pengalaman yang alami yang terjadi pada setiap orang di dalam kesehariannya pada saat setiap orang berinteraksi dengan yang lainnya. Setelah itu homeschooling berkembang
dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan, pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan
pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun praktisi homeschooling awalnya dipersepsi
sebagai kelompok konservatif dan penyendiri, homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi
homeschoolingpun semakin bervariasi dengan berbagai alasan memilih homeschooling dan beragam latar belakang sosial, religius,dan sekuler; kaya, kelas menengah, miskin;
kota, pinggiran, pedesaan. Keluarga praktisi homeschooling memiliki beragam profesi mulai dokter, pegawai pemerintahan, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di
sekolah umum.
2.2 Penelitian Homeschooling di Indonesia
Di Indonesia, belum ada penelitian secara khusus yang meneliti akar perkembangan homeschooling. Sebagai sebuah istilah, homeschooling atau sekolah
rumah adalah sebuah istilah yang relatif baru dalam pendidikan di Indonesia. Tetapi jika dirunut dari filosofi, model dan praktik penyelenggarannya, homeschooling bukanlah
sebuah hal yang benar-benar baru. Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep ini
membawa kita pada konsep yang lebih umum yaitu konsep belajar otodidak atau belajar mandiri. Dengan mengambil konsep kunci itu, kita mendapati tokoh-tokoh di dalam
Universitas Sumatera Utara
sejarah Indonesia yang menempuh pembelajaran secara mandiri. Salah satu contohnya yang sangat di kenal adalah KH Agus Salim.
Dalam bentuk umumnya, pembelajaran otodidak ini memiliki beragam variasi, diantaranya pembelajaran dengan cara magang yang banyak dipraktikkan oleh keluarga
Indonesia. Pedagang atau pengusaha yang mendidik anak-anak mereka agar menguasai dan meneruskan bisnis keluarganya merupakan salah satu contoh homeschooling.
Walaupun, mereka tidak mengenal istilah itu. Bentuk-bentuk semacam itu banyak dipraktikkan di masyarakat dan dianggap sebagai akar perkembangan homeschooling
yang tumbuh di masyarakat. Dalam era waktu yang lebih dekat, pendidikan keluarga yang dilakukan oleh Said Kelana terhadap anak-anaknya yang menjadi artis Lydia dan
Imaniar merupakan salah satu contoh mengenai homeschooling pada masa lalu. Penelitian yang dilakukan Seto Mulyadi 2000, yang mengisahkan tentang
belajar yang mengasyikkan yang dialami seorang anak.” Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan dan kita semua mempunyai alat-alat yang
kita perlukan untuk memuaskannya”. Pernahkan anda memperhatikan seorang bayi yang meneliti secara saksama sebuah mainan baru?
Bayi itu memasukkan mainan baru tersebut ke dalam mulut untuk mengetahui rasanya. Dia juga menggoyang-goyangkan, mengangkat, dan memutarkan mainan baru
tersebut secara perlahan-lahan sehingga dia dapat melihat bagaimana setiap sisinya terkena cahaya. Kemudian bayi pun menempelkan mainan baru tersebut di telinga,
menjatuhkannnya ke lantai dan mengambilnya kembali, membongkar bagian-bagiannya dan menyelidikinya satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
Proses penelitian ini disebut belajar secara menyeluruh Global Learning. Global learning merupakan cara efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari
bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara
yang menyenangkan dan bebas stress. Proses ini juga ditambah dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan, dan anda dapat menciptakan kondisi
yang sempurna untuk belajar apa saja. Seto Mulyadi,2007: 93-96. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Magdalena mengenai istilah sekolah rumah
jika dibandingkan dengan sekolah internasional atau sekolah formal biasa. Sekolah rumah mungkin dipersepsikan sebagai sebuah institusi pendidikan yang menyempit ke
dalam, bukan meluas ke luar. Bandingkan istilah rumah dan internasional. Tapi dalam prosesnya sesungguhnya sekolah rumah tidak hanya menyuguhkan pengetahuan yang
sempit terbatas di dalam kandang kurikulum. Tetapi penyelenggaraan sekolah rumah meluas hingga mencakup segala aspek pendidikan yang dibutuhkan seseorang untuk
bekal hidup. Dengan kerangka pendidikan yang seperti ini sekolah rumah menyejajarkan pendidikan akademis dan pendidikan karakter.sepandai apapun seseorang secara
akademis, tapi jika karakter yang dimiliki tidak mendukung pengembangan dirinya, maka akan sulit baginya untuk terjun ke dalam dunia pekerjaan maupun dalam masyarakat.
Pendekatan homeschooling yang lebih menekankan pada pencarian bekal untuk menjalani kehidupan memerlukan kriteria karakter yang diharapkan untuk dicapai
seorang anak. Beberapa kriteria ini dapat membantu sebagai parameter keberhasilan pembentukan karakter secara keseluruhan: Individu memiliki identitas diri yang positif,
Memiliki tujuan yang terarah, Memiliki pandangan yang positif tentang hidup, Memiliki
Universitas Sumatera Utara
inisiatif, Bertanggung jawab, Antusias dan Kreatif dan dapat berpikir jernih. Hal ini merupakan kriteria mendasar yang harus dimiliki seseorang untuk meraih kesuksesan.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya, menunjukkan tingkat keberhasilan anak yang mengikuti pendidikan homeschooling lebih maju satu langkah dibandingkan dengan anak
yang mengikuti pendidikan di sekolah formal. Hal ini terlihat dari kebebasan yang dimiliki anak-anak homeschooling atau yang sering disebut homeschooler dalam
mengembangkan bakat dan kreativitas dalam dirinya, mulai dari penentuan materi ajar, metode yang digunakan, serta mulai dari dini bakat yang terdapat dalam dirinya sudah
diasah dan dikembangkan. Contoh: Sisil anak yang berusia 7 tahun dan sangat senang melukis, sejak orangtuanya mengetahui anaknya memiliki bakat dalam melukis, orangtua
langsung memfasilitasi anaknya dengan menyediakan alat-alat lukis, guru lukis, dan mengajak anaknya tersebut ke tempat-tempat yang menyenangkan untuk dijadikan objek
dalam lukisannya. Dengan pengembangan bakat yang dilakukan orangtuanya tersebut Sisil sekarang telah menjadi pelukis yang berbakat, dan sering mendapatkan penghargaan
dalam setiap perlombaan yang diikutinya. Pada dasarnya terbentuknya kriteria di ataslah yang menjadi tolak ukur keberhasilan seorang anak. Untuk menciptakan karakter seperti
di atas orang tua harus dapat memotivasi anak-anak mereka untuk selalu berpikiran positif. Secara akademis sangat jarang ditemukan anak homechooling dengan nilai
akademis yang buruk, kecuali dalam kondisi kekurangan tertentu. Tapi dalam praktiknya tidak jarang anak homeschooling gagal dalam dunia kerja dan bermasyarakat karena
kurangnya pembentukan karakter. Padahal seharusnya dengan intensitas belajar yang serius, homeschooling sangat efektif dan efesien sebagai pembelajaran menyeluruh.
Homeschooling dijadikan pendidikan alternatif bagi keluarga adalah karena
Universitas Sumatera Utara
homeschooling dapat membentuk karakter anak kearah yang lebih baik, dan inilah yang menjadi alasan pemilihan homeschooling bagi pendidikan anak dalam sebuah keluarga.
Maria,2009:17-19
2.3 Homeschooling sebagai pendidikan alternatif