1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,
perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya Ismail, 2011:12.
Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui
perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai
peranan yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara Muhammad, 2005:1.
Pengertian bank itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak Direktorat Hukum Bank Indonesia :2009. Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah
dari Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk
mencapai tujuan yang suci ini Allah SWT tidak meninggalkan manusia
2
sendirian tetapi diberikan-Nyalah petunjuk melalui Rasul-Nya. Dalam petunjuk ini, Allah SWT memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik
akidah, akhlak, maupun syariah. Dua komponen yang pertama akidah dan akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya
waktu dan tempat. Adapun komponen yang terakhir “syariah” senantiasa berubah sesuai kebutuhan dan taraf peradaban umat, dimana seorang rasul
diutus. Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu hadis yang artinya: “Saya dan Rasul-rasul yang lain tak ubahnya bagaikan saudara
sepupu, syariat mereka banyak tetapi agama akidah nya satu yaitu mentauhidkan Allah.”
Melihat kenyataan ini, Syariah Islam sebagai suatu syariat yang dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, ia bukan saja
komprehensif, tetapi juga universal. Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk menyempurnakannya
Veithzal Rivai dkk, 2007:732. Adanya perubahan regulasi tentang perbankan merupakan momen
strategis bagi umat Islam Indonesia untuk mendirikan lembaga keuangan yang berbasis nilai-nilai syariah Islam selanjutnya dikenal dengan sebutan bank
syariah. Melalui kelompok cendikiawan muslim yang memiliki komitmen untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan Islam.
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan sebagai bank umum commercial bank atau Bank Perkreditan Rakyat BPRS
rural bank. Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang
3
merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, bank
perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran UU No. 101998, 9-10. Dengan adanya landasan yuridis, maka keberadaan bank syariah
mendapat pijakan yang kokoh untuk beroperasi sekaligus menandai adanya fenomena baru di dunia perbankan di tanah air. Pemberlakuan UU No. 10
Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan kesempatan luas untuk pengembangan jaringan perbankan
syariah. Selain itu, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah menugaskan kepada BI mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas-
fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasionalisasi bank berbasis syariah serta penerapan dual banking system Muhammad, 2005:3.
Sejak tahun 1992, Indonesia memperkenalkan dual banking system sistem perbankan ganda, yaitu suatu sistem ketika bank konvensional dan
bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yang sama, berdiri bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI. Namun
demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998 pada saat dikeluarkannya perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU
No. 101998. Undang-Undang ini selain memberikan kesempatan bagi investor
4
untuk mendirikan bank syariah baru maupun membuka unit usaha syariah bagi bank konvensional. Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen
besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah. Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank Syariah, atau yang biasa disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda
dengan bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank
syariah beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa Veithzal Rivai dkk, 2007:733.
Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia menuju global player
juga terlihat meningkatnya ranking total aset keuangan syariah dari urutan ke-17 pada tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010
dengan nilai aset sebesar US 7,2 miliar Tabel 1.1. Dengan melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan
penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US 20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat
signifikan www.bi.go.id.
5
Tabel 1.1 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah dalam US
Sumber: Maris Strategies the Banker,2010 Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012
dan kinerja perbankan nasional yang masih cukup kuat untuk menahan pengaruh tekanan krisis keuangan global, perbankan syariah tahun 2012 juga
diperkirakan masih tumbuh Gambar 1.1. Sementara pertumbuhan tahunan dana pihak ketiga di akhir tahun 2011 diperkirakan antara 40-50,
sedangkan untuk tahun 2012 pertumbuhan optimis dana pihak ketiga diperkirakan mencapai Rp 182 triliun, pertumbuhan pesimis hanya Rp 157
triliun dan pertumbuhan moderat diperkirakan tercapai sebesar Rp 165 triliun outlook Perbankan Syariah 2012.
Ranking 2009
Negara Aset Syariah
Miliar US Ranking
2010 Negara
Aset Syariah Miliar US
1 Iran
293.165.8 1
Iran 314.897.4
2 Saudi Arabia
127.896.1 2
Saudi Arabia 138.238.5
3 Malaysia
86.288.2 3
Malaysia 102.639.4
4 UEA
84.036.5 4
UEA 85.622.6
5 Kuwait
67.630.2 5
Kuwait 69.088.8
6 Bahrain
46.159.4 6
Bahrain 44.858.3
7 Qatar
27.515.4 7
Qatar 34.676.0
8 UK
19.410.5 8
Turkey 22.561.3
9 Turkey
17.827.5 9
UK 18.949.0
10 Bangladesh
7.453.3 10
Bangladesh 9.365.5
11 Sudan
7.151.1 11
Sudan 9.259.8
12 Egypt
6.299.7 12
Egypt 7.227.7
13 Pakistan
5.126.1 13
Indonesia 7.222.2
14 Jordan
4.621.6 14
Pakistan 6.203.1
15 Syria
3.838.8 15
Syria 5.527.7
16 Iraq
3.815 16
Jordan 5.042.4
17 Indonesia
3.388.2 17
Brunei 3.314.7
6
Gambar 1.1 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 dalam triliun rupiah
Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, data diolah Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah
mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah BUS, 24 Unit Usaha Syariah UUS, dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380
kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara Tabel 1.2. Total aset perbankan syariah mencapai Rp 149,3 triliun BUS UUS Rp 145,6
triliun dan BPRS Rp 3,7 triliun atau tumbuh sebesar 51,1 yoy dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi
pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2 pertahun dalam lima tahun terakhir 2007-2011, sementara rata-rata pertumbuhan perbankan
nasional hanya sebesar 16,7 pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai
‘the fastest growing industry’ www.bi.go.id. Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi dari
pertumbuhan perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan
140,000,000,000,000 150,000,000,000,000
160,000,000,000,000 170,000,000,000,000
180,000,000,000,000 190,000,000,000,000
pesimis moderat
optimis
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012
7
syariah dalam perbankan nasional menjadi 4,0. Jika tren pertumbuhan yang tinggi industri perbankan syariah tersebut dapat dipertahankan, maka porsi
perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 15-20 dalam kurun waktu 10 tahun ke depan www.bi.go.id.
Tabel 1.2 Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia
Indikator 2008
2009 2010
2011 2012
BUS 5
6 11
11 11
UUS 27
25 23
24 24
BPRS 131
138 150
155 155
Jaringan Kantor 1.069
1.258 1.763
2.101 2.380
Asset miliar Rp 51.249
68.212 100.258 148.987 149.321 DPK miliar Rp
37.828 53.522
77.640 117.510 116.871 PYD miliar Rp
39.455 48.473
70.190 105.331 106.532 posisi bulan Februari 2012
Sumber: website Bank Indonesia Sampai tahun 2012 Perbankan Syariah memiliki Bank Umum Syariah
BUS sebanyak 11 Bank. Bank-bank tersebut antara lain: Bank BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega
Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank
Maybank Syariah Indonesia. Salah satu Bank Umum Syariah BUS yang memiliki peran penting
dalam perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri BSM. Bank Syariah Mandiri terbentuk karena adanya konversi
kegiatan usaha Bank Susila Bakti BSB menjadi bank umum syariah yang dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124
8
KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 www.syariahmandiri.co.id.
Bank Syariah Mandiri BSM mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar per 31 Desember 2012. Laba tersebut naik 46,28 dibanding laba BSM per 31
Desember 2011 sebesar Rp 551 miliar. Penyumbang terbesar terhadap kenaikan laba bersih adalah pendapatan margin dan bagi hasil sebesar Rp 4,68
triliun, atau naik 24,14 dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 3,77 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil tersebut bersumber dari pembiayaan
BSM yang sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 44,76 triliun. Aset BSM per Desember 2012 Rp 54,23 triliun atau tumbuh 11,42
dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga DPK BSM per Desember 2012 mencapai Rp
47,41 triliun, naik 11,24, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62 triliun www.syariahmandiri.co.id.
Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah . Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana shahibul maal dan bank bertindak sebagai pengelola dana mudharib.
9
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam
modal dan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah Purnamasari dan Suswinarno, 2011:31.
Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Perkembangan Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri
dalam jutaan rupiah Tahun Deposito Mudharabah
2008 80.252.713
2009 95.706.343
2010 139.511.937
2011 229.676.747
2012 264.826.020
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan bahwa
selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, perbankan syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya
2006:71. Meskipun secara teoritis, bank syariah dan bank konvensional dalam
sistem dual banking diatur oleh yayasan filsafat yang berbeda, namun tidak bisa dihindari bahwa kedua sistem dapat berinteraksi mengingat bahwa mereka
beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang umum. Meskipun bank- bank syariah beroperasi dalam kerangka bebas bunga, lingkungan makro
ekonomi dalam dual banking menghadapkan mereka untuk masalah yang terkait dengan risiko suku bunga yang dihadapi oleh bank konvensional
Rosylin Mohd Yusof dkk, 2008:3.
10
Transaksi muamalah syariah seperti Ba’i Al-Murabahah, Ba’i As- Salam, Musyarakah dan Mudharabah terdapat keuntungan. Tidak jarang
keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut memiliki return yang melebihi tingkat inflasi. Lebih lanjut, Islam memberikan dorongan untuk
melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari motivasi konvensional. Kalau secara konvensional terdapat motif profit taking
dan inflasi, dalam syariah Islam di samping dua hal tersebut ditambah lagi dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset Antonio,
2001:76. Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga
pada bank syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada bank syariah adalah
deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat
beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation Targeting Framework
ITF dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang ditetapkan oleh Pemerintah di dalam APBN-P 2008 sebesar 6,5 sedangkan
perkiraan realisasi sebesar 11,4. Sementara itu, Badan Pusat Statistik BPS mencatat inflasi dari Januari 2008 sampai dengan Juli 2008 sebesar 8,85 persen
dan inflasi year on year periode Juli 2007-2008 sebesar 11,9 persen. Hal ini
11
menunjukkan bahwa realisasi inflasi sampai dengan bulan Juli 2008 telah melebihi target yang ditetapkan Pemerintah.
Industri perbankan syariah Indonesia, diharapkan terus bertumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan
karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan sangat erat dengan sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan
syariah akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah.
Kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset
perbankan syariah www.bi.go.id. Pergerakan tingkat suku bunga berkorelasi negatif dengan tingkat
pertumbuhan DPK perbankan syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga dapat menjelaskan penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah
dan sebaliknya www.bi.go.id. Beberapa penelitian yang meneliti tentang Deposito Mudharabah antara
lain: Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus selama peride tertentu. Apabila tingkat inflasi mengalami kenaikan maka deposito perbankan syariah akan mengalami
penurunan. Menurut Haron dan Nursofiza 2005, inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi
mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk
12
mempertahankan tingkat konsumsinya. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa 2011 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak
negatif terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah 2010 tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat
melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
terhadap fungsi tabungan nilai simpan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan Adiwarman Karim, 2008:139.
Eko 2010 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.
Haron dan Norafifah 2000 ada hubungan negatif antara suku bunga bank konvensional dengan jumlah deposito pada bank Islam. Tren meningkatnya
suku bunga konvensional menyebabkan adanya peningkatan risiko displacement fund
pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana
pihak ketiga DPK perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran Citra Octaviana, 2007.
Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini
terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode
13
krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional Banowo dan
Hermana, 2005:134. Ani dan Wasilah 2010 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
Delvin 2010 mendapat hasil bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah. Haron dan Norafifah 2000 dalam
penelitiannya mendapat hasil bahwa ada hubungan positif antara bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah.
Penelitian ini menggunakan variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito untuk melihat pengaruhnya terhadap
jumlah deposito mudharabah dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru 2008-2012 hasil yang
didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan syariah pada saat ini. Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling
dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan
sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN JUMLAH BAGI
HASIL DEPOSITO
TERHADAP JUMLAH
DEPOSITO
14
MUDHARABAH STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2008-
2012.”
B. Perumusan Masalah