3.6. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:
No Kegiatan
Bulan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 Pra Observasi
√
2 Acc Judul
√
3 Penyusunan Proposal Penelitian
√ √ √
4 Seminar Proposal
√
5 Revisi Proposal
√
6 Penelitian ke Lapangan
√ √
7 Pengumpulan Data dan Analisa Data
√
8 Bimbingan Skripsi
√ √ √
9 Penulisan Laporan Akhir
√ √
10 Sidang Meja Hijau
√
Universitas Sumatera Utara
3.7. Keterbatasan Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala- kendala antara lain:
1. Peneliti tidak mendapatkan surat pengantar dari I homecshooling untuk dapat
melakukan wawancara dengan orang tua dan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling dengan alasan peneliti harus dapat menyakinkan
orangtua yang anak-anaknya mengikuti pendidikan homeschooling itu sendiri. 2.
Pada saat melalukan sesi wawancara dengan informan kunci yaitu orangtua yang anak-anaknya mengikuti pendidikan homeschooling dan anak-anak yang
mengikuti pendidikan homeschooling, peneliti harus mengikuti kegiatan informan kunci dan harus menunggu lama karena keberadaan orangtua homeschooling dan
anak-anaknya berpindah-pindah tempat. Selain itu para informan kunci memberikan beberapa syarat diantaranya peneliti harus membuat nama samaran
dari informan kunci dan informan biasa untuk dapat menjaga identitas diri informan.
3. Kendala lainnya adalah si peneliti hanya memperoleh 3 tiga orang informan kunci
saja karena jumlah anak-anak yang mengikuti homeschooling murni hanya 5 orang dan sisanya mengikuti homeschooling khusus sementara dari 5 inforaman
kunci hanya 3 yang sesuai dengan kriteria peneliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Profil Informan dan Temuan Data
Keluarga Wawan dan Mira
Informan adalah seorang perempuan yang telah berkeluarga. Umurnya sekarang sekitar 37 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah lulusan dari universitas Indonesia
fakultas Psikologi. Ibu Mira biasa di sapa, dia adalah seorang ibu rumah tangga yang memilih homeschooling bagi putra-putrinya. Ia mempunyai anak berjumlah dua orang ,
satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Anak pertamanya bernama radit dan sekarang berusia 7 tahun, anak keduanya bernama bella dan berusia 4 tahun. Pekerjaan ibu Mira
adalah seorang ibu rumahtangga, dia berhenti bekerja sebagai pegawai BUMN setelah dia menikah dengan ayah radit dan bella. Suaminya bernama Husnie Wirawan dan biasa di
sapa pak Wawan. Dia bekerja sebagai kontraktor di salah satu perusahaan luar negeri yang bekerja sama dengan Indonesia. Pak Wawan berusia 39 tahun, karena pekerjaannya
yang berpindah-pindah tempat dari daerah ke daerah membuat Bu Mira harus berhenti dari pekerjaannya, karena dia harus menemani suaminya apabila bertugas di luar kota.
Pak Wawan mendapatkan gelar sarjananya dari salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Setelah tamat dia diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta di Medan.
Pertemuannya dengan Ibu Mira berawal dari rekan kerja mereka. Pertemuan yang singkat, namun berakhir dengan pernikahan. Dari hasil pernikahan mereka ibu Mira dan
pak Wawan dikaruniai dua orang anak. Anak-anak mereka tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang berada dan berpendidikan, pendidikan merupakan hal yang sangat
di utamakan dalam keluarga mereka. Ibu Mira pada usia 4 tahun sudah dapat membaca
Universitas Sumatera Utara
dengan fasih dan lancar,begitu juga dengan saudara-saudaranya. Kemahiran ibu Mira dan saudara-saudaranya dalam membaca dan mengenali warna tidak terlepas dari peran orang
tuanya yang sangat memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya. Hal ini juga tidak terlepas dari asupan gizi dan makanan yang dikonsumsi anak-anaknya. Selain itu kedua
orangtua Bu Mira selalu memberikan multivitamin kepada putra dan putrinya untuk mendukung perkembangan otak anak-anaknya.
”...Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam keluarga kami, kedua orang tua kami sangat mengutamakan pendidikan buat anak-
anaknya, begitu juga dengan saya dan suami terhadap anak-anak kami, sejak saya kecil orang tua saya memberikan pendidikan kepada kami
anak-anaknya mulai dari pemaham pengetahuan umum, hingga pengembangan bakat dan minat kami. Sejak kecil saya paling senang
menyanyi jadi kedua orang tua saya memberikan kebebasan kepada kami dalam berkarya, semua fasilitas yang kami butuhkan selalu
disediakan. Orang tua kami sering berkata kepada kami anak-anaknya bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah mati, dan kemanapun kita
pergi akan tetap dapat bertahan hidup apabila kita mempunyai keahlian dan kemampuan. Jadi ilmu pengetahuan tidak akan pernah mati...”
Wawancara di rumah ibu Mira,7 januari 2010
Dengan pandangan dan arahan yang diberikan kepada orang tuanya, ibu Mira menjadikan nasihat orang tuanya sebagai pedoman dalam mendidik kedua anak-
anaknya. Mulai dari dia duduk di sekolah dasar, kedua orang tuanya sangat memperhatikan pendidikan dia dan saudara-saudaranya. Dia duduk di bangku SD hanya
sampai kelas 5 saja di Indonesia, selanjutnya dia menyambung sekolah dasarnya di luar negeri. Namun hal itu hanya berlangsung 1 tahun, karena Ibu mira tidak merasa nyaman
dan tidak mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkannya. Teman-teman sekolahnya tidak menerima kehadirannya di sekolah tersebut, dan selalu memandang
Universitas Sumatera Utara
aneh kepadanya. Hal itu terjadi karena dia warga negara Indonesia, padahal pengetahuan yang dimilikinya tidak kalah dengan anak-anak lain di Sekolah tersebut. Dari kejadian itu
dia melanjutkan pendidikannya di rumah saja. Kedua orangtuanya memilih sekolah rumah untuk anak-anaknya termasuk Ibu Mira sendiri, sekolah rumah atau yang dikenal
homeschooling itu memberikan banyak pengetahuan dan masukan dalam perkembangan anak-anaknya. Mereka sekeluarga menetap di luar negeri hanya 4 tahun setelah itu
mereka pindah kembali ke Indonesia, hal ini yang membuat kedua orang tuanya berpikir kembali tentang pendidikan yang harus di jalani anak-anaknya.
”...Sebenarnya setelah saya pindah ke Indonesia saya sudah malas sekolah karena saya memulai dari awal lagi, saya masuk sekolah
menengah atas kelas 1 di Jakarta tepatnya di sekolah menengah pertama muhamadiah, kedua orang tua saya sangat memperhatikan pendidikan
agama kami, padahal saya ingin sekali masuk di sekolah negeri di Jakarta. Karena mengingat kami berada di luar negeri selama 4 tahun
orang tua saya takut apabila saya dan saudara-saudari saya kehilangan pengetahuan agama apalagi pengetahuan agama yang diberikan orang
tua di rumah tidak terlalu cukup untuk bekal kami di masa mendatang. Tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya terjerumus ke dalam
lembah nista yang dapat menyesatkan anaknya. Itulah yang menjadi pola pikir orang tua terhadap pendidikan agama kami anak-anaknya, sehingga
pada saat saya menginjak kelas 1 Sekolah Menengah Atas saya di masukkan ke sekolah agama ...”Wawancara Januari 2010
Setelah saya tamat dari sekolah menengah atas saya melanjut ke bangku perkuliahan di jakata. Saya kuliah di Universitas Indonesia UI fakultas psikologi. Di
perguruan tinggi pun saya sudah merasa bahwa pendidikan bukan hanya bisa didapati dari sekolah-sekolah umum, namun juga bisa didapat dari sekolah rumah atau pada saat
ini di kenal dengan nama Homeschooling. Kemudian setelah saya tamat dari bangku perkuliahan saya bekerja di salah satu perusahaan BUMN di Indonesia, sampai akhirnya
Universitas Sumatera Utara
saya bertemu dengan seorang lelaki yang sekarang menjadi suami saya. Saya menikah pada umur 29 tahun dan saya berhenti dari pekerjaan saya karena harus ikut suami.
Setelah kami mendapat anak pertama kami saya dan suami saya berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada anak kami dalam segala hal terutama dalam hal
pendidikan. Dari mulai Radit kecil kami sudah memperhatikan pendidikannya, misalnya kami memperkenalkannya dengan pelajaran agama seperti shalat dan mengaji. Ini
merupakan pelajaran yang paling mendasar yang di tanamkan orang tua kepada anaknya setelah dia mengenal bahasa ibu dan bermain bersama orang tua. Dalam hal ini yang
berperan besar sebagai guru dan pembimbing adalah orang tua. Ibu Mira dan Suaminya selalu mengajak Radit salat dan setelah salat mereka biasanya mengajarinya mengenal
ayat-ayat al-quran selesai shalat magrib, karena dia dan suaminya berpendapat bahwa ilmu yang tinggi tidak berguna bila anak tersebut tidak mempunyai pengetahuan tentang
agama. Dari hal yang kecil lah akan berdampak besar bagi perkembangnan anak tersebut, apabila semenjak kecil sudah di bekali dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan
pelajaraan yang berguna maka dalam perkembangannya seiring waktu yang berjalan anak tersebut akan tumbuh dalam kontrol orang tua yang terkendali. Setelah anak kedua
mereka lahir, radit merasa kasih sayang kedua orang tuanya berkurang terhadapnya, sehingga dia mulai bertingkah yang aneh-aneh untuk mendapatkan perhatian kedua
orangtuanya lagi. Dia sering menangis tanpa alasan, marah-marah tanpa sebab, bahkan permintaannya juga semakin banyak, seperti robot-robotan, mobil-mobilan semuanya
harus dua, hal itu membuat kedua orangtunya bingung dan tidak tahu harus bertindak bagaimana.
Universitas Sumatera Utara
Berkat bantuan dari teman-teman dan kedua orangtua ibu Mira akhirnya mereka mengerti bahwa itu merupakan satu tindakan yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan kembali kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. Akhirnya dengan penjelasan yang mudah dimengerti oleh radit, maka raditpun mulai mengerti bahwa Bella
adalah adiknya yang harus disayangi dan dicintai, karena mereka berdua merupakan buah cinta kedua orangtuanya yang akan mendapatkan perlakuan yang sama, kasih sayang
yang sama. ”...Saya sempat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, karena setelah
anak kedua kami lahir yang kami beri nama Bella, Radit abangnya selalu bertingkah yang aneh-aneh membuat saya dan suami pusing, berkat
bantuan teman-teman saya dan kedua orang tua saya, akhirnya saya mengerti harus berbuat apa kepada radit, ternyata hal itu terjadi karena
ketakutan radit akan kehilangan kasih sayang dari kami, akhirnya saya dan suami menjelaskan kepadanya bahwa kami berdua tidak akan berubah
kepada radit karena radit anak bunda yang paling bunda sayangi, makanya radit juga harus sayangi bella karena bella adik kandung radit, abangkan
sudah besar jadi kalo abang sayang sama bunda, abang juga harus sayang sama adik bella. Hal itu setiap hari saya katakan dan akhirnya dia mengerti
dan merasakan bahwa kasih sayang kami berdua tidak berubah kepadanya bahkan kami makin menyanyanginya, diapun mulai bertingkah yang baik
dan sopan, dia kelihatan seperti anak dewasa yang melindungi adiknya. Kami jadi lega dan senang karena radit ternyata sudah dapat mengerti apa
yang kami maksudkan...” Wawancara Januari 2010
Radit yang pada saat itu masih berusia 3 tahun sudah dapat mengerti apa yang dikatakan kedua orang tuanya, orangtuanya pada saat itu sudah memberikan pendidikan
kepada radit, namun pendidikan yang dipilih kedua orangtuanya adalah sekolah rumah yang dikenal dengan homeschooling, ibu Mira merasa sekolah rumah adalah pendidikan
yang cocok buat anaknya, karena dia dapat mengawasi anaknya secara langsung dan dia dapat mendidik anaknya sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan anaknya. Dia merasa
khawatir apabila anaknya di masukkan ke taman bermain, atau play group entah apa yang
Universitas Sumatera Utara
membuat ibu mira takut apabila anaknya mendapatkan pendidikan yang banyak diminati orang saat ini. Padahal play group dan taman bermain sangat banyak di kota Medan,
bahkan anak-anak yang mengikuti pendidikan di tempat tersebut pun sangat ramai dan bervariasi mulai dari umur 2 tahun hingga 7 tahun, dan fasilitas yang disediakan sangat
beragam, namun tetap saja dia lebih memilih homeschooling untuk pendidikan anaknya. Awalnya itu merupakan pilihan yang sulit karena dia juga mengkhawatirkan, apakah
nanti anaknya dapat bermain dengan teman-teman sebayanya dan mampukah anaknya bergaul dengan orang lain dan apakah ini tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak-
anaknya, pertanyaan itu selalu terlintas di benaknya. Banyak orangtua yang sering bingung dan bertanya-tanya untuk dapat menjadi
guru yang baik bagi anak-anaknya. Seharusnya hal ini tidak perlu harus terjadi karena, pada dasarnya setiap orangtua di dunia memiliki bakat dan kemampuan alami sebagai
seorang guru yang profesional bagi putra-putrinya sendiri. Lihat saja bagaimana para orangtua di dunia mengajar anak-anaknya berbagai hal dan kemampuan sejak anak-
anaknya masih bayi. Mulai dari kemampuan tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, berbicara, bernyanyi, bertingkah laku dengan santun, dan seterusnya. Bukankah itu
semua hasil didikan yang diberikan secara alamiah oleh para orangtua masing-masing dari setiap anak-anak di dunia.
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman pertama ibu Mira pada saat memutuskan homeschooling untuk mendidikan anak-anaknya. Pada saat itu anaknya yang pertama bernama radit berusia 7
tahun, sejak masih anak-anak dia sudah mengikuti sekolah rumah atau homeschooling hal ini menjadi pilihan orangtuanya karena sejak kecil ibunyapun menerima pendidikan
sekolah rumah, selain itu ibunya sangat khawatir terhadap pendidikan formal yang ada sekarang ini, alasannya adalah karena pada masa ibunya masih duduk di sekolah dasar
dia mendapatkan perlakuan yang kurang enak dari teman-temannya, hal itu juga yang membuat ibu Mira memilih homeschooling untuk anak-anaknya, karena dia takut apabila
nanti anak-anaknya di masukkan di sekolah formal, teman-temannya tidak dapat bergaul dengan anak-anaknya, selain itu metode dan kurikulum sekolah formal yang ada sekarang
ini, kurang diterima oleh ibu Mira karena menurutnya kurikulum dan metode yang ada sekarang ini belum dapat memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dalam berkarya
dan beraktivitas. Selain itu dia juga merasa bahwa bakat dan minat yang dimiliki anak- anaknya tidak dapat tersalurkan apabila dia mengikuti sekolah formal. Adapun metode
pendidikan homeschooling yang dipilih oleh orangtuanya untuk anak-anaknya adalah unschooling approach yaitu model pendidikan yang berangkat dari keyakinan bahwa
anak-anak memiliki keinginan natural untuk belajar. Jika keinginan itu di fasilitasi dan dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata, mereka akan belajar lebih banyak dari
pada metode lainnya. Unschooling tidak berangkat dari buku tetapi dari minat anak yang difasilitasi. Metode ini digunakan ibu Mira pada radit pada usia anaknya masih 4 tahun,
dan metode ini sangat sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki anaknya. Sejak usia anaknya masih 2 tahun kedua orangtua sudah melihat bahwa keinginan belajar anaknya
sangat besar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah anaknya berusia 5 tahun
Universitas Sumatera Utara
ibu Mira merubah metode pendidikan yang digunakan anaknya yaitu school at home yaitu model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya
saja, tempatnya tidak di sekolah tetapi di rumah. Dengan menggunakan metode ini ibu Mira mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan di sekolah formal untuk
anaknya hanya saja yang membedakannya adalah tempatnya yang tidak dibatasi oleh empat dinding tembok dan lokasi belajar yang begitu-begitu saja, berbeda dengan
homeschooling yang memiliki tempat belajar yang luas dan beraneka ragam, di mana saja di tempat mana saja dapat menjadi lokasi belajar anak-anak yang mengikuti pendidikan
homeschooling. Ibu Mira dan keluarganya memilih homeschooling tunggal sebagai bentuk homeschooling yang dilakukannya.Homeschooling tunggal adalah homeschooling
yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan
khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lain. Bentuk homeschooling ini dilaksanakan orangtuanya pada radit saat
anaknya berusia 4 tahun karena orangtuanya merasa ketakutan anaknya tidak diterima di sekolah formal. Ibu mira mencari informasi-informasi tentang pendidikan anak-anaknya
melalui komunikasi dengan teman-temanya semasa dia kuliah, akhirnya teman-temannya menyarankan ibu mira untuk konsultasi dengan pemerhati homeschooling, dari hasil
konsultasinya itu akhirnya ibu Mira bergabung dengan komunitas homeschooling yang ada di Indonesia. Pada saat anaknya berusia 5 tahun ibu Mira merubah bentuk
homeschooling yang diikuti anak-anaknya yaitu homeschooling komunitas. Komunitas homeschooling adalah gabungan dari beberapa homeschooling majemuk yang menyusun
dan menentukan silabus,bahan ajar,kegiatan pokok olah raga,musikseni dan
Universitas Sumatera Utara
bahasa,sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan orang tua dan komunitasnya 50:50. Alasan memilih komunitas homeschooling antara
lain: • Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak
mulia dan pencapaian hasil belajar. • Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium
alam, perpustakaan, laboratorium IPAbahasa, auditorium, fasilitas olahraga dan kesenian.
• Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan. • Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab untuk saling
mengajar sesuai keahlian masing-masing. • Sesuai untuk anak usia diatas sepuluh tahun.
• Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui internet dan alat informasi-komunikasi lainnya untuk tolak banding termasuk untuk standarisasi.
Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas. Jadi tidak boleh kaku atau
terlalu terstruktur sebagaimana sekolah formal. Komunitas homeschooling ini sangat membantu ibu Mira dalam penyelenggaraan pendidikan anak-anaknya, dan komunitas
homeschooling ini sangat membantu keluarganya dalam berbagai pengetahuan, keluhan dan perkembangan bagi tumbuh dan kembangnya anak-anaknya. Homeschooling ini
sangat membantu keluarga dalam pemahaman pendidikan secara menyeluruh dan memberikan banyak informasi bagi keluarga pemula yang ingin memilih pendidikan
homeschooling buat anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
”...Awalnya saya memilih bentuk homeschooling tunggal buat anak-anak saya, namun setelah saya mengetahui banyak keuntungan yang dapat di
terima dari homeschooling komunitas membuat saya lebih memilih homeschooling komunitas, selain dapat membantu saya dalam
membimbing anak-anak saya, kami juga dapat bertukar kurikulum pendidikan dan bahan ajar yang dibutuhkan...”Wawancara Januari 2010
Sejak keluarga ibu Mira memilih homeschooling buat anak-anaknya dia merasa permasalah yang dihadapinya dalam mendidik anak-anaknya mendapatkan solusi yang
baik. Anaknya tumbuh sebagai anak yang sopan, ramah, pandai bergaul dan memiliki banyak teman, walaupun dia tidak mengikuti pendidikan di sekolah formal. Cara yang
dilakukan anaknya untuk bergaul dengan teman-teman yang ada di sekitar rumahnya adalah dengan bermain bersama dengan teman yang ada di sekitar rumah, mengikuti les
musik, sehingga dapat bermain dengan teman-teman yang ada di tempat les tersebut, selain itu setiap minggu keluarga mereka berlibur dengan komunitas homeschooling
lainnya. Jadi dia tetap dapat bersosialisasi dengan anak-anak sebaya bahkan yang lebih dewasa dari dirinya.
”... Radit biasanya bermain dengan teman sebelah rumah pada siang hari sampai sore hari, kami sering bermain gambar dan berlomba melukis,
siapa yang menang akan dapat hadiah dari bunda. Jadi teman-teman saya senang sekali bermain dengan saya, selain itu bunda juga sering
membuatkan kami makanan dan rasanya enak sekali. Bunda selalu baik dan menerima teman-teman radit kalo bermain di rumah, tapi kalo jam
belajar radit harus benar-benar belajar, semua jadwal kegiatan sehari-hari saya, saya buat sendiri sehingga harus bertanggung jawab sendiri atas
jadwal yang saya buat tadi, kalo saya melanggar atau membatalkan jadwal saya, bunda akan marah dan menghukum saya. Bunda selalu mengajarkan
kepada saya bahwa waktu itu adalah uang, jadi kita tidak boleh menyianyiakan waktu...” Wawancara Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
Ternyata anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling juga dapat bersosialisasi dan memiliki teman yang banyak dan mereka juga dapat bergaul dengan
siapa saja, bahkan anak-anak homeschooling dapat bergaul dengan siapa saja baik yang sebaya maupun yang lebih dewasa dari dirinya.
”...Banyak pertanyaan yang muncul dari tetangga ibu Mira siapa yang paling berperan penting dalam menjalankan homeschooling? Ibu mira
menjawab bahwa setiap anggota keluarga memegang peranan penting dalam homeschooling anak-anak saya juga harus berperan penting dalam
menjalankan homeschooling ini, jadi harus ada kerjasama antara anak dan orangtua agar homeschooling ini dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan yang kita inginkan homeschooling ini ibarat sejumlah kuntum bunga aneka warna dalam keluarga yang mekar bersama...”Wawancara
Januari 2010
Keluarga ibu Mira mencoba memberikan penjelasan kepada lingkungan baik lingkungan keluarga maupun tetangga bahwa homeschooling ini adalah salah satu bentuk
alternatif di dalam pendidikan. Kegiatan belajar dalam bentuk homeschooling ini dilindungi oleh undang-undang dan diakui secara resmi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dalam hal ini melalui Menteri Pendidikan Nasional yang juga mendukung adanya pendidikan homeschooling.
”...Dalam homeschooling bukan berarti anak-anak belajar semaunya mereka juga dilatih untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.
Dari hasil tukar pikiran dengan komunitas homeschooling ibu Mira menjelaskan bahwa ada lima syarat untuk orang tua yang ingin
menjalankan homeschooling yaitu mencintai anak-anak, kreatif, bersahabat dengan anak, memahami anak-anak, dan memiliki kemampuan
dan kemauan untuk mengetahui standar kompetensi dan standar isi kurikulum nasional yang sudah diakui dan disahkan...” Wawancara
Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
Anak-anak ibu Mira sangat senang dan asik menjalankan homeschooling, kegiatan-kegiatan anak-anaknya sangat beragam dan bervariasi mulai dari pemilihan
kurikulum, bahan ajar, metode dan jadwal kegiatan sehari-hari yang dilakukan anak- anaknya. Kurikulum yang dipilih anak-anaknya tidak terlepas dari pemberitahuan dan
pemahaman kedua orangtuanya. Adapun kurikulum yang dijalankan anak-anaknya adalah Kurikulum nasional ini disediakan oleh Depdiknas, dengan kata lain model
homeschooling yang diambil mengacu pada model sekolah. Jika homeschooling semacam ini diambil, yang pertama dilakukan adalah anda harus memiliki kurikulum
acuan yang dikembangkan oleh diknas. Setelah itu anda dapat menggunakan buku-buku pelajaran seperti yang banyak dijual di toko-toko buku untuk anak sekolah. Jika anda
tidak puas dengan materi buku-buku yang ada, anda dapat menggunakan materi-materi lain yang sesuai dengan anda dan anak-anak anda. Mau memakai buku bekas tak jadi
masalah. Yang penting materinya relevan dandapat mengantarkan anak-anak pada target kurikulum yang hendak diraih. Yang penting dia lulus pada saat mengikuti ujian. Selain
kurikulum ada juga bahan ajar yang digunakan keluarga ibu Mira untuk mendidik Radit dan Bella dalam mengenal huruf-huruf, mereka akan lebih mudah mengenal huruf yang
disediakan tersebut. Setiap keluarga homeschooling menggunakan banyak cara yang dapat mempermudah dalam mendidik anak-anak. Oleh sebab itu keluarga atau orangtua
yang ingin menjalankan homeschooling harus kreatif dan saling berbagi dengan komunitas homeschooling lainnya. Orangtua yang anak-anaknya mengikuti
homeschooling, selalu berbagi dalam mendidik anak. Rata-rata anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling banyak mendapat bahan ajar dari keluarga-
keluarga lain yang anaknya juga mengikuti pendidikan homeschooling.
Universitas Sumatera Utara
Asyiknya Ber-Homeschooling Oleh Radit
Homeschooling itu belajarnya lebih menyenangkan dan lebih bisa dimengerti. Kita bisa belajar di mana saja, bersama siapa saja, dan dengan apa saja. Di mana saja itu
misalnya, belajarnya bisa di dapur, di taman, di kolam renang, dan di tempat- tempat lain. Di tempat-tempat itu, kita bisa belajar memasak, berkebun, berenang,
dan masih banyak lagi. Kalau tentang guru, kita bisa belajar sama siapa saja. Kalau aku biasanya bisa
belajar sama ayah, bunda, adik, kakak, atau bisa juga sama pembantu. Tetapi, aku lebih sering belajar sama bunda, karena ayah agak sibuk. Kalau ayah
dan bunda sedang pergi, aku bisa belajar sama pembantu atau berdua sama adikku. Aku juga suka belajar sendiri. Biasanya aku belajar dari internet, buku, dan kadang-
kadang dari televisi. Aku suka lihat berita-beritanya di televisi. Walaupun aku sekolah di rumah, aku juga tetap dapat banyak teman. Dan aku bisa dapat banyak
teman dari sahabat pena, klien ayah, tempat les musikku, teman rumah, dan lain- lain.
Oh ya, aku kan suka ikut ayah seminar ke luar kota, aku juga bisa dapat teman dari situ. Atau aku sempat ikut konferensi anak, aku juga dapat banyak teman dari situ.
Sampai sekarang, aku masih suka telepon dan sms mereka.
Universitas Sumatera Utara
Selain menilai pendidikan anak-anaknya, ibu Mira juga melakukan Evaluasi, adapun cara-cara yang dilakukannya salah satunya adalah mengenalkan anak-anak dengan model
tes yang akan mereka hadapi saat mengikuti ujian SD Paket A, SMP Paket B, SMA Paket C. Berikut ini adalah tips untuk memperkenalkan anak dengan model
Evaluasiujian akademik dengan model sekolah. Homeschooling, ada jadwalnya juga lho. Jadwalnya kita buat sendiri, tetapi tetap
dibantu oleh ayah dan bunda. Di tahun 2010 ini, aku sudah membuat jadwal. Setiap harinya aku melakukannya sesuai jadwal. Misalnya aku buat jadwal seperti:
Jam 15.00: Siap-siap Les Musik Jam 16.00: Berangkat ke tempat les Musik
Jam 17.00: Mulai les Musik Nah, aku harus melakukannya. Karena jadwalnya itu aku buat sendiri. Dan waktu
membuat jadwal aku juga berpikir kalau semua itu aku lakukan teratur seperti itu, pasti aku tidak akan pernah telat sampai di tempat les musik. Terkadang aku juga
suka merasa malas dan maunya main terus. Akan tetapi aku berpikir lagi kalau aku aku les musik aku akan bertemu teman-temanku, perasaanku dan badanku menjadi
lebih enak dan penuh semangat untuk pergi les musik.
Universitas Sumatera Utara
Mengacu pada Kurikulum
Berangkatlah dari kurikulum sebagai gambaran besar pencapaian-pencapaian akademis yang harus dicapai oleh anak. Kurikulum menjelaskan tentang cakupan materi
yang harus dikuasai pada jenjang tertentu dan semakin tinggi jenjangnya akan semakin luas dan dalam cakupannya. Dengan berangkat dari kurikulum, anak tidak hanya belajar
untuk lulus tes learn to-test, tetapi karena memang ada sasaran-sasaran pelajaran yang hendak diraihnya. Evaluasi ini sering dilakukan ibu Mira pada radit karena mengingat
usia dia yang sudah 7 tahun, hampir setiap bulan evaluasi cara ini yang dilakukannya karena metode pendidikan yang diberikannya kepada anaknya adalah school at- home. Di
mana kegiatan belajar mengajar yang terjadi sama seperti kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang membedakannya hanyalah tempat belajarnya.
Buku Sekolah
Untuk proses belajar, anda dapat menggunakan bahan apa saja, mulai buku, audio-visual, proyek, dan sebagainya. Untuk keperluan evaluasi, belilah buku PR atau
buku tes sesuai mata pelajaran yang akan diujikan. Ibu Mira menggunakan buku-buku yang sama seperti buku anak yang melakukan pendidikan formal, ibu Mira memberikan
materi dan bahan ajar yang sama dengan sekolah formal. Dia mendapatkan buku-buku
tersebut dari perpustakaan, toko buku, dan bahkan sekolah-sekolah. Sepakati Tes dan Periode Tes
Sepakati dengan anak-anak mengenai tes yang akan dilakukan; apa saja yang akan di tes, berapa lama tes, dan seberapa sering tes dilakukan. Untuk menghindari
proses belajar yang hanya dilakukan untuk mengerjakan tes, jangan terlalu sering
Universitas Sumatera Utara
mengadakan tes. Tetapi jangan terlalu longgar juga sehingga tes baru diadakan menjelang ujian. Hindari persiapan mendadak agar Anda dan anak Anda memiliki waktu untuk
memperbaiki pengusaan materi-materi yang dirasa kurang. Tes dilakukannya setiap tiga bulan sekali, agar anak tiga jenuh tetapi tetap dapat terkontrol, sampai di mana
kemampuannya, dan di mana kekurangannya. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan anak. Sehingga si anak tidak ketinggalan dengan anak-anak
yang lain.
Uji Performa melalui Tes
Buat jenjang-jenjang tes, misalnya tes kecil dan tes besar. Tes kecil dalam periode lebih sering daripada tes besar, akan tetapi dengan cakupan yang lebih sedikit. Sementara
tes besar menjadi semacam ujian komprehensif terhadap apa-apa yang sudah dipelajari selama enam bulan atau satu tahun. Dalam pengenalan mengenai tes akademik, anak
perlu tahu belajar bahwa ada penguasaan materi yang akan diujikan dan jangka waktu penyelesaian yang harus ditaati.
Tes Akademik Bukan Segalanya
Ingatlah bahwa tes akademik hanyalah salah satu bagian dari proses belajar dan praktikan homeschooling. Tanpa meremehkan tes akademik, ujian tertulis bukanlah
keseluruhan proses belajar dan tidak boleh menjadi tujuan pembelajaran. Yang utama adalah anak-anak dapat terampil menjalani kehidupannya, bukan sekedar terampil
mengerjakan tesnya saja. Ibu mira tidak hanya berpatokan pada tes yang diikuti anaknya, dia juga sering memberikan kebebasan kepada anaknya untuk berkarya sendiri, dalam
mengembangkan bakatnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V Keluarga Ari dan Nisma
Informan kedua adalah keluarga pak Ari dan Ibu Nisma, mereka adalah pasangan suami istri yang tinggal di jalan sei petani Medan, pak Ari adalah seorang wiraswasta dan
ibu Nisma adalah ibu rumahtangga. Usia pak Ari sekarang 40 tahun dan istrinya 35 tahun. Mereka memiliki dua orang anak, anak pertamanya bernama Siti dan anak
keduanya bernama lily. Anak mereka berdua berjenis kelamin perempuan. Pak Ari adalah anak tunggal, dia tidak memiliki saudara, begitu juga dengan ibu Nisma dia juga anak
tunggal di keluarganya. Pak Ari dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan, sedangkan Ibu Nisma dibesarkan oleh keluarga yang pas-pasan. Awal yang tidak mengenakkan,
sewaktu ibu Nisma masih duduk di bangku SMP, dia pernah diculik, alasan dan modus apa sampai sekarang dia dan keluarga tidak mengetahui tapi kejadian itu menimbulkan
trauma yang dalam kepadanya sampai sekarang. Ibu Nisma yang hanya lulusan SMA,ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, dia tinggal di rumah
saudaranya, namun lagi-lagi kejadian yang tidak mengenakkan terjadi kembali kepadanya, kali ini dia tidak diculik tapi ingin diperkosa oleh saudaranya yaitu
sepupunya sendiri. Rasa ketakutan selalu menghantuinya, dan akhirnya kedua orangtuanya membawanya ke psikiater karena trauma itu tidak pernah dapat hilang dalam
benaknya. ”...Sebenarnya saya malu untuk menceritakan ini, tapi ini memang kisah
hidup saya. Kejadian itu membuat saya trauma dan takut bertemu orang asing, bahkan saya takut bertemu saudara sendiri. Saat-saat yang membuat
saya membeci semua orang. Tapi berkat kedua orangtua saya, yang selalu menemani dan mendukung apa yang saya kerjakan membuat kepercayaan
diri saya muncul kembali, mereka memberikan pengetahuan agama yang
Universitas Sumatera Utara
menenangkan jiwa saya. Saya sangat takut kejadian ini menimpah kedua putri saya sehingga saya selalu membatasi pergaulan anak-anak saya...”
Wawancara Februari 2010
Ibu Nisma menikah pada usia 25 tahun, pertemuan ibu Nisma dengan suaminya adalah karena hasil dari perjodohan, orangtua ibu Nisma adalah sahabat dari orangtua pak
Ari. Pada acara pesta mereka bertemu kembali dan bercerita tentang anak-anaknya. Pada saat itu ibu Nisma selalu ikut ke manapun kedua orangtuanya pergi. Jadi langsunglah
terjadi perjodohan. Sekitar setahun kemudian ibu Nisma dan pak Aripun menikah, saat itu ibu Nisma merasa sangat bahagia. Namun terkadang kejadian pahit di masa lalu
sering teringat olehnya, tidak lama menikah ibu Nisma hamil dan melahirkan anak pertama mereka yang di beri nama Siti Maysarah, mereka sangat senang, tapi kecemasan
muncul di dalam pikiran ibu Nisma. Dia takut hal di masa lalu menimpah putri kesayangannya itu. Sejak mengandung dia berharap anak yang ada dikandungannya itu
laki-laki, tapi ternyata anaknya perempuan. Begitu siti berusia 2 tahun, orangtua mendidiknya dengan basic agama yang kuat dan siti hanya diperbolehkan bergaul dengan
teman-teman yang dikenal orangtuanya. Setelah umur 5 tahun siti bersekolah di sekolah formal. Tetapi ketakutan ibunya selalu membuat siti untuk takut bergaul dengan teman-
temannya. Ketakutan yang dialami ibu Nisma berdampak pada anaknya. Siti pun sering
ketakutan apabila bertemu dengan orang asing yang tidak dikenalnya. Perkembangan anaknya yang aneh membuat pak Ari dan orangtuanya bertanya-tanya, akhirnya dari hasil
tukar pikiran dengan keluarganya, ibu Nisma memutuskan untuk memilih sekolah rumah bagi siti anaknya. Tapi mereka sering bingung dan bertanya-tanya bagaimana menjadi
Universitas Sumatera Utara
guru yang baik untuk siti anaknya, padahalkan orangtuanya hanya lulusan SMA saja. Dari bantuan teman-temannya akhirnya mereka di kenalkan dengan i homeschooling.
Banyak orangtua yang sering bingung dan bertanya-tanya untuk dapat menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena pada
dasarnya setiap orangtua di dunia memiliki bakat dan kemampuan alami sebagai guru yang sangat profesional bagi putra-putrinya sendiri. Lihat saja bagaimana orangtua
mengajarkan anak-anaknya berbagai hal dan kemampuan sejak anak-anaknya masih bayi. Mulai dari kemampuan tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, berbicara, bernyanyi,
bertingkah laku dengan sopan dan santun, dan sebagainya. Bukankah itu semua hasil didikan yang diberikan secara alamiah oleh para orangtua masing-masing dari setiap
anak-anak di dunia. Inilah kata-kata yang di sampaikan ibu Komariah pimpinan i homeschooling.
Pengalaman pertama ibu Nisma saaat memutuskan homeschooling dapat dikisahkan sebagai berikut, pada saat itu anaknya yang pertama, Siti, berusia enam tahun,
Siti duduk di bangku sekolah dasar di salah satu sekolah dasar yang favorit di Medan. Namun, rupanya tidak semua sekolah favorit selalu membuat anak-anak senang belajar.
Siti sangat frustasi karena dia merasa memiliki potensi unggul di bidang kesenian, namun nilai kesenian yang diperolehnya di sekolah hanya 4. Di samping soal nilai kesenian itu,
juga banyak masalah-maslah lain yang akhirnya membuat Siti mogok sekolah. Kami sebagai orangtua bingung dibuatnya. Akhirnya saya mencoba mencari berbagai
informasi, dan kemudian memutuskan untuk mengizinkan Siti untuk sementara beristirahat dahulu di rumah dan tidak usah sekolah. Siti senang, tanpa dia sadari, dia
kemudian belajar berbagai hal di luar mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Seperti
Universitas Sumatera Utara
membuat desain, melakukan kegiatan sosial bersama ayahnya mengamati perilaku adik- adiknya dan sebagainya. Selain itu ketakutan ibunya membuat kedua orangtuanya
mencari informasi melalui berbagai sumber akhirnya mereka melihat peluang adanya kegiatan belajar di rumah yang dikenal dengan isilah homeschooling. Di dalam negeri
sendiri juga ternyata dikenal dengan adanya pendidikan kesetaraan yang memungkinkan anak-anak tetap dapat memperoleh ijazah melalui ujian nasional kesetaraan, dan anak-
anak dapat bebas berkreasi tanpa dibatasi oleh empat dinding sekolah yang menakutkan mereka.
Pengalaman ini membuat mereka terus mempelajari berbagai peraturan di Indonesia mengenai legalitas homeschooling. Salah satu sumber yang kemudian semakin
menguatkan tekat mereka mengembangkan metode homeschooling untuk Siti adalah pasal 27 dari UU No. 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang intinya
menyatakan bahwa jalur pendidikan informal dalam keluarga diakui sama dan setara dengan jalur pendidikan nonformal maupun formal, setelah siswa memgikuti ujian
kesetaraan. Melihat kegembiraan siti mengikuti homeschooling, membuat kedua orangtuanya sangat senang dan kekhawatiran ibunyapun sedikit demi sedikit menghilang
dan ibunya merasa bahwa homeschooling dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi kedua orangtuanya.
”...Saya merasa homeschooling adalah solusi dari masalah yang saya hadapi, karena ketakutan saya sehingga siti tidak dapat bersekolah sesuai
dengan keinginannya, tetapi setelah saya memasukkannya di homeschooling keceriaannya kembali dan saya merasa sangat tenang,
karena setiap saat saya dapat mengawasi anak saya. Selain itu alasan yang paling pokok yang membuat saya memilih homeschooling adalah selain
kenyamanan yang akan diperoleh anak saya, pendidikan yang dilakukanpun hampir sama dengan di sekolah formal. Sitipun tetap dapat
Universitas Sumatera Utara
bermain dengan teman-temannya seperti anak-anak yang lainnya. Kelebihan yang saya rasakan anak saya jadi dapat berkreasi sendiri, bakat
yang dimilikinya mulai terlihat dan kami sebagai orangtua selalu memfasilitasi semua kebutuhan anak saya. Apabila saya mendapat
kesulitan dalam mendidik siti, saya langsung menghubungi i homeschooling untuk memberikan bantuan kepada saya, seperti guru
bantu, bahan ajar yang lebih mudah dimengerti, dan saran-saran buat saya agar saya dapat menghilangkan kejenuhan belajar pada anak saya. Selain
anak saya yang belajar, sayapun juga belajar memahami dan mengerti kebutuhan anak-anak saya, agar proses belajar yang dilaksanakan berjalan
dengan lancar dan baik. Sehingga anak-anak juga tidak merasa terbebani oleh tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, saya ingin
menciptakan suasana belajar yang tenang dan mengasikkan,bukan suasana belajar yang menakutkan. Inilah kelebihan homeschooling yang saya
rasakan.seperti kata orang bijak orang-orang dari segala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik
mereka, dengan kekuatan pribadi mereka sendiri...”Wawancara Februari 2010
Pada dasarnya, setiap orangtua dapat memilih bentuk homeschooling sesuai dengan selera maupun tipe belajar masing-masing anak. Apa pun yang dipilih anak,
hendaknya orangtua mencoba untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkan anak tersebut. Ibu Nisma memilih metode unschooling untuk anaknya, hal ini dikarenakan dia
berpendapat bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Rasa ingin tahu ini merupakan potensi yang luar biasa untuk belajar pada setiap
anak. Rasa ingin tahu ini jangan sampai terhenti dan harus terus dikembangkan melalui pendekatan yang penuh kasih sayang serta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan
cara tersebut menurut ibu Nisma anak-anak akan senantiasa terlibat aktif untuk belajar dan memiliki semangat belajar yang sangat tinggi. Semakin luas anda mengaitkan
berbagai hal, semakin banyak anda belajar. Beberapa contoh sederhana dari metode yang dilakukan keluarga Nisma seperti, mengamati perilaku anak-anak jalanan, suasana belajar
di pasar, cara kerja pengemudi bus kota, dan sebagainya. Kemudian setelah pengamatan
Universitas Sumatera Utara
selesai anak diminta untuk menuliskan berikut komentar dan analisisnya. Bentuk pembelajaran lain adalah anak diajak untuk berkreativitas dengan karton atau dus bekas
yang hendak di buang. Barang-barang itu kemudian dibuat menjadi aneka benda yang bermakna seperti tempat pensil, vas bunga, tempat sendok makan, dan sebagainya.
Cara ini menurut mereka merupakan cara untuk menghindari cara belajar yang formal dan kaku yang sering dijumpai anak-anak selama ini. Standar isi kurikulum
Depdiknas hanya berfungsi sebagai garis pedoman saja, selanjutnya adalah terpeluang pada upaya pengembangan secara kreatif anak-anak itu sendiri. Di sini ternyata anak
tidak hanya berperan sebagai murid, namun dapat pula sebagai guru yang mengajarkan pengetahuannya kepada anak lain atau juga kepada orangtuanya sendiri. Inilah uniknya
homeschooling dengan metode unschooling. Apabila hal-hal tersebut dapat dijalankan secara tepat, maka hasilnya adalah terciptanya anak-anak yang senang belajar,
menjalankan aktivitas pembelajaran dengan motivasi internal yang kuat, sangat kreatif serta mampu menguasai materi pelajaran secara lebih efektif.
”...Siti anak pertama saya memiliki kemampuan sosial yang lebih baik karena telah belajar terjun ke dalam kehidupan nyata pada masa-masa usia
sekolahnya di homeschooling, dalam suasana belajar yang menyenangkan. Misalnya, dia ikut ayahnya ke Nangroe Aceh Darussalam sebanyak
emapat kali dan ke pulau Nias sebanyak satu kali dia pernah ikut mengunjungi Maluku untuk berbagi kegiatan sosial...”Wawancara
Februari 2010
Hal semacam ini membuat anak tanpa disadarinya telah melakukan suatu pembelajaran dalam bentuk active learning artinya dalam suasana indah yang penuh kasih sayang dan
dorongan moril dari orangtua sebagai fasilitator, anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri. Dalam suasana tamasya belajar yang aktif anak dapat
Universitas Sumatera Utara
menemukan berbagai gagasan cemerlang, menyerap pengalaman-pengalaman berharga serta membangun informasi sebagai pengalaman-pengalaman baru yang tidak terlupakan.
”...Kami menggunakan pendidikan di rumah sebagai pelengkap bagi pendidikan di sekolah untuk menggali berbagai minat yang dimiliki anak-
anak dan berusaha agar rasa ingin tahu mereka tetap hidup, dengan mendorong individu untuk mengikuti minat mereka dan belajar dengan
cara terbaik mereka, anak-anak yang mendapat pendidikan di rumah cenderung belajar dari kekuatan mereka dan tidak berfokus pada
kelemahan mereka...”Wawancara Februari 2010
Di dalam pelaksanaan homeschooling orangtua memegang peranan penting yaitu sebagai fasilitator, bukanlah yang berceramah panjang lebar yang kemudian sering sekali
hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan sang anak, tetapi juga sebagai sahabat anak yang ikut membantu mempersiapkan berbagai hal atau mendampingi anak-anak
pada saat seorang anak membutuhkan teman untuk berbagi. Pada saat anak berusia balita, sering dikatakan bahwa mereka pada puncak kreativitasnya yang tertinggi karena mampu
belajar dengan menggunakan intuisinya. Namun begitu masuk sekolah formal sering terjebak dalam sistem pendidikan akademik yang hanya mengedepankan penggunaan
belahan otak kirinya, hal ini yang tidak terjadi pada cara belajar anak homeschooling. Anak harus dapat leluasa menggunakan gaya belajar masing-masing sehingga kreativitas
alamiah setiap siswa homeschooling tetap dapat berkembang dengan baik. Anak-anak, pada dasarnya memilki kemampuan alamiah untuk belajar dengan
caranya sendiri. Orangtua tinggal memfasilitasi semangat belajar anak tersebut. Karena pada dasarnya anak senang belajar. Banyak hal yang membuat keluarga ibu Nisma
memilih homeschooling antara lain adalah karena menurut mereka suasana pendidikan formal dalam bentuk lembaga sekolah seharusnya merupakan ajang belajar yang
Universitas Sumatera Utara
mengggairahkan bagi rasa ingin tahu anak, kini banyak didominasi oleh pemikiran keliru sehingga akhirnya justru mengubah anak-anak yang pada dasarnya sangat kreatif menjadi
robot-robot kaku yang sangat penurut. Suasana demikian akhirnya membuat sekolah yang seharusnya menyenangkan menjadi penjara-penjara yang penuh tekanan bagi
perkembangan ide-ide kreatif setiap anak yang berada di dalamnya. Suasana yang mirip penjara ini yang membuat anak menjadi ”school-phobia” sehingga manakala suatu ketika
Ibu dan Bapak Guru mengatakan ” anak-anak sekarang kalian terpaksa harus pulang karena para guru akan rapat” langsung saja disambut serentak dengan terikan gembira,
”horeeee”. ”...Begitulah gambaran pendidikan formal kita sekarang ini, ditambah lagi
anak-anak tidak dapat berekspresi seperti apa yang diinginkannya membuat daya imajinasinya menghilang karena merasa takut apabila
bertanya kepada gurunya tentang sesuatu yaang tidak dimengertinya. Selain itu melihat banyaknya kekerasan yang dilakukan guru terhadap
muridnya membuat saya berpikir dua kali untuk memberikan pendidikan formal buat siti dan lily nantinya. Tapi saya berharap ke depan mutu dan
pendidikan formal akan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya...”Wawancara Februari 2010
Menurut mereka memang di beberapa sekolah formal kondisinya sudah dapat dikatakan tergolong parah. Artinya anak justru ditekan untuk menjadi robot-robot
pembeo yang kaku dan kehilangan kemandirian serta kreativitas alamiahnya. Potensi- potensi unggul anak-anak dikebiri dan mereka jadi tidak kreatif dalam berpikir dan
bertindak. Adapun bentuk homeschooling yang dilakukan ibu Nisma terhadap putri kesayangannya itu adalah homeschooling tunggal yaitu suatu format layanan pendidikan
yang dilakukan orangtua wali dalam suatu keluarga terhadap anak-anaknya di rumah maupun di tempat-tempat lain yang menyenangkan dimana orang tuawali dengan
Universitas Sumatera Utara
sengaja tidak bergabung dengan keluarga lain. Tantangan yang dihadapi Homeschooling Tunggal antara lain diambil dari komunitas sekolahrumah Direktorat Pendidikan
Kesetaraan: • Tidak ada tempat sosialisasi terutama bagi anak-anak yang memerlukan
tempat mengekspresikan diri sebagai syarat pendewasaan kepribadian anak. • Tidak ada dukungan yang bisa menjadi tempat bertanya, berbagi dan sebagai
pembanding keberhasilan proses belajar mengajar. Orang tua harus menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap hasil pendidikan atau
mengusahakan sendiri kesetaraan dengan standar pendidikan formal atau standar yang ditetapkan komunitas Sekolahrumah yang ada. Orangtua siti memilih homeschooling
tunggal karena alasan bahwa usia siti yang masih muda yang membuat orangtuanya beranggapan bahwa homeschooling tunggla lebih cocok untuk putrinya itu.
Setiap hari siti membuat jadwal kegiatan yang wajib dilaksanakannya, selain berlatih untuk menghargai waktu hal ini juga mampu membentuk karakter diri anak
tersebut, selain itu jadwal dan kegiatan yang dibuat setiap harinya akan mempermudah kedua orangtua untuk mengevaluasi kemampuan anaknya tersebut. Inilah salah satu
kelebihan sekolah rumah dibandingkan dengan sekolah formal, dimana sekolah rumah jadwal dan kegiatan ditentukan oleh anak tersebut sementara sekolah formal ditentukan
oleh peraturan-peraturan yang ada dalam sekolah tersebut. Jadwal dan kegiatan itu harus dilakukan dengan benar apabila dilanggar maka si anak akan mendapatkan hukuman dari
orangtuanya dimana orangtuanya adalah guru sekaligus kepala sekolah dalam sekolah rumah yang diikuti anaknya tersebut. Peraturan yang dibuat bukan untuk dilanggar jadi
apabila terjadi pelanggaran maka orangtua berhak menghukum anak, sama seperti tugas
Universitas Sumatera Utara
atau PR yang diberikan kepada anak apabila tidak diselesaikan maka si anak akan mendapatkan hukuman. Inilah jadwal kegiatan siti setiap harinya.
05:00 : Bangun pagi, langsung mandi. 05:30 : Shalat Subuh bersama keluarga
06:00 : Membersihkan tempat tidur. 06:30 : Sarapan pagi
07:00 : Membantu ibunya memasak, dalam kesempatan itu ibunya juga memberikan pengenalan benda-benda dapur kepada siti, mulai dari peralatan memasak sampai bumbu-
bumbu masakan. 08:30 : Les menyanyi, pada hari senin sampai kamis pada pukul 08:30 hingga pukul
09;30 siti mengikuti kegiatan olah vocal, selebihnya pada hari jumat sampai sabtu siti mengikuti les renang, pada hari minggu adalah jadwal berlibur dengan keluarga.
10:00 : Waktunya bermain, tapi permainan yang dimainkan siti adalah permainan yang mengasah otak seperti menyusun pacel, menebak buah-buahan, tebak gambar, mencari
bendera yang sengaja di sembunyikan mama di tempat-tempat tertentu, dan lomba nyanyi. Dalam kegiatan ini biasanya saya bermain dengan adik saya lily dan sepupu saya
wanda. 12:00 : Makan siang
12:30 : Shalat dzuhur 13:00 : Tidur siang
15:00 : Siap-siap balet 16:00 : Berangkat ke tempat balet
17:00 : Mulai balet
Universitas Sumatera Utara
18:00 : Sampai di Rumah, mandi sore. 18:30 : Shalat magrib bersama keluarga
19:00 : Makan malam bersama keluarga 20:00 : Belajar bersama mama, kadang-kadang ada guru yang diundang mama untuk
mengajari siti apabila mama tidak sempat dan tidak menguasai materinya. Terkadang jadwalnya juga dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan kita.
22:00 : Tidur. Inilah jadwal kegiatan yang dilaksankan siti setiap harinya biasanya jadwal ini
berlaku 3 bulan sekali, untuk menghindari kejenuhan belajar pada anaknya. Selain itu orangtuanya juga sering membawanya jalan-jalan dan setelah sampai di rumah siti
diminta untuk menceritakan kembali apa saja pengalaman menarik yang dirasakannya pada saat perjalanan tadi, ini juga merupakan cara orangtuanya untuk mengembangkan
daya imajinasi anaknya. Selain itu orangtuanya juga sering melalukan evaluasi terhadap perkembangan anaknya. Mulai dari kemampuannya menulis, berhitung hingga
menghafal. Hal ini dilakukan mamanya dalam jangka waktu 3 bulan sekali, apabila dari tes yang diberikan siti mengalami peningkatan maka orangtuanya memberikan hadiah
sebagai tanda keberhasilannya, dan apabila kebalikannya siti mengalami penurunan maka orangtuanya memberi hukuman kepada siti. Hukuman biasanya seperti mengurangi jatah
mainan, mengurangi jadwal bermain, dan waktu belajar ditambahan, dengan hukuman yang diberikan maka si anak tidak akan malas belajar malahan dia akan semakin giat
belajar agar keinginannya dipenuhi orangtuanya. Sampai sekarang mereka masih menjalankan homeschooling untuk anaknya, karena homeschooling merupakan
pendidikan yang cocok untuk anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi merupakan hal penting yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya, agar setiap orangtua mengetahui kemampuan anaknya, evaluasi ini sama
dengan ujian yang diikuti oleh anak dalam menentukan peringkatnya, biasanya ujian dikenal di sekolah formal dan evaluasi dikenal di homeschooling. Orangtua
homeschooling memiliki cara-cara tersendiri dalam mengevaluasi pendidikan anaknya. Kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana orangtua mengevaluasi kemajuan anak dalam
program homeschooling? Jawabannya tentu saja kapan saja, di mana saja, dan untuk berbagai alasan. Sebagai orangtua yang memberikan pendidikan langsung pada anak,
orangtua diberi peluang untuk selalu melihat kemajuan anaknya dalam proses belajar. Baik pelajaran membaca, menghafal tabel perkalian, atau sekedar memasang tali sepatu
sendiri. Langkah pertama dalam rangka mengevaluasi kemajuan anak adalah dengan
melakukan analisis kebutuhan anak. Dalam langkah ini orangtua melakukan observasi secara detail, sehingga mengetahui di mana kemampuan anak saat itu. Diharapkan di sini
orangtua dapat mengetahui level dan kemampuan anak. Misalnya, dalam mata pelajaran matematika, orangtua perlu mengetahui apakah anak dapat mengenal angka, berhitung,
dan perkalian. Langkah kedua yang dilakukan ibu nisma adalah membuat perencanaan
berdasarkan analisis di langkah pertama. Di sini akan diajukan pertanyaan, apa yang diinginkan? Tujuan apa yang ingin dicapai? Dengan mengetahui sampai di mana
kemampuan anak saat itu, sehingga tujuan lebih mudah dijabarkan. orangtua menetapkan tujuan berdasarkan kebutuhan anak yang sudah dianalisis darai langkah pertama.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya dapat memutuskan bahwa sudah waktunya anak menguasai tabel perkalian, membaca dengan lancer, atau tujuan lain yang ingin dicapai.
Langkah ketiga adalah memberikan bimbingan pada anak dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan pada langkah kedua. Agar anak berada dalam rel yang sudah
ditetapkan, bimbingan dari orangtua sangat diperlukan. Bimbingan diberikan pada anak sesuai dengan kebutuhannya.
Langkah keempat dan terakhir adalah melalukan evaluasi. Orangtua melihat apakah yang dilakukan sudah memenuhi target yang diinginkan. Dalam evaluasi ini juga
melihat apakah ada kemajuan dan apakah sudah mendekati target, di sini juga orangtua dapat kembali kelangkah pertama untuk melakukan perubahan atau penyesuaian jika ada
bagian dari program yang perlu dirubah. Misalnya, jika ternyata kurikulum matematika yang dipilih kurang efektif untuk mencapai target kita. Ini evaluasi yang dilakukan
keluarga nisma dalam membimbing anak-anaknya melalui pendidikan homeschooling.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI Keluarga Handoko dan Berliana
Informan ke 3 adalah keluarga Bapak Handoko dan Ibu Berliana. Mereka mempunyai satu orang putri yang bernama Ulianti darma kirana, yang sekarang berusia
delapan 8 tahun. Mereka sangat menyayangi putri tunggal mereka, karena itulah mereka selalu memberikan yang terbaik kepada putrinya tersebut. Pak handoko sekarang berusia
45 tahun , dan Ibu Berliana berusia 40 tahun. Pak handoko bekerja sebagai pengusaha jual-beli mobil dan Ibu berliana sebagai ibu rumah tangga. Mereka menikah sepuluh
tahun 10 yang lalu, pak handoko berusia 35 tahun dan istrinya berusia 30 tahun. Dan mereka mendapatkan keturunan setelah dua 2 tahun menikah. Hal inilah yang
menyebabkan kedua pasangan suami istri ini sangat menyayangi putri tunggal mereka. Pak handoko tidak mempunyai pendidikan yang terlalu tinggi hanya sebatas
tamatan SMA, begitu juga dengan istrinya. Setelah tamat dari SMA bapak handoko tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya dari
orangtuanya, maka dia memutuskan mencari pekerjaan untuk membantu kehidupan orangtua dan biaya sekolah dari adik-adiknya. Orangtua dari pak handoko hanya bekerja
sebagai penjual sarapan pagi dan pada sore hari menjual gorengan. Perjuangan hidupnya ini di mulai dengan bekerja sebagai salah satu karyawan SPBU selama kurang lebih dua
tahun. Pak handoko selalu bertekad memajukan pendidikan adik-adiknya sampai ke perguruan tinggi karena dia tidak bisa sampai ke jenjang itu.
Pak handoko mempunyai satu orang adik laki-laki dan satu perempuan. Jarak antara pak handoko dan adik lelakinya adalah dua tahun dan dengan adik perempuannya tiga
tahun. Pada saat pak handoko tamat dari SMA adik lelakinya masih kelas dua SMA,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan adik perempuannya masih kelas satu SMA. Alhamdulillah kedua adik- adiknya ini bersekolah di salah satu sekolah negeri yang ada di medan, sehingga dia
tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk sekolah kedua adiknya. Pak handoko benar-benar seorang yang dapat dijadikan suri teladan bagi kita,
karena ketika dia sibuk bekerja untuk membantu kehidupan orangtua dan membiayai sekolah adik-adiknya, dia masih dapat mempunyai uang simpanan yang didapatnya dari
usaha sampingan menjual-beli sepeda motor. Setelah adik lelakinya tamat dari SMA dan ingin melanjut ke perguruan tinggi,
dia berhenti dari pekerjaannya, karena penghasilan yang dia dapat tidak cukup untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Maka dia mencari pekerjaan baru yang kebih cukup
untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Akan tetapi mencari pekerjaan yang lebih baik dengan tamatan yang dia punya bukanlah sebuah hal yang mudah.
”…Saya akan terus berusaha untuk membiayai sekolah adik-adik saya, karena bagi saya pendidikan adalah nomor satu. Sebenarnya saya sedih,
karena saya tidak dapat kuliah seperti apa yang saya inginkan. Tapi kesedihan itu hilang, melihat kemauan yang keras dari kedua adik saya
untuk sekolah. Saya merasa jerih payah saya ini tidak sia-sia. Hal inilah yang menjadi motivasi saya untuk mencari biaya sekolah adik-adik saya.
Dengan segala upaya dan kemampuan yang saya miliki saya terus mencari pekerjaan yang tepat untuk saya. Selama dua bulan saya menganggur,
sampai akhirnya ada seorang pengusaha jual-beli sepeda motor dan mobil yang menawarkan kepada saya pekerjaan sebagai agennya. Dan sekarang
saya sudah menjadi salah satu pengusaha jual-beli mobil…”Wawancara Maret 2010
Dengan semangat dan keuletan yang di miliki pak handoko, pada akhirnya dia dapat menyekolahkan kedua adiknya sampai tamat dari bangku perkuliahan. Dan
sekarang kedua adiknya telah menjadi orang-orang yang dapat di katakan sukses. Dia pun mendapatkan kesuksesan dari hasil kerja keras yang di lakukannya. Sama seperti yang
Universitas Sumatera Utara
dikatakan pepatah, Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Pak handoko telah mendapatkan apa yang dia perjuangkan
selama bertahun-tahun untuk orangtua dan adik-adiknya. Sedangkan riwayat hidup dari Ibu berliana hampir serupa dengan riwayat hidup pak handoko. Hanya yang membedakan
ibu berliana tidak mempunyai lagi sosok seorang ayah semenjak dia kelas satu SMP, ibunya hanya bekerja sebagai guru swata SD di medan. Ibu berliana memiliki satu orang
adik laki-laki, yang jaraknya empat tahun dibawahnya. Dan beban hidup keluarga berada di tangan ibunda dari ibu berliana. Setelah ibu berliana tamat dari SMA dia memutuskan
untuk tidak melanjutkan kuliah, dan mencari pekerjaan untuk membantu biaya hidup keluarganya.
“…Saya tidak berniat untuk melanjut ke universitas karena saya sadar bahwa saya harus bekerja untuk mengurangi beban keluarga. Hanya itu
yang ada di dalam pikiran saya, walaupun sebenarnya saya sangat ingin seperti teman-teman saya yang lain…” Wawancara Maret 2010
Ibu berliana bekerja sebagai SPG di salah satu plaza yang ada di kota medan. Dia bekerja selama empat tahun. Kejenuhan yang mengakibatkan dia berhenti dari
pekerjaannya, kemudian dari hasil simpanan yang dia kumpulkan selama bekerja sebagai SPG, dia membuka usaha kecil-kecilan berbentuk kios di depan rumahnya. Dia menjual
barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti beras, sabun, minyak makan, minyak tanah, dan lain-lain. Usahanya maju karena didukung oleh posisi kiosnya yang strategis.
Ibunda dari ibu berliana melihat betapa uletnya anak perempuanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan juga bisa membantu keluarganya.Ibu berliana menjadi
motivator untuk adik lelakinya dalam mempertahankan hidup, sehingga setelah tamat dari STM adik lelakinya tidak berpikir untuk melanjutkan kuliah, walaupun ibu berliana
Universitas Sumatera Utara
menyarankan kepadanya untuk kuliah. Sang adik malah berpikir untuk bekerja, karena memikirkan usia dari ibunda mereka yang semakin tua, sehingga dia tidak mau
membebani orangtua dan kakaknya. Adik lelakinya bekerja sebagai montir di salah satu bengkel mobil di kota medan. Semangat kerja yang dimiliki kakaknya menjadi motivasi
bagi diri untuk menjadi seorang yang berhasil di dalam hidupnya. Dia adalah orang yang memilki semangat kerja yang tinggi dan jujur dalam bekerja. Sifat yang di milikinya
membuat atasannya mempercayainya sebagai pengawas di bengkel tersebut, selain itu dia juga merupakan montir yang handal, dan memiliki banyak pelanggan. Itulah yang
membuat adik laki-laki dari ibu berliana sukses, sehingga dapat memiliki bengkel sendiri. Pertemuan antara ibu berliana dan pak handoko berawal dari service mobil yang
di lakukan pak handoko di bengkel adik ibu berliana. Usaha bengkel dari adik ibu berliana berdekatan dengan kios yang dimiliki kakaknya. Suatu hari pada saat pak
handoko sedang menunggu mobilnya selesai di service, dia tidak sengaja bertemu dengan ibu berliana. Pandangan pertama yang meninggalkan kesan di hati pak handoko membuat
dia bertanya-tanya siapa perempuan yang berhasil mencuri perhatianya. Karena rasa ingin tahunya dia berusaha mencari informasi tentang perempuan tersebut. Rasa
keingintahuanya membuat adik ibu berliana merasa heran dan kemudian dia bertanya kepada pak handoko, ada apa dengannya? Kemudian pak handoko menjawab pertanyaan
dari adik ibu berliana tersebut, sambil tersenyum dan mengatakan, “siapa gadis yang kemarin datang ke bengkel ini dan berbicara dengan kamu?”
Lalu adik ibu berliana berkata “O.. itu kakak saya pak.. Emangnya kenapa pak?” Pak handoko berkata “ jadi kakak kamu.., apa sudah menikah?”
Dia menjawab” belum pak Emang kenapa pak?”
Universitas Sumatera Utara
Pak handoko “ berarti saya masih berpeluanglah ya..tersenyum”
Percakapan antara pak handoko dan adik ibu berliana merupakan awal perkenalan yang indah, pak handoko sering berkunjung ke bengkel tersebut, yang membuat ibu
berliana sering bertemu dan berkomunikasi dengan pak handoko, situasi demikian lama- kelamaan membuat keduanya merasakan benih-benih cinta. Karena usia ibu handoko
yang tidak muda lagi membuat ibu handoko tidak berpikir panjang untuk menerima pak handoko menjadi calon suaminya. Pernikahanpun terjadi antara mereka, kebahagiaan
yang luar biasa yang dirasakan kedua belah pihak, baik keluarga pak handoko maupun keluarga ibu berliana. Namun kebahagian itu tidak bertahan lama karena sudah dua tahun
menikah mereka belum dikaruniai anak, kesedihanpun terpancar di wajah keduanya. Namun Tuhan berkehendak lain pada usia 32 tahun ibu berliana positif hamil, walaupun
dia mengetahui umurnya sudah tidak muda lagi, tetapi dia yakin kehamilannya akan baik-baik saja. Dan akhirnya ibu berliana melahirkan anak perempuannya pada tanggal
12 bulan Mei tahun 2002, pukul 10:00 wib. Kegembiraan kembali terpancar dalam keluarga mereka. Kebahagian yang dirasakan oleh mereka membuat seluruh keluarganya
ikut bergembira. Putri mereka diberi nama Ulianti darma kirana, anaknya benar-benar mendapatkan perhatian yang luar biasa dari keluarga mereka. Mulai dari makanan, susu,
hingga pendidikan yang sudah di rencanakan kedua orangtuanya. Karena pak handoko dan ibu berliana sangat mementingkan pendidikan, maka pak handoko dan ibu berliana
memutuskan untuk memulai pendidikan putri mereka dengan basic sekolah rumah atau lebih familiar dikenal dengan nama homeschooling. Mereka takut apabila salah
memberikan basic pendidikan terhadap anaknya, dikarenakan begitu sayangnya kedua
Universitas Sumatera Utara
orangtua ini kepada putri mereka. Disamping itu adik-adik dari pak handoko dan ibu berliana juga mendukung basic Homeschooling untuk digunakan pak handoko dan ibu
berliana pada keponakan tersayang mereka. Hal lain yang menjadi alasan memilih basic ini adalah dengan penggunaan basic
tersebut dapat lebih mengontrol dan mengetahui perkembangan psikolog si anak, sehingga orangtua dapat lebih mengarahkan potensi dan kemampuan si anak untuk
mencapai kesuksesan. Pada usia 3 tahun uli sudah mendapatkan basic pendidikan, dengan dimulai dengan pelajaran yang di bawakan oleh kedua orang tuanya. Uli tumbuh menjadi
anak yang cerdas dan pintar, selain uli pintar melukis, dia juga sudah mahir menghitung dan mengenali warna-warna yang ditunjukkan oleh ibunya. Dia juga mendapatkan basic
agama yang kuat, yaitu belajar mengaji sejak kecil mulai dari shalat, hingga menghapal nama-nama nabi dan rasul, dia juga hapal rukun islam dan rukun iman. Hal ini yang
membuat orangtuanya semakin percaya bahwa sekolah rumah atau yang dikenal dengan homeschooling dapat memenuhi kebutuhan anaknya dalam belajar. Banyak perkataan
orang-orang disekelilingnya bahwa uli memiliki kekurangan yang membuat orangtuanya memilih sekolah rumah untuk pendidikan anaknya. Padahal uli normal sama dengan
anak-anak lainnya, ibunya berusaha menepis pemikiran orang tersebut dengan memperlihatkan kelebihan anaknya dalam setiap arisan dan acara-acara lain yang
dihadirinya. Selain pintar mengaji, uli juga pintar melukis ini terbukti dari perlombaan yang diikutinya, dia mendapatkan juara satu dan hal itu sekaligus menghilangkan citra
negatif pada anaknya. Senang dan bangga hal itu yang dirasakan ibu berliana. “ …saya memang memilih sekolah rumah untuk pendidikan anak saya,
karena selain saya dapat mengawasi kegiatan yang dilakukan anak saya, saya juga merasa sekolah rumah memberikan kebebasan kepada anak saya
untuk berkreasi. Selain murah dan mudah melakukannya, homeschooling
Universitas Sumatera Utara
juga dapat mengembangkan bakat yang dimiliki anak-anak. Tetangga saya sempat menganggap anak saya tidak normal sehingga tidak mengikuti
pendidikan formal, padahal karena saya yang memutuskan sekolah rumah yang terbaik untuk pertumbuhan anak, saya sering mengikuti lomba-
lomba yang diadakan susu bayi di tempat-tempat umum, karena saya ingin menunjukkan kepada teman-teman saya bahwa anak saya pintar dan
normal. Dari perlombaan yang sering diikuti anak saya, akhirnya teman- teman saya percaya bahwa uli anak yang normal dan
pintar…”Wawancara Maret 2010
Dari pertama kali ibu berliana memutuskan homeschooling, yang paling diutamakannya adalah meneguhkan komitmen dan keyakinan bahwa ini adalah pilihan
yang terbaik bagi anaknya. Dengan segala alasan, tujuan dan motivasi yang melatarbelakanginya, mereka mantap menjalankan homeschooling. Ibu berliana melihat
metode school at-home yang paling cocok dengan keseharian keluarga mereka. Namun pada praktiknya, selama tiga tahun ini cara mereka menjalankan homeschooling lebih ke
arah unschooling yang tidak menggunakkan kurikulum, tidak ada jadwal, tidak ada materi pembelajaran, semua terjadi secara natural, begitu saja.
Memang pada enam bulan pertama saya pernah mencoba membuat kurikulum, dengan berbagai jadwal kegiatan permainan, dan materi untuk Uli. Semua materi dan
kegiatan diberikan dalam bentuk permainan dan diusahakan tidak membosankan. Setelah beberapa kali dicoba ternyata metode ini tidak cocok dengan keseharian keluarga kami.
Menggunakan cara terstruktur seperti ini membuat mereka sering terbebani. Ibu berliana berusaha mengejar dan mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan, yang pada akhirnya
sering kali dia memaksakan kehendaknya kepada uli dan membuatnya ngambek dan marah-marah. Mereka jadi tidak menikmati suasana belajarnya, padahal salah satu tujuan
homeschooling adalah memberikan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak sehingga dapat menikmati proses belajarnya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah menyadari model belajar terjadwal tidak cocok dengan keluarganya, akhirnya ibu berliana memutuskan untuk memberikan proses belajar secara alami.
Dengan keyakinan bahwa belajar itu proses yang natural, bukan suatu yang di paksakan, maka mereka membiarkan sendiri apa yang ingin uli pelajari dan membiarkan dia
mengatur dirinya. Keputusan ini bermula dari, seperti tidak membuat jadwal dalam bentuk apa pun, termasuk dalam kegiatan keseharian, seperti mandi, makan, dan bangun
tidur. Ibu berliana membebaskan uli untuk mengatur dirinya sendiri dalam tiga hal dasar itu. Dan efeknya memang terlihat sekarang ini, uli sudah bisa menentukan sendiri , kapan
dia mau makan, mandi, tidur dan bangun. Dan setelah ibu berliana memperhatikan lagi, ternyata pada saat-saat uli makan, mandi, tidur, dan bangun, terdapat suatu keteraturan,
contohnya: membuat jadwal tersendiri. Hanya bedanya keteraturan tersebut berasal dari keinginannya sendiri, bukan keinginan dari orangtuanya. Dari keberhasilan akan
kegiatan harian yang uli lakukan itu, ibu berliana semakin yakin dengan pilihan metode homeschoolingnya tersebut. Dengan memberikan kebebasan kepada uli untuk mengatur
dirinya sendiri, ternyata mempunyai hasil yang jauh lebih dari harapan orangtuanya. Berikut ini adalah beberapa peristiwa yang membuat ibu berliana semakin mantap
memilih Homeschooling.
Membaca
Mereka sangat suka membaca, dan sejak uli bayi ibunya biasa membacakan satu atau dua buah cerita. Setelah dia besar dan sudah dapat berkomunikasi kurang lebih
umur dua tahun, dia selalu meminta dibacakan lebih dari dua buku, kadang sampai lima buku, kadang-kadang saya penuhi permintaannya untuk membaca lima buku yang ia
pilih, kadang-kadang ibunya menolak dan hanya membacakan dua sampai tiga buku saja.
Universitas Sumatera Utara
Mungkin dari situ hingga usia tiga tahun, ia mulai ingin menbaca sendiri. Diawali dengan bertanya tentang judul buku yang dibaca ibunya, bertanya tentang merek permen yang
suka dimakannya, bertanya tentang tulisan baliho yang terpampang di jalan, dan lain-lain.
Mengenal Angka
Uli mulai tertarik pada angka, karena sering melihat nomor lambung dari taksi yang sering dia dan ibunya naiki. Biasanya jendela pintu taksi tercantum nomor
lambungnya, dari situlah dia sering bertanya angka-angka berapa saja yang tertera di jendela. Di samping itu pada usianya tiga tahun dia menggemari permainan mengenali
angka, kemampuannya dalam berhitung, mengenal angka, bentuk, logika melesat cepat, karena rasa ingin tahu yang besar pada dirinya membuat dia semakin cepat mempelajari
hal-hal yang baru dalam hidupnya.
Pengetahuan Umum
Kebanyakan ketertarikan akan sesuatu didapatnya dari film, TV,VCD, dan buku bacaan. Dari apa yang dilihatnya, semua menarik perhatiannya, seperti ingin tahu tentang
menara Eiffel, gunung meletus, planet-planet, kincir angin, kupu-kupu, pohon cemara, salju, dinosaurus dan lain-lain. Saat keingintahuannya muncul, orangtuanya tinggal
mengakomodasikan dengan mengajaknya mrncari informasi bersama, mulai dari internet, buku-buku yang ada di rumah maupun di tempat lain seperti di perpustakaan, dan took
buku. Metode yang digunakan keluarga ini benar-benar tidak mengikat anak dan orangtua dalam pelaksanaannya. Namun metode yang digunakan hanya sampai uli berusia lima
tahun, setelah itu metode yang digunakan keluarga ini berubah menjadi metode school at- home, di mana lebih terstruktur dan terarah, ada kurikulum yang dipakai, memiliki
jadwal, dan lebih terikat daripada metode unschooling, tetapi kebebasan anak dalam
Universitas Sumatera Utara
berkreasi lebih diutamakan. Dalam hal ini yang membedakan school at-home dengan sekolah formal hanyalah pada tempat berlangsung yang proses belajar mengajar, school
at-home berlokasi di rumah sedangkan sekolah formal di sekolah. Metode school at-home yang digunakan ibu berliana untuk uli awalnya sulit,
karena uli sudah terbiasa dengan sesuatu hal yang tidak mengikat dirinya, namun metode ini akhrinya membuat uli tumbuh menjadi anak yang lebih bertanggung jawab dalam
melaksanakan semua kegiatan yang sudah di jadwalkannya, mulai dari pagi hari hingga malam hari semua kegiatan yang dilakukan uli tersusun dengan baik. Dari jadwal tersebut
ibunya menyuruh uli untuk menjadikannya sebuah buku harian kecil untuk dibaca dan diingat kembali kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
“…saya merubah metode mengajar anak saya karena, pada usia 6 tahun saya harus mendidik anak saya menjadi seorang perempuan yang
bertangung jawab dan suka belajar, apabila saya masih menggunakan metode yang lama dia akan keasikan bermain karena tidak ada jadwal
yang harus dipertanggungkannya, selain itu metode ini hanya dapat diikuti oleh anak pada usia 2-4 tahun. Karena pada masa itu anak-anak memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi dalam berpikir. Jadi apabila kita susun terstruktur maka keingintahuan itu akan hilang dan anak akan kaku dalam
bertindak. Tapi setelah usianya 6 tahun kita harus mendidiknya menjadi anak yang lebih bertanggung jawab dan dapat melakukan apa yang dia
suka tetapi masih pada batas kewajaran. Uli sangat senang melukis sampai sekarang jam belajar melukis uli lebih lama dari jam belajar pelajaran
seperti membaca, menulis, berhitung dan lain-lain. Hal itu juga saya mengerti karena bakat yang paling menonjol yang dimiliki uli adalah
melukis. Jadi kalau urusan melukis saya dukung dan saya fasilitasi semua sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak saya…”Wawancara Maret
2010
Bentuk homeschooling yang diikuti Pak handoko dan ibu berliana serta uli adalah bentuk homeschooling tunggal, karena pengertian homeschooling tunggal adalah
homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa tergabung
Universitas Sumatera Utara
dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling tunggal ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan
komunitas homeschooling lain, alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal para pelaku-pelaku homeschooling tidak memungkinkan untuk berhubungan dengan
komunitas homeschooling lain. Ada juga bentuk lain dari homeschooling yaitu homeschooling majemuk.
Pengertian homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilakukan atau dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan-
kegiatan pokok tetap dilaksanakan dan dilakukan oleh orangtua masing-masing. Dengan alasan terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga
untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga misalnya keluarga atlet badminton, keahlian musikseni, kegiatan sosial,
kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Selain dari buruknya citra negatif terhadap basic yang digunakan pak handoko dan ibu berliana pada putri mereka, ada banyak juga pertanyaan
mengenai seputar sekolah rumah atau homeschooling tentang menyangkut status pendidikan homeschooling, dan apakah homeschooling mempunyai ijazah resmi seperti
sekolah formal lainnya. Sebelum pak handoko dan ibu berliana menggunakan basic pendidikan
homeschooling, mereka telah mempelajari betul tentang homeschooling tersebut. Dan hasil yang mereka dapat kan dari informasi mengenai homeschooling adalah status dari
pendidikan homeschooling diakui sama dengan sekolah formal lain sekolah negeri dan swasta yang tertera pada pasal 27 UU SISDIKNAS No.202003 , dan homeschooling
juga berhak mendapat ijazah resmi seperti ijazah dari sekolah formal lainnya dengan
Universitas Sumatera Utara
melaporkan ke Dinas Pendidikan setempat. Dengan ini terjawab lah semua pertanyaan dari teman ataupun tetangga yang menganggap homeschooling bukanlah sekolah resmi
dan tidak memiliki ijazah resmi dari pemerintah. Dan bila di bandingkan dengan anak yang bersekolah formal, uli dapat di katakan anak yang mempunyai talenta lebih terhadap
suatu hal yang di minatinya. Karena kebebasan yang di berikan kepadanya dijadikan suatu kepercayaan dan tanggung jawab atas apapun yang di perbuatnya. Sedangkan
kebanyakan anak seumurannya yang bersekolah secara formal lebih banyak bermain- main dan tampak lebih tertekan atas beban pelajaran yang di terima di sekolahnya. Anak-
anak tersebut lebih mementingkan bermain daripada belajar dan banyak dampak negatif yang ditunjukkan oleh anak tersebut seperti mudahnya penyerapan mereka atas hal-hal
yang kurang baik untuk seumuran anak itu. Seperti contoh, mudahnya anak-anak tersebut menyebutkan kata-kata kotor anjing,babi, dan lain sebagainya yang mungkin di
terimanya dari teman yang ada di sekolahnya dan kata-kata tersebut dapat saja terlontar kepada orangtua mereka akibat kekesalan mereka terhadap suatu hal yang tidak mereka
sukai. Setiap orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Apabila
orangtua sudah tidak dapat mengontrol perkembangan psikologi anak mereka, maka harapan untuk menjadikan anak tersebut sukses akan mendapatkan banyak halangan. Di
samping itu guru-guru yang ada di sekolah formal tidak mungkin memperhatikan sepenuhnya pserkembangan setiap anak didiknya, walaupun sering kita dengar bahwa
guru adalah orang tua di sekolah. Dari basic dan metode homeschooling yang di lakukan pak handoko dan ibu berliana terhadap uli ada manfaat lain yang dapat dipetik, antara lai
Universitas Sumatera Utara
1. Anak-anak menjadi subjek belajar
Dari selama hari ini yang kita ketahui ada kesan bahwa ketika seorang anak belajar, maka dia menjadi objek dari kurikulum yang di pelajari. Dengan kata
lain kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang selama ini diselenggarakan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, akan tetapi sebaliknya anak
tersebutlah yang untuk di kurikulumkan. Ini berakibat terjadilah kegiatan belajar yang bersifat memaksa anak untuk menyesuaikan dengan kurikulum
yang telah disusun. Seharusnya kurikulumlah yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap anak. Homeschooling lah menjadi salah satu yang dapat
mengembalikan anak yang semula menjadi objek belajar menjadi ke subjek belajar. Anak didik dapat memilih materi pelajaran yang disukai dan ingin
dipelajarinya. Melalui homeschooling anak-anak dapat benar-benar diberi peluang untuk
menentukan materi-materi yang ingin di pelajarinya, Bukan hanya materi pelajaran yang dapat dipilih oleh si anak, namun gaya belajar si anak pun
dapat ditentukannya sendiri. Dengan menjadikan anak sebagai subjek belajar, sistem belajar yang diselenggarakan si anak pun menjadi nyaman dan
menyenangkan.
2. Objek yang dipelajari sangat luas dan nyata
Basic daripada homeschooling akan membawa anak-anak untuk belajar di dunia nyata dan di alam yang sangat terbuka. Di samping itu objek yang
dipelajari uli sangat luas, meskipun pada saat ini telah tumbuh menjamur
Universitas Sumatera Utara
sekolah-sekolah formal yang memanfaatkan alam sebagai media belajar, namun ketika anak-anak tersebut mulai memasuki pendidikan yang lebih
tinggi, merekapun kembali lagi berhadapan dengan ruang-ruang kelas yang serba kaku dan tertutup, sementara yang dirasakan oleh orangtua uli bahwa
homeschooling membebaskan anaknya untuk belajar apa saja sesuai dengan minat dan hal-hal yang disukainya. Sesekali ibu berliana membawa putrinya
berkunjung ke berbagai tempat yang dijadikan objek pelajaran, seperti persawahan, taman burung, pemandian air panas, kebun binatang, taman
bunga, laut yang berisikan makhluk-makhluk hidup yang beraneka ragam, stadion-stadion olahraga, dan tempat-tempat lain yang menarik perhatiannya.
Selain itu bank, pemadam kebakaran, pasar juga sering dikunjungi uli dan dijadikan sebagai tempat belajar oleh kedua orangtunya.
“… Dalam pendidikan homeschooling, anak saya benar-benar dijadikan subjek dalam belajar, dan objek yang dipelajarinya sangat luas dan banyak.
Walaupun berhomeschooling, tetapi teman-teman anak saya tetap banyak, baik tetangga, teman bermain di taman, teman les balet, saudara-saudara,
anak teman saya, bahkan uli senang mengobrol dengan teman-teman saya. Jadi homeschooling benar-benar tidak membatasi pergaulan anak saya,
selain ia dapat bersosialisasi dengan siapa saja, homeschooling juga tidak pernah membatasi ia berteman dengan siapa saja…”Wawancara Maret
2010
Anak ibu berliana ini sangat ramah, dan selalu tersenyum dengan orang yang datang ke rumahnya, dia tidak pernah ketakutan melihat orang asing yang ditemuinya.
Ibu juga memberikan waktu bermain yang cukup buat anaknya, walaupun homeschooling yang diikutinya dahulu tidak memiliki jadwal, tetapi homeschooling yang sekarang
Universitas Sumatera Utara
memiliki jadwal dan lebih terstruktur, hal ini juga yang membuat uli harus belajar bertanggung jawab atas semua jadwal yang telah disepakati mereka.
“ …Dulu sewaktu homeschoolingku tidak punya jadwal, aku sering bermain sesukaku dan apa yang tidak kutahu, aku Tanya pada ibu. Ibu
selalu menjelaskan dan menjawab pertanyaanku. Senang dan bahagian itu yang uli rasakan setiap kali bermain sambil belajar, teman-temanku juga
banyak, dan mereka sering sekali bermain ke rumah, baik itu tetangga, maupun teman balet, semuanya senang berteman denganku, ibuku juga
baik sama teman-temanku, dia selalu membuat temanku betah bermain denganku, selain ibu mengajari permainan baru, ibu juga sering masak
makanan yang enak buat kami. Setelah kami kenyang, kami ketiduran, ibu membiarkan kami tidur, setelah kami bangun ibu mengantar teman-
temanku pulang, begitulah setiap harinya kecuali hari minggu, karena hari minggu biasanya kami sekeluarga pergi jalan-jalan. Orangtuaku sangat
sayang dan memperhatikan pendidikanku. Ibu pernah Tanya bagaimana kalau kamu mengikuti sekolah formal? Dan aku menjawab uli gak mau
bu, karena ntar uli gak bisa belajar seperti yang uli mau. Uli takut guru- guru sekarang kejam-kejam nanti uli di pukul dan di marahin. Uli
pokoknya homeschooling aja. Ibu tertawa mendengar jawabanku, padahalkan yang aku bilang itu benar, karena ada teman bermainku yang
pernah dipukul gurunya karena tidak siap PR”. Wawancara Maret 2010
Jadwal-jadwal kegiatan yang dibuat oleh uli dan orangtuanya harus di laksanakan sesuai dengan keputusan yang dibuat, apabila anaknya melanggar dan tidak mengikuti
jadwal, maka dia akan mendapat hukuman, tetapi hukuman yang diberikan tidak berupa kekerasan seperti dipukul, dicubit atau di marahi. Hukuman yang biasa dilakukan ibunya
adalah seperti membuat tugas tambahan, membersikan tempat bermain sendiri tanpa dibantu ibu atau pembantunya, menyiapakan sarapan sendiri dan mengurangi jam
bermainnya. Hal ini akan membuat anak tidak akan melakukan kesalahan karena semua hukuman yang diberikan kepadanya merupakan pekerjaan yang sangat tidak dia sukai,
namun orangtuanya sering kali memberikannya keringanan hukuman karena uli baru saja
Universitas Sumatera Utara
mengikuti homeschooling school at-home yang lebih terstruktur dan lebih ketat pelaksanaannya dibandingkan dengan metode unschooling yang dijalankannya terlebih
dahulu. Adapun jadwal-jadwal sehari-hari uli adalah sebagai berikut:
05:15 : Bangun pagi, langsung mandi. 05:30 : Shalat Subuh bersama keluarga
06:30 : Membersihkan tempat tidur, sambil menyiapkan pelajar hari ini 07:00 : Sarapan pagi
08:00 : Menemani ibunya berbelanja, dan membantu ibunya memasak di dapur, dalam kesempatan ini ibu juga memberikan pelajaran terhadapnya yang berhubungan dengan
alat-alat rumah tangga. 09:00 : Siap-siap berangkat balet
10:00 : Pergi ke tempat balet 11:00 : Les balet dimulai
12:00 : Makan siang 12:30 : Shalat dzuhur
13:00 : Tidur siang 15:00 : Waktunya bermain, tapi permainan yang dimainkan adalah permainan yang
mengasah otak seperti menyusun pacel, menebak buah-buahan, tebak gambar, mencari bendera yang sengaja di sembunyikan ibu di tempat-tempat tertentu, dan lomba nyanyi.
Dalam kegiatan ini biasanya saya bermain dengan teman balet dan tetangga saya.
Universitas Sumatera Utara
17:00 : Les menyanyi, pada hari senin sampai kamis pada pukul 17:00 hingga pukul 18:00 mengikuti kegiatan olah vocal, selebihnya pada hari jumat sampai sabtu mengikuti
les renang, pada hari minggu adalah jadwal berlibur dengan keluarga. 18:10 : Mandi sore.
18:30 : Shalat magrib bersama keluarga 19:00 : Makan malam bersama keluarga
20:00 : Belajar bersama ibu, kadang-kadang ada guru yang diundang ibu untuk mengajari apabila ibu tidak sempat dan tidak menguasai materinya. Terkadang jadwalnya
juga dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan kita. 22:00 : Tidur.
Jadwal-jadwal yang dimilik anak-anak homeschooling hampir mirip dan bersamaan, padahal jadwal tersebut dibuat sendiri oleh orangtua dan anak-anaknya. Jadwal yang
dibuat keluarga uli ini dirubah setiap bulannya, agar anak tidak merasakan kejenuhan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Sebelum uli tidur, biasanya ia mempunyai susunan acara, dimulai dari membaca buku, bernyanyi, bercerita hingga berdoa. Memang urutannya tidak selalu sama, tetapi
biasanya lebih banyak diisi dengan bercerita dan diskusi antara uli dan ibunya tentang kegiatan hari ini. Atau kadang-kadang diisi dengan dongeng buatan ibunya. Sebelum
menutup acara bercerita ada satu pertanyaan yang diajukan ibunya,” apakah uli senang hari ini”? atau “kegiatan apa yang paling di senangi hari ini”? dan terkadang jawaban-
jawabannya cukup mengejutkan orangtuanya. Seperti beberapa hari yang lalu saat ditanya,” Apa yang paling disenangi hari ini”? dia menjawab lugas, “saat bermain dengan
ibu dengan memasak makanan dan saat uli ikut les balet. Apapun jawabannya menjadi
Universitas Sumatera Utara
masukan bagi kedua orangtunya tentang apa yang dilakukan anaknya setiap hari. Selain untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan anaknya, jawaban dari uli juga menjadi
masukan bagi kedua orangtuanya dalam mengambil tindakan untuk kegiatan anaknya ke depan. Bagi keluarga ini, berhasil atau tidaknya pelaksanaan homeschooling bergantung
dari tujuan awal saat memulai homeschooling. Dan salah satu tujuan homeschooling uli, adalah agar dia menikmati setiap proses belajar dan belajar yang dilakukannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII PENUTUP
7.1. Kesimpulan