20
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pembuatan sediaan krim minyak alpukat dengan konsentrasi 5, 10, 15 dan 20,
pemeriksaan terhadap sediaan uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan, pengelompokan sukarelawan, uji iritasi terhadap
sukarelawan dan pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-
aging
.
3.1 Alat - alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
skin analyzer
dan
moisture checker
Aramo-SG, lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat- alat gelas, penangas air, pH meter Hanna Instrument, dan neraca analitik
Dickson.
3.2 Bahan - bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben,
minyak alpukat
avocado oil
“Green Tosca”, metil biru, larutan dapar pH asam pH 4,01, larutan dapar pH netral pH 7,01.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dipilih adalah mahasiswi di Fakultas Farmasi USU berdasarkan kriteria antara lain berusia sekitar 22-30 tahun memiliki kulit
punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari.
Universitas Sumatera Utara
21
3.4 Formula Standar Krim ma Young, 1972
R Asam stearat
12 Setil alkohol
0,5 Sorbitol
5 Propilen glikol
3 Trietanolamin
1 Gliserin
1-5 tetes Metil paraben
q.s Parfum
q.s Akuades
ad 100
3.5 Formula Sediaan Krim
Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbitol sebagai humektan. Formula
dasar krim sebagai berikut : R
Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Sorbitol 5
Propilen Glikol 3
Trietanolamin 1
Metil Paraben 0,1
Parfum q.s
Aquadest ad 100
Universitas Sumatera Utara
22 Konsentrasi minyak alpukat yang digunakan dalam pembuatan sediaan
krim anti-
aging
masing-masing adalah 5, 10, 15, dan 20. Formulasi dasar krim tanpa minyak alpukat dibuat sebagai blanko dan sebagai baku pembanding
digunakan krim anti-
aging
dari pasaran Pond’s krim anti-
aging
. Rancangan formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim
Bahan Konsentrasi gram
Krim A Blanko
Krim B 5
Krim C 10
Krim D 15
Krim E 20
Minyak alpukat -
5 10
15 20
Dasar krim 100
95 90
85 80
Pembuatan sediaan krim
Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri
dari asam stearat, setil alkohol, dilebur di atas penangas air dengan suhu 70 ºC. Fase air yang terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin dan metil
paraben dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar dengan suhu 70°C massa II. Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas, kemudian
keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, lalu masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim. Setelah
terbentuk massa krim, ditambahkan minyak alpukat sedikit demi sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Ditambahkan 3 tetes parfum,
dihomogenkan sampai terbentuk massa krim. Pembuatan dilakukan dengan cara
Universitas Sumatera Utara
23 yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi minyak alpukat yang
berbeda. 3.6
Pemeriksaan terhadap sediaan 3.6.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979.
3.6.2 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral
pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2002.
3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut
adalah tipe minyak dalam air Ditjen POM, 1985.
3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,
Universitas Sumatera Utara
24 dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2
minggu National Health Surveillance Agency, 2005.
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan Uji iritasi dilakukan terhadap 10 orang sukarelawan untuk mengetahui
apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan reaksi iritasi. Krim yang dipakai untuk uji iritasi adalah krim dengan konsentrasi tertinggi yaitu krim minyak
alpukat 20. Kosmetika dioleskan dibelakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24
jam dan lihat perubahan yang terjadi pada kulit Wasitaatmadja, 1997. Reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema dengan sistem skor. Eritema: tidak
eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2,
edema sedang 3, edema sangat parah 4 Barel dkk., 2009.
3.8 Pengujian aktivitas anti-
aging
Pengujian aktivitas anti-
aging
menggunakan sukarelawan sebanyak 18 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:
Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A
blanko Kelompok II
: 3 orang sukarelawan untuk krim B konsentrasi minyak alpukat 5
Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C
konsentrasi minyak alpukat 10
Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim D
konsentrasi minyak alpukat 15
Universitas Sumatera Utara
25 Kelompok V
: 3 orang sukarelawan untuk krim E konsentrasi minyak alpukat 20
Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F pembanding produk pasaran
Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan berdiameter 5 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air
moisture
, kehalusan
evenness
, besar pori
pore
, banyaknya noda
spot
, keriput
wrinkle
dan kedalaman keriput
wrinkle
’s depth dengan menggunakan
skin analyzer
sesuai dengan parameter pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim sebutir jagung hingga
merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari
selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan
skin analyzer
.
3.9 Analisis data