Homeschooling sebagai pendidikan alternatif

homeschooling dapat membentuk karakter anak kearah yang lebih baik, dan inilah yang menjadi alasan pemilihan homeschooling bagi pendidikan anak dalam sebuah keluarga. Maria,2009:17-19

2.3 Homeschooling sebagai pendidikan alternatif

Homeschooling atau sekolah rumah saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya pandangan para orang tua tentang kesesuaian minat oleh anak- anaknya. Ada beberapa alasan mengapa para orangtua di Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecenderungannya antara lain, dapat menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Menurut Ella Yuliawati, pandangan ini memberikan pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya dilingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memilki peluang besar sejalan dengan perkembangan pendidikan. Hal ini yang kemudian membuat homeschooling dipilih sebagai salah satu alternatif proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Sumardiono,2007:43 Artikel yang membahas mengenai homeschooling sebagai salah satu inisiatif dan model pendidikan alternatif bagi masyarakat. Sebagai sebuah gerakan, homeschooling menemukan signifikasinya dalam konteks insiatif kultural yang dilakukan masyarakat sebagai respon terhadap model pendidikan yang tidak memenuhi harapan. Universitas Sumatera Utara Homeschooling merupakan wujud keterlibatan masyarakat untuk mempengaruhi keadaan sosial politik dan mendapakan pendidikan yang berkualitas. Proposal utama dari homeschooling adalah memberikan alternatif bagi masyarakat sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif yang dapat di pilihnya. Dalam ekspresi yang lebih positif homeschooling dapat menggerakan keluarga untuk terlibat aktif dalam pendidikan, mengganti kepasrahan pada sistem sekolah. Partisipasi keluarga dengan seluruh kecintaan dan kepentingan masa depan anak-anak dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadi penggerak perubahan wajah pendidikan di Indonesia. Homeschooling bukanlah sekedar membiarkan anak di rumah, mengundang guru privat yang mahal, dan model belajar artis yang malas pergi ke sekolah. Sebagai sebuah gagasan dan praktik, homeschooling jauh lebih substantif dibandingkan persepsi yang berkembang di masyarakat. Homeschooling adalah gerakan back to basic memasuki kembali esensi-esensi pembelajaran yang tidak di batasi oleh tempat belajar, jam belajar, keharusan administratif dan ritual-ritual baju seragam, uang gedung, buku baru, ijazah, wisuda, dll yang semakin menggantikan esensi proses belajar. Dengan motto belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja, homeschooling memberikan kesempatan proses belajar yang kontekstual dan penggunaan kehidupan sehari-sehari sebagai sumber belajar. Sementara model sekolah formal bersifat masal dan mengejar standart-standart eksternal seperti pabrik dan perkantoran, homeschooling memberikan peluang untuk melakukan kustomisasi pendidikan mulai dari aspek penentuan tujuan, pemilihan materi ajar, dan metode-metode yang digunakan dalam proses belajar. Homeschooling memberikan kesempatan kepada orangtua untuk menghargai keragaman jenis kecerdasan anak multiple intelligences yang tidak mungkin di Universitas Sumatera Utara kembangkan dalam sistem pendidikan massal. Homeschooling bukanlah mengubah orangtua menjadi guru untuk proses belajar anak-anak karena kemampuan orang tua terbatas. Peran utama orang tua dalam homeschooling adalah menjadi mentor dan fasilitator. Proses utama dalam pembelajaran homeschooling adalah menumbuhkan dan mengerakan kemampuan belajar anak-anak sehingga anak-anak dapat belajar secara mandiri. Homeschooling semakin mudah dilaksanakan pada saat anak semakin dewasa karena anak yang sudah dewasa akan semakin mandiri. Karena homeschooling di bangun oleh keluarga sebagai penggerak kegiatan belajar, tidak ada pusat dan model standar homeschooling karena setiap keluarga bebas merancang model pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan keluarga. Homeschooling adalah model awal pendidikan, sebelum pendidikan distrukturkan dan di lembagakan dalam institusi-institusi sekolah sebagai mana yang berkembang sekarang ini. Ide-ide homeschooling dapat kita lihat akarnya dari proses belajar otodidak, magang bisnis di kalangan perusahaan, belajar dari orang tua dan kolega dikalangan pesantren. Tokoh-tokoh seperti KH Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka adalah contoh diantara anggota masyarakat yang pernah menjalani pendidikan dengan model belajar otodidak atau yang dikenal dengan nama homeschooling. Saat ini di Indonesia ada sekitar 1400 orang yang melakukan homeschooling. Walaupun jumlah siswa homeschooling masih relatif kecil dibandingkan total seluruh siswa sekolah, namun siswa homeschooling terus bertambah dan tumbuh. Di Amerika Serikat saat ini ada sekitar tiga juta siswa homeschooling dengan lajur pertumbuhan 15 per tahun. Di Kanada, pada periode 2007-2008 ada sekitar 95.000 siswa homeschooling di New Zealand sekitar 7000 siswa, Australia 55.000 dan masih banyak lagi kegiatan Universitas Sumatera Utara homeschooling yang tidak terdata secara resmi diberbagai belahan dunia. Peluang dan tantangan bersama sebagai sebuah model pendidikan alternatif di masyarakat, homeschooling memberikan peluang untuk berkontribusi pada perbaikan wajah pendidikan Indonesia. Tentu saja harapan itu membutuhkan kerja keras agar gagasan- gagasan di homeschooling dapat dicerna masyarakat dengan baik. Gagasan menjadikan keluarga sebagai sentral perubahan pendidikan, gagasan homeschooling layak untuk didorong karena memberikan kesempatan pada setiap keluarga untuk menentukan apa yang terbaik buat anak dan keluarganya. Homeschooling merupakan salah satu wujud demokratisasi pendidikan. Spirit otonom ini dapat menjadi energi yang kuat untuk memelihara kelangsungan gerakan ini. Untuk dapat berkembang dengan baik, homeschooling perlu menghadapi tantangan- tantangan yang ada dihadapannya, antara lain dukungan legalitas secara prinsip, eksistensi homeschooling yang dijamin melalui UU Sisdiknas no. 202003 pasal 27 yang mengatur pengakuan pendidikan jalur informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan. Negara juga menjamin praktisi pendidikan informal untuk mengikuti pendidikan kesetaraan jika praktisi homeschooling menginginkan kesetaraan dengan pendidikan formal sekolah. Tantangan legalitas homeschooling adalah mengembangkan aturan-aturan teknis yang lebih pasti dan sederhana. Kesederhanaan menjadi kata kunci penyusunan aturan teknis yang mencerminkan keberpihakan Negara untuk memfasilitasi inisiatif yang tumbuh di masyarakat. Untuk mendukung perkembangan homeschooling diperlukan inisiatif-inisiatif untuk merekatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran di setiap keluarga. Pembentukan komunitas belajar, interaksi antara keluarga dan antara komunitas diperlukan untuk menciptakan proses yang teratur sekaligus pencarian model-model yang Universitas Sumatera Utara beragam dalam penyelenggaraan homeschooling. Jaringan pembelajaran menjadi salah satu alat untuk menggerakkan proses belajar dalam homeschooling. Di masa depan, sarana fisik yang dibutuhkan dalam pengembangan homeschooling adalah pembentukan pusat belajar, perpustakaan, laboratorium, dan bengkel belajar. Lembaga-lembaga ini tidak menempel di sekolah, tetapi menjadi institusi mandiri yang dapat dimanfaatkan oleh siswa homeschooling atau siapapun yang membutuhkan. Karena kekuatan dari homeschooling terletak pada keluarga, kunci keberhasilan homeschooling terletak pada penumbuhan budaya keluarga yang sehat, yang harus dilakukan sebuah keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya adalah terletak pada komitmennya untuk mendukung anak secara akademis dan intelektual, tetapi juga komitmen untuk mengembangkan nilai- nilai moral tertinggi dan penghargaan terhadap keragaman pendidikan, agar anak-anak dapat menjadi bagian integral yang dapat menyatu sekaligus menjadi agen perubahan untuk perbaikan masyarakat. Untuk mengembangkan aspek sosial dari proses belajar, tantangan homeschooling adalah mengembangkan model belajar komunitas yang memungkinkan pengembangan aspek sosial dari anak homeschooling, berbeda dengan model sekolah yang terstruktur ketat, komunitas bersifat longgar dan cair yang berfungsi untuk mengintegrasikan proses-proses belajar individual yang diselenggarakan di rumah menjadi sebuah kerangka pandang holistik pada anak Sumardiono, 2007: 55-58. Salah satu mitos besar dibidang pendidikan adalah anggapan bahwa hanya sekolah yang berhak menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan homeschooling tidak memiliki kualifikasi mengejar kualitas pendidikan sebagaimana sekolah,baik karena kualifikasi pengajar, laboratorium,maupun sistem institusional yang telah terbentuk. Sebagai sebuah institusi modern, tak dapat dipungkiri bahwa sekolah memang telah Universitas Sumatera Utara berperan penting dan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Walaupun begitu, sekolah tak dapat mengklaim sebagai institusi sempurna dan satu-satunya lembaga pendidikan yang berhak hidup di masyarakat. Banyak masalah baik dalam konsepsi maupun implementasi sekolah yang membuat pengembangan pendidikan alternatif senantiasa layak dipertimbangkan dalam pencarian sistem yang terbaik dalam kemanusiaan Sumardiono,2007:44-47. Pada siswa-siswa kelas awal, pendidikan homeschooling sangat efektif karena kedekatan orang tua sebagai tutor membuat mereka dapat menyesuaikan dan mencari metoda yang paling efektif untuk proses belajar anak- anaknya. Selain itu faktor perhatian dan cinta orang tua menjadi sebuah hal yang berpengaruh positif dalam perkembangan psikolog anak dan tak tergantikan oleh sosok apapun. Di bawah ini ada beberapa hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan homeschooling yang dijadikan alternatif pendidikan pada sebuah keluarga, antara lain sebagai berikut: Hasil penelitian Haniar 2006 homeschooling adalah suatu sistem pendidikan alternatif yang sedang berkembang dalam masyarakat. Tumbuhnya homeschooling di Jakarta dan sekitarnya harus dimaknai sebagai kepedulian masyarakat untuk ikut dalam memperluas akses pendidikan. Penelitian ini akan mendeskripsikan informasi seputar penyelenggaraan homeschooling yang ada di Jabotabek. Subjek penelitian adalah 43 keluarga yang memiliki 70 anak yang sedang melakukan homeschooling.teknik pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner, wawancara dan observasi langsung ke komunitas-komunitas homeschooling. Hasil dari penelitian ini berupa rangkaian informasi tentang profil keluarga dan homeschooling mulai dari usia, Universitas Sumatera Utara status pernikahan, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan orangtua, serta usia anak, lama melakukan homeschooling, kurikulum yang dipakai hingga biaya untuk homeschooling. Kesan dan persepsi salah paling umum mengenai homeschooling adalah penilaian bahwa siswa homeschooling tidak memiliki sosialisasi. Penilaian ini lahir dari persepsi bahwa siswa homeschooling hanya belajar dan tinggal di rumah bersama keluarganya saja Sumardiono,2007:42. Pada kenyataannya, belajar di rumah hanyalah salah satu aktivitas siswa homeschooling. Selain belajar di rumah, siswa homeschooling tetap bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di tetangga, klub hobi,kursus dan sebagainya. Selain itu siswa homeschooling biasanya juga terlibat dalam kegiatan bersama komunitas homeschooling. Riset mengenai homeschooling justru menunjukkan bahwa paparan para siswa homeschooling terhadap kegiatan sosialisasi justru lebih besar dibandingkan siswa sekolah formal. Berbeda dengan siswa sekolah yang bersosialisasi dengan teman sebaya, siswa homeschooling lebih bersosialisasi dengan pergaulan lintas usia. Komunitas ragam usia adalah kondisi yang ada di dunia nyata, seperti keluarga, organisasi,kantor dan masyarakat Sumardiono,2007:43. Berdasarkan hasil riset tentang profil keluarga dan homeschooling yang ada di jabotabek, berikut ini adalah hasil yang signifikan dari penelitian ini adalah homeschooler dapat menggunakan satu atau lebih kurikulum sesuai dengan kebutuhan mereka. Homeschooler harus menentukan satu kurikulum inti dan kemudian mencari perlengkapan dari kurikulum itu jika perlu. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden menggunakan murni kurikulum luar negeri sebagai kurikulum inti atau menambah kurikulum nasional pada kurikulum intinya. Faktor ketidakpuasan terhadap kurikulum yang dipakai di sekolah membuat responden memilih kurikulum lain yang Universitas Sumatera Utara menurut mereka lebih baik daripada kurikulum nasional. 84 responden melakukan homeschooling di bawah 5 tahun. Hanya 16 yang telah melakukan lebih dari 5 tahun. Ada 11 alasan mengapa orang tua memilih homeschooling, dan hampir semua alasan ini ada dalam riset yang telah dilakukan di Amerika, alasan yang berbeda adalah adanya faktor melihat kesuksesan keluarga lain sebagai inspirasi untuk melakukan homeschooling, serta ingin menyekolahkan anak ke luar negeri. Tiga alasan yang terbanyak dijawab orangtua dari 11 alasan tersebut adalah orang tua merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan ingin agar hubungan dengan anak lebih dekat. Pada dasarnya orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Keinginan untuk bertanggung jawab dalam kehidupan anak inilah yang membuat orang tua ingin berkorban lebih, terutama dalam hal ini adalah pendidikan. Lewat homeschooling orang tua mengharapkan dapat mempererat hubungan orangtua dan anak, karena waktu dengan anak bertambah banyak. Penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan karakter dan nilai-nilai agama yang sesuai. Hal ini didorong oleh kurangnya pendidikan agama, nilai-nilai moral dan karakter di sekolah formal. Ada pula sekolah formal yang hanya mengajarkan pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama mereka. Hal ini mendorong orang tua melakukan homeschooling karena tidak ada pilihan sekolah lain yang sesuai dengan keyakinan mereka. Beban pelajaran dan sistem kurikulum yang dianggap terlalu membebani anak serta tekanan yang diciptakan guru pada anak dalam mengejar target kurikulum, hal ini membuat banyak orang tua mengeluarkan anak dari sekolah formal. Hasil penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika dan pengamatan empiris Babbie, 1995:16 . Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Universitas Sumatera Utara antara konsep yang dijadikan bahan kajian dalanm penelitian. Setiap konsep yang dikembangkan sebagai variable penelitian harus dapat menunujukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan. Hasil riset yang dilakukan oleh Aar Sumardion2000, beda zaman beda profesi, zaman dahulu orang tua menasehatkan kepada anak-anaknya untuk menjadi pegawai negeri. Sebab pekerjaan itu aman dan nanti dapat dinikmati pensiunnya.Kadang-kandang nasehat itu di imbuhi dengan ungkapan ”pekerjaannya ringan dan santai”. Saat dunia swasta Korporasi dan BUMN berkembang, sebagian orang tua menasehatkan anak- anaknya untuk bekerja di sektor swasta yang lebih memberikan kepuasan professional dan material. Uang pensiun tidak lagi menjadi daya tarik yang kuat karena pensiun dapat dirancang dengan tabungan, asuransi dan sebagainya. Tantangan hidup yang semakin keras membutuhkan sikap hidup yang berbeda agar dapat survive di dunia nyata. Bekerja santai bukan lagi sikap hidup yang tepat untuk menjalani kehidupan, tetapi kerja keras dan kemampuan berkarya menjadi tantangan hidup yang harus di hadapi. Menurut penelitian ini pondasi dasar dalam mengenyam pendidikan haruslah kokoh, sehingga berakhir dengan baik. Seto Mulyadi 2007 bukan hanya ingin menciptakan pendidikan yang ramah terhadap anak-anak. Lebih dari itu, Seto Mulyadi ingin agar hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan benar-benar dilindungi. Dalam kehidupan kesehariannya,baik ketika berada di depan publik maupun tidak. Menurut Seto 2007:6-7 sebagai berikut: Homeschooling tidak hanya sekedar menjalankan kegiatan bersekolah di rumah. Tujuan pokok homeschooling adalah Memenuhi hak anak dalam memperoleh pendidikan, dan keluarga yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya. Sebagai Universitas Sumatera Utara bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas. Jadi tidak boleh kaku atau terlalu terstruktur sebagaimana sekolah formal. Kalau terlalu disusun dalam kurikulum yang baku maka homeschooling justru akan kehilangan makna utamanya. Itulah sebabnya maka bagi seorang peserta homeschooling yang semula berasal dari siswa sekolah formal diperlukan adanya penyesuaian diri yang bertahap. Apabila mula-mula anak bosan dan merasa seperti tidak ada yang bisa dilakukan, maka anak bisa diajak untuk pergi keluar mengunjungi berbagai tempat yang menarik seperti pameran lukisan, pertunjukan musik, pagelaran wayang atau teater, perpustakaan, taman hiburan, dan sebagainya. Banyak orangtua yang sering bingung dan bertanya-tanya untuk bisa menjadi guru yang baik bagi anaknya di rumah yang melakukan kegiatan belajar dengan melakukan pendidikan homeschooling. Seharusnya hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena pada dasarnya setiap orang tua didunia memiliki bakat dan kemampuan alami sebagai guru yang professional bagi anak-anaknya. Lihat saja bagaimana para orang tua mengajarkan anak-anaknya berbagai hal dan kemampuan sejak anak-anaknya masih bayi. Jadi menurutnya orang tua adalah guru yang paling baik dan paling hebat dalam mendidik anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian