengan piutang dagang rata-rata selama satu periode”. Sedangkan menurut Richards and Laughlin (2012), “Accounts receivable turnover is an indicator of the frequency with which a firm's average receivables investment is converted into cash”.

Perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas.


(26)

Dari defenisi diatas jelas bahwa perputaran piutang itu ditunjukan oleh suatu angka dimana angka tersebut merupakan indikator berapa kali piutang itu dapat ditagih selama periode akuntansi. Hal ini dapat menunjukan tingkat resiko dalam piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang, semakin cepat piutang akan dapat tertagih dan sebaliknya jika semakin rendah tingkat perputaran, semakin lama piutang akan bertahan dan semakin kecil kemungkinan piutang tersebut dapat tertagih. Berikut ini adalah rumus perputaran piutang:

Accounts receivable turnover = ����������

������������������������ Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat perputaran piutang diantaranya :

a. Net Credit Sales. Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Maka tinggi turnover-nya, berarti makin pendek waktu terikatnya modal saham piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnover-nya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.

b. Average Receivable (Piutang Usaha Rata). Piutang Usaha Rata-Rata dapat ditentukan dengan menggunakan data-data bulanan atau dengan menambahkan saldo piutang awal tahun dan akhir tahun serta kemudian dibagi dengan dua. Piutang rata-rata kadang diungkapkan dalam jumlah hari penjualan dalam rata-rata piutang.


(27)

c. Syarat Pembayaran Kredit. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan.

2.1.3 Rasio Solvabilitas

Menurut Bambang Riyanto, (2001) “Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan”.

Suatu perusahaan yang solvabel belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvabel belum tentu ilikuid. Dalam hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :

- Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel - Perusahaan yang likuid dan solvabel - Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid - Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid


(28)

Rasio ini juga disebut rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas meliputi :

2.1.3.1 Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

2.1.3.2 Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang atas Aktiva)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Dengan semakin kecilnya nilai rasio DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh modal sendiri. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Dari pihak pemegang, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Debt to Asset Ratio sebagai variabel independennya, rumusnya adalah sebagai berikut:

���= ����������


(29)

2.1.4 Interest Rate (Tingkat Suku Bunga) 2.1.4.1 Pengertian Suku Bunga

Suku bunga adalah pendapatan (bagi kreditor) atau beban (bagi debitor) yang diterima atau dibayarkan oleh kreditor atau debitor (Madura, 2003). Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000, p. 693) suku bunga adalah “kompensasi yang dibayar peminjam dana kepada yang meminjamkan. Bagi peminjam, suku bunga merupakan biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas uang yang dipinjam, yang merupakan tingkat pertukaran dari konsumsi sekarang untuk konsumsi masa mendatang, atau harga rupiah sekarang atas rupiah masa mendatang. Biasanya diekspresikan sebagai presentase pertahun yang dibebankan atas uang yang dipinjam atau dipinjamkan.”

Menurut Karl dan Fair (2001:635) “Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.” Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya


(30)

beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi.

Tingkat suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalia bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha.

2.1.5 Likuiditas

2.1.5.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Menurut Sartono (2002) “masalah likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial


(31)

yang segera harus dipenuhi”. Pacurari (2008) “Liquidity characterizes the financial situation of the company; its ability to convert assets into cash or to obtain cash to meet short-term obligations”. Maka Likuiditas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

Suatu perusahaan yang dikatakan “likuid” apabila perusahaan tersebut mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi, dan sebaliknya suatu perusahaan dikatakan “ilikuid” apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.

2.1.5.2 Rasio-rasio likuiditas

Tingkat likuiditas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas diantaranya :

2.1.5.2.1 Rasio lancar (Current rasio)

Rasio lancar (Current ratio) adalah kemampuan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata lain, membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendeknya. Rasio ini merupakan salah satu rasio finansial yang paling umum dan paling sering digunakan. Hal ini disebabkan karena salah satu komponen aktiva lancar, yaitu persediaan memiliki dua kemungkinan untuk dijual, yakni dapat dijual secara langsung tanpa menurunkan nilainya, dan


(32)

dalam hal rasio lancar ini, persediaan (inventory) dapat dijual dengan segera tanpa harus menurunkan nilainya terlebih dahulu.

Rumusnya adalah :

Current Ratio = ������������������ ������������������

Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai kewajiban finansialnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah dua(2), artinya setiap satu rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua rupiah aktiva lancar. Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat rasio lancar yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, karena biasanya tingkat rasio lancar ini juga sangat tergantung jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungannya harus dibandingkan dengan perhitungan tahun sebelumnya. Faktor lain yang juga harus diperhatikan untuk mengevaluasi rasio lancar antara lain praktik yang berlaku dalam industri, lamanya siklus operasi dalam perusahaan, serta bauran aktiva lancar perusahaan.


(33)

2.1.5.2.2 Rasio cepat (Quick ratio)

Rasio cepat (Quick ratio) adalah rasio yang membandingkan kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan setelah dikurangkan dengan persediaan, dengan rumus sebagai berikut :

Quick Ratio = ����������������� –�������������� ����������������������� Dalam perhitungan rasio cepat, persediaan

dikurangkan dari nilai total aktiva lancar dikarenakan persediaan memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir menjadi uang kas.

2.1.5.2.3 Rasio kas (Cash ratio)

Rasio Kas adalah rasio yang hanya membandingkan pos-pos yang sangat likuid yaitu kas dan surat-surat berharga dengan kewajiban lancar perusahaan, dengan rumus sebagai berikut : Cash Ratio =��������ℎ+�������������������������

�����������������������

2.1.5.2.4 Modal kerja bersih (Net working capital)

Modal kerja bersih adalah rasio modal kerja bersih terhadap kewajiban lancar, dengan rumus sebagai berikut :

Net Working Capital = ������������������ − ����������������������� ������������������


(34)

2.2 Tinjauan penelitian terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap Likuiditas menunjukkan hasil yang berbeda. Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel di bawah ini

Tabel 2.1

Tinjauan penelitian terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil

Milawati (2010) Pengaruh Perputaran piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT. Sepatu Bata Tbk Tingkat Pertumbuhan Piutang (X) dan Tingkat Likuiditas (Y) Tingat pertumbuhan piutang tidak berpengaruh positif terhadap tingkat likuiditas Oktianda Yudi Putra (2011) Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman Yang Terdaftar diBEI Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X1) dan Tingkat Perputaram Piutang (X2) dan TingkatLikuidit as (Y) Tingkat pertumbuhan penjualan dan perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas Nabila Andina (2012) Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman Yang Terdaftar diBEI Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X1) dan Tingkat Perputaram Piutang (X2) dan TingkatLikuidi tas (Y) Tingkat pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap likuiditas dan perputaran piutang berpengarugh terhadap likuiditas


(35)

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :

• Dari penelitian yang dilakukan Milawati (2010) Peneliti menambahkan variabel Pertumbuhan Penjualan, Debt To Asset Ratio, Interest Rate sebagai variabel independen dalam penelitian ini.

• Dari penelitian yang dilakukan Oktianda Yudi Putra (2011) dan Andina Nabila (2012) Peneliti menambahkan variabel Debt To Asset Ratio, Interest Rate sebagai variabel independen dalam penelitian ini.

• Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan periode penelitian mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Dan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian ini.

2.3 Kerangka konseptual dan hipotesis 2.3.1 Kerangka konseptual penelitian

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Untuk membayar kewajiban jangka pendek tersebut akan digunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, salah satu diantaranya adalah piutang yang diperoleh dari penjualan kredit. Porsi piutang dalam aktiva lancar biasanya cukup besar berkisar antara 50%-70%. Jumlah piutang yang cukup besar ini diperoleh dari penjualan yang dilakukan perusahaan.


(36)

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan penjualan, dilakukan dengan mengurangkan penjualan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya lalu dibagi dengan penjualan tahun sebelumnya. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan berarti semakin tinggi penerimaan kas ataupun piutang perusahaan. Untuk melakukan pembayaran atas kewajiban lancar dibutuhkan realisasi kas atas piutang tersebut.

Untuk melihat sejauh mana piutang usaha perusahaan dapat direlisasikan menjadi kas dihitung dengan menggunakan rumus perputaran piutang. Dengan demikian apabila tingkat perputaran piutang tinggi yang artinya semakin besar kas yang direalisasikan atas piutang tersebut maka tingkat likuiditas perusahaan juga akan tinggi.

Adapun rasio hutang atas aktiva (Debt to Asset Ratio) ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang dengan menggunakan rumus DAR. Dengan semakin kecilnya nilai rasio DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah tingkat suku bunga yang berjangka pertahun.

Berdasarkan keterangan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan keterangan singkat di atas maka digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :


(37)

H1

H2

H3

H4

H5 Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Dari gambar 2.1 dapat diketahui bahwa secara parsial, variabel independen yang terdiri dari, Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X1), Perputaran Piutang (X2), Debt To Asset (X3), Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Likuiditas (Y). Dan juga variabel Pertumbuhan Penjualan (X1), Perputaran Piutang (X2), Debt To Asset (X3), Tingkat Suku Bunga secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen Likuiditas(Y).

Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X1)

Tingkat Perputaran Piutang (X2)

Tingkat Suku Bunga– Interest

Rate (X4)

Debt To Asset Ratio (X3)


(38)

2.4 Hipotesis penelitian

Menurut Erlina (2007) “Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap Likuiditas.

H2 : Perputaran Piutang berpengaruh secara signifikan terhadap Likuiditas.

H3 : Debt To Asset Ratio secara signifikan berpengaruh terhadap Likuiditas.

H4 : Tingkat Suku Bunga berpengaruh secara signifikan terhadap Likuiditas.

H5 : Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Piutang, Debt To Asset Ratio, dan Tingkat Suku Bunga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Likuiditas.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain peneletian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Dengan kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2004), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subjek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebanyak 20 perusahaan dimulai dari tahun 2010-2012 yang diperoleh dari

situ

3.2.2 Sampel penelitian

Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive (purposive sampling). Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang konsisten dan representatif, sesuai dengan kriteria-kriteria yang digunakan. Adapun yang menjadi kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :


(40)

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. 2. Perusahaan tidak pernah ter-delisting selama periode 2010-2012.

3. Perusahaan sampel memiliki semua data yang diperlukan secara lengkap dan telah diaudit selama tahun 2010-2012 dari variabel yang diteliti.

Tabel 3.1

Daftar populasi dan sampel

No Nama Perusahaan Kode

1. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP

2. PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB

3. PT. Semen Indonesia Tbk SMGR

4. PT. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA

5. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 6. PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI 7. PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR

8. PT. Astra Internasional Tbk ASII

9. PT. Astra Auto Part Tbk AUTO

10. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 11. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 12. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 13. PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 14. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP

15. PT. Kimia Farma Tbk KAEF

16. PT. Indo Farma Tbk INAF

17. PT. Merck Tbk MERK

18. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI

19. PT. Mandom Indonesia Tbk TCID

20. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI Sumber : Peneliti, 2013


(41)

3.3 Sumber dan metode pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yang telah diperoleh atau dicatat oleh pihak lain. Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi yang bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesi

Data yang digunakan adalah gabungan antara data time series dan cross section. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa interval waktu tertentu, sedangkan data cross section adalah data untuk meneliti suatu fenomena tertentu. Jenis data yang digunakan anatara lain berupa :

1. Informasi total saldo penjualan pada periode pengamatan untuk setiap perusahaan yang teliti.

2. Informasi total aktiva lancar dan total kewajiban lancar tahun 2010-2012 untuk setiap perusahaan yang menjadi objek pengamatan.

3. Informasi keuangan lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian.

3.4 Defenisi operasional dan pengukuran variabel

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010: 134), “ Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan atau konstrak dengan cara memberikan arti atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel.”


(42)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Sangadji dan Sopiah, 2010: 136). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Piutang, Debt To Aset Ratio, dan Interest Rate.

• Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan Penjualan adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

• Perputaran Piutang

Perputaran Piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun.

Debt To Asset Ratio

Debt To Asset Ratio merupakan rasio yang mengukur pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang.

Interest Rate

Interest Rate merupakan harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu.

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian


(43)

ini adalah likuiditas. Likuiditas dalam penelitian ini adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan jangka pendeknya.

Tabel 3.2

Defenisi operasional dan pengukuran variabel

Variabel Defenisi opersional Pengukuran Skala

Variabel dependen (X1) Pertumbuhan Penjualan Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya berdasarkan jumlah penjualan.

g = S1 – S0 S0

x 100 %

Rasio Variabel dependen (X2) Perputaran Piutang ukuran analitis seberapa cepat akun/harta pelanggan dikumpulkan dengan menggunakan rumus penjualan kredit bersih dibagi dengan piutang dagang rata-rata selama satu periode.

��������������

���� − �����������X 100%

Rasio

Debt To Asset Ratio

(X3)

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang.

��� = �����������

��������������x 100 %

Rasio

Tingkat Suku Bunga – Interest

Rate (X4)

Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari

pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.


(44)

sumber : peneliti, 2013

3.5 Metode pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Inferensial dengan analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi sederhana untuk mengatur besarnya hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dan analisis korelasi. Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Analisis ini menggunakan teknik analisis statistik SPSS dengan metode analisis regresi berganda dengan model persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana :

Y = Tingkat likuiditas a = Konstanta

b1...b4 = Koefisien regresi

X1 = Tingkat pertumbuhan piutang X2 = Tingkat perputaran piutang Variabel

Independen (Y) Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan

perusahaan

memenuhi kebutuhan jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk mengkonversikan aktiva menjadi uang tunai atau kas.

�����������������

�������������������� X 100%


(45)

X3 = Debt To Asset Ratio X4 = Interest Rate

e = Tingkat kesalahan pengganggu

3.6 Pengujian asumsi klasik

Peneliti menggunakan pengujian asumsi klasik yang meliputi :

3.6.1 Uji normalitas

Menurut Ghozali (2005 ), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2005), yaitu : analisis grafik dan analisis statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Analisis statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Simrnov (K-S).


(46)

Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari :

1. Nilai Sig, atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,

2. Nilai Sig, atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distibusi data adalah normal.

3.6.2 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

• Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

• Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0)


(47)

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.6.3 Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2005) bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Jika ada pola seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain melihat grafik Scatterplot, untuk melihat adanya heterokedastisitas dapat juga digunakan uji Glejser. Jika dari uji Glejser, didapatkan probabilitas signifikansi di atas


(48)

tingkat kepercayaan 5% (0.05) dapat disimpulkan model regresi tidak menunjukkan adanya heterokedastisitas.

3.6.4 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerence dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 5 (Situmorang, 2011 : 139). Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :

• VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas

• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolineritas

Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas

Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolineritas

3.6.5 Uji simultan (Uji F)

Pengujian ini digunakan untuk menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan


(49)

Ho : bi = 0, artinya variabel independen secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : bi ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan ketentuan sebagai berikut : Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima Jika Fhitung < Ftabel, maka Ha ditolak

3.6.6 Uji parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya variabel independen mempengaruhi variabel dependen menggunakan t-test.

Hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho : bi = 0 , artinya suatu variabel independen secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : bi ≠ 0 , artinya suatu variabel independen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan secara sterhadap variabel dependen.

Dengan ketentuan sebagai berikut : Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak

3.6.7 Koefisien determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinai berkisar antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0


(50)

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.7 Tempat dan Jadwal penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilihat melalui IDX Fact Book dan laporan tahunan perusahaan perbankan.

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jadwal penelitian

Tahapan Penelitian 2012 2013

Okt Nov Jan Feb Mar Mei Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data

Bimbingan & Penyelesaian Ujian Komprehensif


(51)

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan dagang, baik perusahaan dagang eceran dan perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010 - 2012. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 20 perusahaan. Berikut tabel nama dan kode perusahaan dagang yang menjadi sampel dari penelitian ini :

Tabel 4.1

Daftar Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

No Nama Perusahaan Kode

1. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP

2. PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB

3. PT. Semen Indonesia Tbk SMGR

4. PT. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA

5. PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 6. PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI 7. PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR

8. PT. Astra Internasional Tbk ASII

9. PT. Astra Auto Part Tbk AUTO

10. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 11. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 12. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 13. PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 14. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP

15. PT. Kimia Farma Tbk KAEF

16. PT. Indo Farma Tbk INAF

17. PT. Merck Tbk MERK


(52)

19. PT. Mandom Indonesia Tbk TCID 20. PT. Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI

Sumber : Data dioleh peneliti, 2013

4.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian. Tujuannya adalah memudahkan orang untuk membaca data serta memahami maksudnya.

Tabel 4.2

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Dari tabel 4.2 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai:

• Jumlah data (N) masing-masing pada variabel pertumbuhan penjualan, perputaran piutang, DAR, dan Interest rate adalah 60 data, dan semua data dinyatakan valid.

• Rata-rata dari pertumbuhan penjualan adalah 16,6442 dengan standard deviasi 46,96984 dan jumlah data yang ada adalah 60.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P_Penjualan 60 -88.80 348.10 16.6442 46.96984

P_Piutang 60 3.27 67.71 11.4460 12.60208

DAR 60 -2.79 10.24 3.3133 2.21964

Interest_Rate 60 4.47 12.75 8.5293 1.99266

Likuiditas 60 .58 11.70 2.9057 2.48041


(53)

Nilai pertumbuhan penjualan tertinggi adalah 348,10 dan nilai pertumbuhan penjualan terendah adalah -88,80.

• Rata-rata dari perputaran piutang adalah 11,4460 dengan standard deviasi 12,60208 dan jumlah data yang ada adalah 60. Nilai perputaran piutang tertingi adalah 67,71 dan nilai perputaran piutang terendah adalah 3,27.

• Rata-rata dari DAR adalah 3,3133 dengan standard deviasi 2,21964 dan jumlah data yang ada adalah 60. Nilai likuiditas tertinggi adalah 10,24 dan nilai likuiditas terendah adalah -2,79.

• Rata-rata dari Interest rate adalah 8,5293 dengan standard deviasi 1,99266 dan jumlah data yang ada adalah 60. Nilai likuiditas tertinggi adalah 12,75 dan nilai likuiditas terendah adalah 4,47.

• Rata-rata dari likuiditas adalah 2,9057 dengan standard deviasi 2,4804 dan jumlah data yang ada adalah 60. Nilai likuiditas tertinggi adalah 11.70 dan nilai likuiditas terendah adalah 0,58.

4.3 Pengujian asumsi klasik 4.3.1 Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:


(54)

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dengan melihat angka probabilitas dengan aturan:

Probabilitas Sig. > 0,05 maka Ho diterima. Probabilitas Sig. < 0,05 maka Ho ditolak.

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.42178413

Most Extreme Differences Absolute .221

Positive .221

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z 1.713

Asymp. Sig. (2-tailed) .006

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Hasil analisis metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa Nilai Kolmogrov – Smirnov sebesar 1,713 dan signifikan pada 0,006 (karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,006 < dari 0,05). Dengan demikian dapat diketahui bahwa data tidak normal, karena nilai


(55)

signifikan nya dibawah 0,05. Menurut Erlina (2007 : 106) ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu :

a. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya,

b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,

c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln). Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov :

Tabel 4.4

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_RES_1

N 22

Normal Parametersa,,b Mean -.8237

Std. Deviation 1.60399

Most Extreme Differences Absolute .132

Positive .079

Negative -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .620

Asymp. Sig. (2-tailed) .837

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(56)

Dari tabel 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) Kolmogorov-Smirnov 0,837 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian secara keseluruhan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.

Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber : Diolah dari SPSS, 2013


(57)

Hasil uji normalitas di atas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram diatas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal.

Gambar 4.2

Normal Probability Plot

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal namun penyebarannya menjauhi garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa berdistribusi tidak normal, maka peneliti melakukan


(58)

transformasi dengan menggunakan Logaritma Natural, hasil setelah transformasi nya adalah sebagai berikut

Gambar 4.3

Normal Probability Plot setelah transformasi

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Pada grafik Normal Plot diatas, dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data setelah ditransformasi telah terdistribusi normal.


(59)

3.5.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerence dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 5. Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas variabel independen dalam penelitian ini.

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 P_Penjualan .994 1.006

P_Piutang .915 1.093

DAR .934 1.070

Interest_Rate .919 1.089

a. Dependent Variable: Likuiditas Sumber : Diolah dari SPSS, 2013


(60)

Berdasarkan data olahan SPSS diatas, dapat diketahui bahwa data penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF di bawah 5 ataupun Tolerance diatas 0,10. Dari hasil uji multikolinearitas ini di dapatkan bahwa nilai VIF untuk pertumbuhan penjualan adalah 1,006 < 5 dan nilai Tolerance sebesar 0,994 > 0,10. Nilai VIF untuk perputaran piutang adalah 1,093 < 5 dan nilai Tolerance sebesar 0,915 > 0,10. Nilai VIF untuk Debt To Asset Ratio (DAR) adalah 1,070 < 5 dan nilai Tolerance sebesar 0,934 > 0,10. Interest Rate adalah 1,089 < 5 dan nilai Tolerance sebesar 0,919 > 0,10. Kesimpulan dari uji multikolinearitas ini adalah bahwa semua variabel independen telah lolos dari uji multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadi Heteroskedastisitas, dapat dilihat dengan grafik scatterplot. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:


(61)

Gambar 4.4 Grafik scatterplot

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Dari gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen (Likuiditas) berdasarkan masukan variabel independen, pertumbuhan penjualan, perputaran piutang, DAR, Interest rate.


(62)

4.3.4 Uji autokorelasi

Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

S

u

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,962 dengan jumlah responden sebanyak 60 dan kasus sebanyak 4, maka diperoleh nilai DL sebesar 1,4443 dan DU sebesar 1,7274. Karena nilai DW sebesar 1,962 lebih besar daripada nilai DU yaitu 1,7274 dan lebih kecil daripada nilai 4-DU yaitu 2,2726, maka nilai DW berada di antara nilai DU dan 4-DU atau DU < DW < 4-DU. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

4.3.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variasi variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Nilai yang digunakan untuk mengetahui hasil uji koefisien

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .819a .671 .648 1.47258 1.962

a. Predictors: (Constant), Interest_Rate, P_Penjualan, DAR, P_Piutang


(63)

determinasi adalah nilai adjusted R2, karena penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel.

Berikut ini peneliti menampilkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Adjusted R (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .819a .671 .648 1.47258

a. Predictors: (Constant), Interest_Rate, P_Penjualan, DAR, P_Piutang

b. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Hasil uji koefisien determinasi diatas menunjukkan besarnya Adjusted R2 adalah 0.648. Maka, besarnya pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode (2010-2012) adalah sebesar 64.8%. Sedangkan sisanya sebesar 35,2% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3.6 Analisis Regresi

Analisis regresi linear berganda dari Pengaruh tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang


(64)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2010-2012) memiliki hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8 Analisis Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) .176 1.043

P_Penjualan -.002 .004 -.041

P_Piutang -.007 .016 -.037

DAR .906 .089 .811

Interest_Rate -.018 .100 -.014

a. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Berdasarkan data di atas, dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode (2010-2012) adalah sebagai berikut:

Y = 0,176 – 0,002X1 ̶ 0,007X2 +0,906X3 ̶ 0,018X4 + e

Keterangan:

Y = Tingkat Likuiditas X1 = Pertumbuhan Penjualan


(65)

X2 = Perputaran Piutang

X3 = Debt To Asset Ratio (DAR) X4 = Interest Rate

e = Koefisien error

Koefisien-koefisien dalam persamaan regresi linear berganda memiliki arti sebagai berikut :

a. konstanta (a) sebesar 0,176 mempunyai arti apabila tingkat pertumbuhan penjualan,tingkat perputaran piutang, debt to asset ratio, dan interest rate sama dengan nol maka harga saham perusahaan perbankan bernilai positif sebesar 0,176.

b. koefisien regresi Pertumbuhan Penjualan sebesar - 0,02 mempunyai arti setiap kenaikan rasio Pertumbuhan Penjualan sebesar 1 satuan akan mengalami penurunan terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan sebesar 0,02 satuan.

c. koefisien regresi Perputaran Piutang sebesar - 0,007 mempunyai arti setiap kenaikan rasio Perputaran Piutang sebesar 1 satuan akan mengalami penurunan terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan sebesar 0,007 satuan.

d. koefisien regresi DAR sebesar 0,906 mempunyai arti setiap kenaikan rasio DAR sebesar 1 satuan akan mengalami peningkatan terhadap Tingkat Likuiduitas perusahaan sebesar 0,906 satuan.

e. koefisien regresi Interest Rate sebesar - 0,18 mempunyai arti setiap kenaikan rasio Interest Rate sebesar 1 satuan akan mengalami


(66)

penurunan terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan sebesar 0,18 satuan.

4.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9

Variabel yang Dimasukkan dan dikeluarkan

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa variabel yang dimasukkan dalam persamaan adalah variabel independen yang terdiri dari IR, P_Penjualan, P_Piutang, DAR dan variabel independen tidak ada dikeluarkan dari persamaan. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test).

4.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yang dapat diambil yaitu jika nilai probabilitas

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Interest_Rate,

P_Penjualan,

DAR, P_Piutanga

. Enter


(67)

(nilai Sig.) < 0.05 maka Ha diterima, sedangkan jika nilai probabilitas

(nilai Sig.) > 0.05 maka Ha ditolak. Selain itu, signifikansi juga dapat

dilihat dengan membandingkan thitung, dengan ketentuan:

1. Jika thitung > ttabel (α = 5%) maka Ha diterima.

2. Jika thitung < ttabel (α = 5%) maka Ha ditolak.

Berikut hasil uji signifikan parsial:

Tabel 4.10

Uji Signifikan Parsial (t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .176 1.043 .169 .867

P_Penjualan -.002 .004 -.041 -.528 .600

P_Piutang -.007 .016 -.037 -.454 .652

DAR .906 .089 .811 10.139 .000

Interest_Rate -.018 .100 -.014 -.179 .858

a. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Untuk mengetahui variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Sig., sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai


(68)

thitung < ttabel (-0,528 < 2,00030) dan signifikansi di atas 0,05 ( 0,600 >

0,05).

• Variabel perputaran piutang berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai thitung < ttabel (-0,454 < 2,00030) dan signifikansi di atas 0,05 ( 0,652>

0,05)

• Variabel debt to asset ratio berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai thitung > ttabel

(10,139 > 2,00030) dan signifikansi di bawah 0,05 ( 0,000 < 0,05).

• Variabel Interest Rate berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai thitung < ttabel

(-0,179>2,00030) dan signifikansi di atas 0,05 ( 0,858 > 0,05).

4.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Pengujian hipotesis terhadap pengaruh simultan dilakukan dengan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pertumbuhan penjualan, perputaran piutang, debt to asset ratio dan interest rate berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap likuiditas. Untuk mengetahui semua variabel


(69)

independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Sig., apabila tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka Ha diterima, dan sebaliknya jika tingkat

signifikansi di atas 0,05 maka Ha ditolak. Selain itu signifikansi juga

dapat dilihat dengan membandingkan Fhitung, dengan ketentuan:

1. Jika Fhitung > Ftabel (α = 5%) maka Ha diterima.

2. Jika Fhitung < Ftabel (α = 5%) maka Ha ditolak

Berikut hasil uji signifikan simultan:

Tabel 4.11

Uji Signifikan Simultan (F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 243.727 4 60.932 28.099 .000a

Residual 119.267 55 2.168

Total 362.994 59

a. Predictors: (Constant), Interest_Rate, P_Penjualan, DAR, P_Piutang b. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah 28,099 dengan tingkat

signifikansi 0,005. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) adalah 2,54 karena Fhitung > Ftabel atau 28,099 > 2,54 dan tingkat

signifikansinya di bawah 0,05 atau 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (pertumbuhan penjualan, perputaran piutang,


(1)

Uji Normalitas Data (Sebelum Transformasi)


(2)

Uji Normalitas Data (Setelah Transformasi)


(3)

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 P_Penjualan .994 1.006

P_Piutang .915 1.093

DAR .934 1.070

Interest_Rate .919 1.089

a. Dependent Variable: Likuiditas


(4)

Uji Heterokedastisitas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Lampiran 13

Uji Autokorelasi

S

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .819a .671 .648 1.47258 1.962


(5)

Analisis Regresi

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) .176 1.043

P_Penjualan -.002 .004 -.041

P_Piutang -.007 .016 -.037

DAR .906 .089 .811

Interest_Rate -.018 .100 -.014

a. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

Lampiran 15

Uji Koefisien Determinasi (R

2

)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .819a .671 .648 1.47258

a. Predictors: (Constant), Interest_Rate, P_Penjualan, DAR, P_Piutang

b. Dependent Variable: Likuiditas


(6)

Uji Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .176 1.043 .169 .867

P_Penjualan -.002 .004 -.041 -.528 .600

P_Piutang -.007 .016 -.037 -.454 .652

DAR .906 .089 .811 10.139 .000

Interest_Rate -.018 .100 -.014 -.179 .858

a. Dependent Variable: Likuiditas

Sumber : Diolah dari SPSS, 2013

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 243.727 4 60.932 28.099 .000a

Residual 119.267 55 2.168

Total 362.994 59


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

4 61 88

Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

54 290 74

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

31 160 65

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 101 86

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Dan Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

10 55 95

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERTUMBUHAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

1 16 30

PENGARUH RASIO LANCAR, PERPUTARAN TOTAL AKTIVA, PERPUTARAN PERSEDIAAN, DEBT TO EQUITY RATIO, PENJUALAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTARDI BEI.

0 7 34

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt To Asset Ratio, dan Interest Rate Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertumbuhan penjualan - Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan, Tingkat Perputaran Piutang, Debt To Asset Ratio, dan Interest Rate Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 18

Debt to Asset Ratio, Interest Rate, Tingkat Likuiditas

0 0 11