Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya Ismail, 2011:12. Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai peranan yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara Muhammad, 2005:1. Pengertian bank itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Direktorat Hukum Bank Indonesia :2009. Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini Allah SWT tidak meninggalkan manusia 2 sendirian tetapi diberikan-Nyalah petunjuk melalui Rasul-Nya. Dalam petunjuk ini, Allah SWT memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, maupun syariah. Dua komponen yang pertama akidah dan akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun komponen yang terakhir “syariah” senantiasa berubah sesuai kebutuhan dan taraf peradaban umat, dimana seorang rasul diutus. Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu hadis yang artinya: “Saya dan Rasul-rasul yang lain tak ubahnya bagaikan saudara sepupu, syariat mereka banyak tetapi agama akidah nya satu yaitu mentauhidkan Allah.” Melihat kenyataan ini, Syariah Islam sebagai suatu syariat yang dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, ia bukan saja komprehensif, tetapi juga universal. Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk menyempurnakannya Veithzal Rivai dkk, 2007:732. Adanya perubahan regulasi tentang perbankan merupakan momen strategis bagi umat Islam Indonesia untuk mendirikan lembaga keuangan yang berbasis nilai-nilai syariah Islam selanjutnya dikenal dengan sebutan bank syariah. Melalui kelompok cendikiawan muslim yang memiliki komitmen untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan Islam. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan sebagai bank umum commercial bank atau Bank Perkreditan Rakyat BPRS rural bank. Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang 3 merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran UU No. 101998, 9-10. Dengan adanya landasan yuridis, maka keberadaan bank syariah mendapat pijakan yang kokoh untuk beroperasi sekaligus menandai adanya fenomena baru di dunia perbankan di tanah air. Pemberlakuan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan kesempatan luas untuk pengembangan jaringan perbankan syariah. Selain itu, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah menugaskan kepada BI mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas- fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasionalisasi bank berbasis syariah serta penerapan dual banking system Muhammad, 2005:3. Sejak tahun 1992, Indonesia memperkenalkan dual banking system sistem perbankan ganda, yaitu suatu sistem ketika bank konvensional dan bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yang sama, berdiri bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia BMI. Namun demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998 pada saat dikeluarkannya perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU No. 101998. Undang-Undang ini selain memberikan kesempatan bagi investor 4 untuk mendirikan bank syariah baru maupun membuka unit usaha syariah bagi bank konvensional. Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah. Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank Syariah, atau yang biasa disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa Veithzal Rivai dkk, 2007:733. Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia menuju global player juga terlihat meningkatnya ranking total aset keuangan syariah dari urutan ke-17 pada tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010 dengan nilai aset sebesar US 7,2 miliar Tabel 1.1. Dengan melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US 20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat signifikan www.bi.go.id. 5 Tabel 1.1 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah dalam US Sumber: Maris Strategies the Banker,2010 Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 dan kinerja perbankan nasional yang masih cukup kuat untuk menahan pengaruh tekanan krisis keuangan global, perbankan syariah tahun 2012 juga diperkirakan masih tumbuh Gambar 1.1. Sementara pertumbuhan tahunan dana pihak ketiga di akhir tahun 2011 diperkirakan antara 40-50, sedangkan untuk tahun 2012 pertumbuhan optimis dana pihak ketiga diperkirakan mencapai Rp 182 triliun, pertumbuhan pesimis hanya Rp 157 triliun dan pertumbuhan moderat diperkirakan tercapai sebesar Rp 165 triliun outlook Perbankan Syariah 2012. Ranking 2009 Negara Aset Syariah Miliar US Ranking 2010 Negara Aset Syariah Miliar US 1 Iran 293.165.8 1 Iran 314.897.4 2 Saudi Arabia 127.896.1 2 Saudi Arabia 138.238.5 3 Malaysia 86.288.2 3 Malaysia 102.639.4 4 UEA 84.036.5 4 UEA 85.622.6 5 Kuwait 67.630.2 5 Kuwait 69.088.8 6 Bahrain 46.159.4 6 Bahrain 44.858.3 7 Qatar 27.515.4 7 Qatar 34.676.0 8 UK 19.410.5 8 Turkey 22.561.3 9 Turkey 17.827.5 9 UK 18.949.0 10 Bangladesh 7.453.3 10 Bangladesh 9.365.5 11 Sudan 7.151.1 11 Sudan 9.259.8 12 Egypt 6.299.7 12 Egypt 7.227.7 13 Pakistan 5.126.1 13 Indonesia 7.222.2 14 Jordan 4.621.6 14 Pakistan 6.203.1 15 Syria 3.838.8 15 Syria 5.527.7 16 Iraq 3.815 16 Jordan 5.042.4 17 Indonesia 3.388.2 17 Brunei 3.314.7 6 Gambar 1.1 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 dalam triliun rupiah Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, data diolah Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah BUS, 24 Unit Usaha Syariah UUS, dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara Tabel 1.2. Total aset perbankan syariah mencapai Rp 149,3 triliun BUS UUS Rp 145,6 triliun dan BPRS Rp 3,7 triliun atau tumbuh sebesar 51,1 yoy dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2 pertahun dalam lima tahun terakhir 2007-2011, sementara rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7 pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’ www.bi.go.id. Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan 140,000,000,000,000 150,000,000,000,000 160,000,000,000,000 170,000,000,000,000 180,000,000,000,000 190,000,000,000,000 pesimis moderat optimis Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 7 syariah dalam perbankan nasional menjadi 4,0. Jika tren pertumbuhan yang tinggi industri perbankan syariah tersebut dapat dipertahankan, maka porsi perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 15-20 dalam kurun waktu 10 tahun ke depan www.bi.go.id. Tabel 1.2 Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 BUS 5 6 11 11 11 UUS 27 25 23 24 24 BPRS 131 138 150 155 155 Jaringan Kantor 1.069 1.258 1.763 2.101 2.380 Asset miliar Rp 51.249 68.212 100.258 148.987 149.321 DPK miliar Rp 37.828 53.522 77.640 117.510 116.871 PYD miliar Rp 39.455 48.473 70.190 105.331 106.532 posisi bulan Februari 2012 Sumber: website Bank Indonesia Sampai tahun 2012 Perbankan Syariah memiliki Bank Umum Syariah BUS sebanyak 11 Bank. Bank-bank tersebut antara lain: Bank BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia. Salah satu Bank Umum Syariah BUS yang memiliki peran penting dalam perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri BSM. Bank Syariah Mandiri terbentuk karena adanya konversi kegiatan usaha Bank Susila Bakti BSB menjadi bank umum syariah yang dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 8 KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 www.syariahmandiri.co.id. Bank Syariah Mandiri BSM mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar per 31 Desember 2012. Laba tersebut naik 46,28 dibanding laba BSM per 31 Desember 2011 sebesar Rp 551 miliar. Penyumbang terbesar terhadap kenaikan laba bersih adalah pendapatan margin dan bagi hasil sebesar Rp 4,68 triliun, atau naik 24,14 dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 3,77 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil tersebut bersumber dari pembiayaan BSM yang sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 44,76 triliun. Aset BSM per Desember 2012 Rp 54,23 triliun atau tumbuh 11,42 dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga DPK BSM per Desember 2012 mencapai Rp 47,41 triliun, naik 11,24, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62 triliun www.syariahmandiri.co.id. Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah . Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal dan bank bertindak sebagai pengelola dana mudharib. 9 Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah Purnamasari dan Suswinarno, 2011:31. Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Perkembangan Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri dalam jutaan rupiah Tahun Deposito Mudharabah 2008 80.252.713 2009 95.706.343 2010 139.511.937 2011 229.676.747 2012 264.826.020 Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan bahwa selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, perbankan syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya 2006:71. Meskipun secara teoritis, bank syariah dan bank konvensional dalam sistem dual banking diatur oleh yayasan filsafat yang berbeda, namun tidak bisa dihindari bahwa kedua sistem dapat berinteraksi mengingat bahwa mereka beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang umum. Meskipun bank- bank syariah beroperasi dalam kerangka bebas bunga, lingkungan makro ekonomi dalam dual banking menghadapkan mereka untuk masalah yang terkait dengan risiko suku bunga yang dihadapi oleh bank konvensional Rosylin Mohd Yusof dkk, 2008:3. 10 Transaksi muamalah syariah seperti Ba’i Al-Murabahah, Ba’i As- Salam, Musyarakah dan Mudharabah terdapat keuntungan. Tidak jarang keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut memiliki return yang melebihi tingkat inflasi. Lebih lanjut, Islam memberikan dorongan untuk melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari motivasi konvensional. Kalau secara konvensional terdapat motif profit taking dan inflasi, dalam syariah Islam di samping dua hal tersebut ditambah lagi dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset Antonio, 2001:76. Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga pada bank syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada bank syariah adalah deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation Targeting Framework ITF dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang ditetapkan oleh Pemerintah di dalam APBN-P 2008 sebesar 6,5 sedangkan perkiraan realisasi sebesar 11,4. Sementara itu, Badan Pusat Statistik BPS mencatat inflasi dari Januari 2008 sampai dengan Juli 2008 sebesar 8,85 persen dan inflasi year on year periode Juli 2007-2008 sebesar 11,9 persen. Hal ini 11 menunjukkan bahwa realisasi inflasi sampai dengan bulan Juli 2008 telah melebihi target yang ditetapkan Pemerintah. Industri perbankan syariah Indonesia, diharapkan terus bertumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan sangat erat dengan sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan syariah akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah. Kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset perbankan syariah www.bi.go.id. Pergerakan tingkat suku bunga berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga dapat menjelaskan penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dan sebaliknya www.bi.go.id. Beberapa penelitian yang meneliti tentang Deposito Mudharabah antara lain: Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus selama peride tertentu. Apabila tingkat inflasi mengalami kenaikan maka deposito perbankan syariah akan mengalami penurunan. Menurut Haron dan Nursofiza 2005, inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk 12 mempertahankan tingkat konsumsinya. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa 2011 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak negatif terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah 2010 tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan nilai simpan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan Adiwarman Karim, 2008:139. Eko 2010 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Haron dan Norafifah 2000 ada hubungan negatif antara suku bunga bank konvensional dengan jumlah deposito pada bank Islam. Tren meningkatnya suku bunga konvensional menyebabkan adanya peningkatan risiko displacement fund pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga DPK perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran Citra Octaviana, 2007. Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode 13 krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional Banowo dan Hermana, 2005:134. Ani dan Wasilah 2010 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah. Delvin 2010 mendapat hasil bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah. Haron dan Norafifah 2000 dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa ada hubungan positif antara bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah. Penelitian ini menggunakan variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito untuk melihat pengaruhnya terhadap jumlah deposito mudharabah dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru 2008-2012 hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan syariah pada saat ini. Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO TERHADAP JUMLAH DEPOSITO 14 MUDHARABAH STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2008- 2012.”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah (Studi Kasus Bank SUMUT Syariah cabang Medan)

20 241 96

Pengaruh bagi hasil terhadap jumlah dan deposito syariah mudharabah yang ada pada Bank Syariah Mandiri

0 14 60

Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

0 16 136

Analisis Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya Terhadap Tingkat Bagi Hasil Dan Implikasinya Pada Penghimpunan Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri

1 63 162

Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia

1 9 123

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

BAB 1 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013).

0 2 7

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PT. BANK MANDIRI (PERSERO)Tbk. TAHUN 2010:1-2015:12.

0 0 14

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP PERTUMBUHAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 7