Model Analisis Data Hipotesis Model Definisi Operasional

44 d = Presisi 10 maka: n = 189 189 0,1² + 1 n = 189 28,9 n = 65,39 di bulatkan menjadi 65 Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 65 orang yang di tetapkan sebagai responden, yaitu konsumen rumah tangga yang bertempat tinggal di Kelurahan Siti Rejo III, Kecamatan Medan Amplas yang menggunakan daya 450 VA, 900VA, 1300VA, 2200VA tarif R1.

3.5 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer Eviews 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.6 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode OLS Ordinary of Least Squares atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa. Universitas Sumatera Utara 45 Pendapatan konsumen, jumlah titik lampu, jumlah alat yang menggunakan listrik, jumlah ruangankamar yang dimiliki sebagai variabel-variabel independen yang mempengaruhi permintaan kWh listrik rumah tangga sebagai variabel dependen dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut: Y = f X 1 ,X 2 ,X 3, X 4 Dengan spesifikasi model ekonometrika sebagai berikut : Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + μ Dimana: Y = Permintaan kWh listrik rumah tangga, dilihat dari besarnya daya yang di minta VA α = Intercept X 1 = Pendapatan konsumen per bulan Rp X 2 = Jumlah titik lampu titik X 3 = Jumlah alat yang mengggunakan listrik unit X 4 = Jumlah ruangankamar yang di miliki unit β 1 , β 2, β 3, β 4 = Koefisien Regresi µ = Kesalahan PenggangguError Term

3.7 Hipotesis Model

Bentuk hipotesisnya ádalah sebagai berikut Universitas Sumatera Utara 46 1. 1 X  Y 0, artinya: jika X 1 pendapatan konsumen meningkat, maka permintaan kWh Listrik rumah tangga akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 2. 2 X Y   0, artinya: jika X 2 Jumlah Titik Lampu meningkat, maka Y permintaan kWh Listrik rumah tangga akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 3. 3 X Y   0, artinya: jika X 3 Jumlah Alat Yang Menggunakan Listrik, maka Y permintaan kWh Listrik rumah tangga akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 4. 4 X Y   0, artinya jika X Jumlah ruangankamar yang dimiliki, maka Y Permintaan kWh Listrik rumah tangga akan mengalami kenaikan, ceteris paribus 3.8 Test of Goodness of Fit Uji Kesesuaian 3.8.1 Koefisien Determinasi R-Square Koefisien determinasi ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 47

3.8.2 Uji F-Statistik Uji Keseluruhan

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut: H : b 1 =b 2 =b n .................................................... b n = 0 tidak ada pengaruh H a : b 1 ≠0 ......................................... bi = 0 ada pengaruh Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F- tabel. Jika F-hitung F-tabel, maka H ditolak yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat dipeoleh dengan rumus: k - n R - 1 b - bi R hitung - F 2 2  Keterangan: R 2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 1- α 100 sebagai berikut: H diterima, jika F-hitung F - tabel H ditolak, jika F-hitung F - Tabel Universitas Sumatera Utara 48

3.8.3 Uji t-Statistik Uji Parsial

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regeresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: H : b i = b H a : b i ≠ b Dimana b i adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap sama dengan 0. Artinya tidak ada penagruh variabel X i terhadap Y. Bila nilai t-hitung t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: Sbi b - bi hitung - t  Dimana: b i = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol Sb i = simpangan baku dari variabel independen ke-i Universitas Sumatera Utara 49 3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.9.1 Multikolinearity Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah tedapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung dan standart error. Ciri khas multikolinearity ditandai dengan: 1. R 2 nya tinggi 2. Standart errornya tidak terhingga 3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori 4. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5, α = 10, α = 1

3.9.2 Serial CorrelationAuto Correlation

Auto korelasi terjadi bila error term µ dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error Term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila: Variabel e i ,e j ≠ 0, untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memilki masalah auto korelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu: Dengan Durbin-Watson D-W Test    t e e - e hitung - D 2 2 1 - t t Universitas Sumatera Utara 50 Dengan hipotesis sebagai berikut: H = ρ = 0, artinya tidak ada auto korelasi H a = ρ ≠ 0, artinya ada auto korelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah: Dimana: H : tidak ada autokorelasi dw dl : tolak H ada korelasi positif dw 4-dl : tolak H ada korelasi negatif du dw 4-du : terima H tidak ada auto krelasi dl ≤ dw ≤ du : pengujian tidak dapat disimpulkan inconclusive 4-du ≤ dw ≤ 4-dl : pengujian tidak dapat disimpulkan inconclusive Universitas Sumatera Utara 51

3.9.3 Heterokedastisitas

Heterokedastisitas ialah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu E X i , µ i ≠ 0, sehingga E µ i 2 ≠ σ 2 . Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Di dalam regresi, biasanya kita berasumsi bahwa E µ i 2 = σ 2 , untuk semua µ i , artinya untuk semua kesalahan pengganggu, variannya sama. Pada umumnya terjadi di dalam analisis data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu, misalnya data hasil suatu survei. Pengujian untuk mendeteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan cara: Uji Formal yaitu Uji White White’s General Heteroscedasticity Test Uji White dimulai pengujiannya dengan membentuk model: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + µ i Kemudian, persamaan diatas dimodifikasi dengan membentuk regresi bantuan auxiliary regression sehingga model menjadi: µ i 2 = α + α 1 X 1 + α 2 X 2 + α 3 X 3 + α 4 X 1 2 + α 5 X 2 2 + α 6 X 3 2 + α 7 X 1 X 2 X 3 + υ 1 Pedomannya adalah bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam hasil estimasi, jika nilai R 2 hasil regresi dikalikan dengan jumlah data atau n.R 2 = χ 2 hitung lebih kecil dibandingkan χ 2 tabel. Sementara, akan terdapat masalah heterokedastisitas apabila hasil estimasi menunjukkan bahwa χ 2 hitung lebih besar dibandingkan dengan χ 2 tabel. Universitas Sumatera Utara 52

3.10 Definisi Operasional

1. Permintaan kWh Listrik Rumah Tangga adalah permintaan konsumen terhadap kWh listrik tangga dilihat dari besarnya daya yang di minta oleh konsumen, khususnya daya 450, 900, 1300, 2200 VA. 2. Pendapatan Konsumen adalah pendapatan bersih yang diperoleh konsumen setiap bulan rupiahbulan. 3. Jumlah Titik Lampu adalah jumlah unit lampu yang tersedia di dalam satu rumah tangga pengguna tenaga listrik titik. 4. Jumlah Alat Yang Menggunakan Listrik adalah banyaknya alat yang menggunakan listrik yang dipakai dalam satu rumah tangga pengguna tenaga listrik unit. 5. Jumlah Ruangankamar yang di miliki adalah banyaknya ruangankamar yang di miliki konsumen yang dipakai dalam satu rumah tangga pengguna tenaga listrik unit Universitas Sumatera Utara 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT. PLN Persero Cabang Medan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Kalau listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia Sekarang Jakarta, maka 30 tahun kemudian 1923 listrik mulai ada di Medan. Sentralnya di bangun di tanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No. 2 Medan, di bangun oleh NV NIGEMOGEM Perusahaan Swasta Belanda. Kemdian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga NV ANIWM Berastagi dan Tarutung 1929, Tanjung Balai tahun 1931 milik Gementee-Kotapraja, Labuhan Bilik 1936 dan Tanjung Tiram 1937. Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakn penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya di bagi menjadi Perusahaan listrik Sumatera Utara, Perusahaan listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerinthan tentera Jepang waktu itu. Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, di kumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk Universitas Sumatera Utara