PERAN ORANG TUA DALAM MENDAMPINGI ANAK PADA HOMESCHOOLING (STUDI KASUS PADA 2 KELUARGA YANG MELAKSANAKAN HOMESCHOOLING).

(1)

Di

Gu

PROGRA JUR

UN

i

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Brury Duta Panama NIM.04102241012

RAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOL RUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN NIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JULI 2010


(2)

(3)

(4)

iv

Jangan belajar untuk menjadi sukses, belajarlah untuk membesarkan jiwa. Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, kita bisa mencapai yang terbaik yang mungkin kita capai (Mario Teguh).


(5)

v

Karya ini saya persembahkan untuk: Bapak dan ibu yang kusayangi. Adik-adikku tercinta.

Sobat-sobat seperjuangan dan Base Camp 164 yang selalu memberikan inspirasi dan hiburan.


(6)

vi

anak pada homeschooling (studi kasus pada 2 keluarga yang melaksanakan homeschooling), telah terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Bapak Dr. Sugito, MA, pembimbing I dan Bapak Hiryanto, M.Si, pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa kuliah.

6. Keluarga Kak Wees Ibnoey Say dan keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq yang bersedia menjadi subjek penelitian dan berbagi pengalaman yang sangat berharga.

7. Keluargaku: bapak, ibu, friska dan koko, yang telah memberi bantuan mental dan logistik.


(7)

vii

Atas bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga amal baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah swt.

Akhir kata, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 30 Juni 2010 Penulis


(8)

viii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PESEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peranan orang tua dalam Keluarga ... 9

1. Peranan orang tua dalam Keluarga ... 9

B. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak ... 10

1. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak ... 10

2. Pentingnya Orang Tua dalam Pendidikan Anak ... 10

C. Pandangan Kritis Terhadap Pendidikan Sekolah ... 11

D. Homeschooling ... 13

1. Pengertian Homeschooling... 13

2. Model Homeschooling ... 17


(9)

ix

G. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 37

C. Seting Penelitian ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Keabsahan Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 44

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say ... 44

a) Lokasi ... 44

b) Sejarah ... 44

2. Homeschooling Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq . 46 a) Lokasi ... 46

b) Sejarah ... 46

B. Gambaran Subjek Penelitian ... 49

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say ... 49

2. Homeschooling Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq . 49 C. Gambaran proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada homescholing ... 50

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say ... 50

a) Tahap persiapan ... 50


(10)

x

c) Tahap evaluasi ... 75

D. Pembahasan ... 76

1. Proses Pendampingan ... 76

2. Hambatan ... 87

3. Cara mengatasi hambatan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 89

1. Proses pendampingan ... 89

2. Hambatan ... 91

3. Cara mengatasi hambatan ... 91

B. Saran ... 91

1. Untuk Keluarga Kak Wees Ibnoe Say ... 91

2. Untuk Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN


(11)

xi

4. Transkrip Wawancara ... 109 5. Dokumentasi Penelitian ... 129 6. Surat Ijin Penelitian ... 131


(12)

xii

NIM.04102241012

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada Homeschooling, (2) apa saja yang menjadi hambatan dalam mendampingi anak pada Homeschooling, dan (3) bagaimana usaha orang tua mengatasi hambatan yang ada dalam mendampingi anak pada Homeschooling.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Penelitian mengambil tempat pada dua keluarga yaitu keluarga Kak Wees Ibnoe Say dan keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq. Subjek utama pada keluarga pertama Kak Wees Ibnoe Say dan ibu Lusi Sabriana, sedangkan keluarga kedua Bapak Muhammad Sahal Siddiq dan Ibu Siti Iswari. Data dikumpulkan dengan tiga teknik yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data ditentukan dengan cara: penyilangan informasi dan penyampaian kembali hasil yang diperoleh dari subjek penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif Miles dan Hubberman yaitu proses analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kedua orang tua dalam proses pendampingan homeschooling bertindak sebagai fasilitator yang bertugas memfasilitasi segala aktifitas homeschooling anak dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap persiapan orang tua berperan menyiapkan sarana, menentukan metode dan kurikulum. Peran orang tua pada tahap pelaksanaan yaitu mendampingi berbagai aktifitas anak, membantu anak dalam penentuan jadwal dan memberi rangsangan belajar. Sedangkan pada tahap evaluasi orang tua berperan menilai anak secara lisan, tertulis maupun perbuatan sesuai dengan konteks belajar. Orang tua selain menjadi guru juga sebagai motivator yang bertugas membangun kemauan belajar anak. Kedua keluarga menerapkan metode diskusi kepada anak dalam segala aktifitas homeschooling; (2) Hambatan yang dihadapi dalam homeschooling yaitu belum terpenuhinya sarana belajar, keinginan anak untuk bermain masih kuat dan kehawatiran orang tua terhadap anak dalam menghadapi dunia luar. (3) Usaha orang tua dalam mengatasi hambatan yaitu dengan memberikan pengertian kepada anak untuk bersabar, memberikan tugas secara berkala dan memberikan bekal agama serta akhlak yang memadai.


(13)

1

Dalam kehidupan manusia pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk dipenuhi. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri seseorang sehingga berguna bagi diri sendiri, lingkungan dan negara. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses pendidikan dapat berlangsung dimana saja, seperti dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan luar atau lingkungan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak untuk memperoleh pendidikan.

Keluarga adalah tempat pengasuhan yang pertama bagi anak, sejak ia masih berbentuk janin didalam kandungan ibunya selama sembilan bulan, tumbuh dan berkembang menjadi kanak-kanak, hingga masa dewasa. Ibu bertanggung jawab mengasuh anak, memberi kasih sayang serta memberi contoh akhlak baik pada anak. Sedangkan ayah bertugas menjadi pemimpin keluarga yang


(14)

bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga secara materi dan kebutuhan rohani yakni menanamkan moral baik serta ajaran agama kepada anak-anaknya.

Pada keluarga orang tua memegang peran utama terhadap pendidikan anak yaitu sebagai peletak pondasi karakter, agama dan spiritualnya. Penanaman sikap merupakan pendidikan alami (nature) yang terjadi pada setiap keluarga. Pembentukan watak seorang anak dapat dipengaruhi oleh sikap psikologis yang diterima anak dalam keluarga.

Secara psikologis keluarga berfungsi sebagai: (1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lain, (2) Memberi pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis, (3) Sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) Model pola perilaku yang secara sosial dianggap tepat, (6) Pembentukan anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap pendidikan, (7) Pemberi bimbingan dalam belajar ketrampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, (8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun masyarakat, (9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan (10) Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah. (Yusuf, 2001: 38)

Dengan adanya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dan ketidakpuasan orang tua terhadap pendidikan formal, maka orang tua berinisiatif untuk menyelenggarakan pendidikan secara mandiri. Pendidikan keluarga diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan sekolah rumah atau homeschooling. Pengertian homeschooling dalam UU 20/2003 tentang Sistem


(15)

Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (1) berbunyi: “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.

Berbeda dengan sekolah formal umumnya, homeschooling menerapkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak. Semua pendekatan pembelajaran yang dilakukan mengacu subjek pendidikan yaitu peserta didik, proses pembelajaranya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pesertanya untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya.

Saat ini homeschooling telah diakui oleh pemerintah. Homeschooling muncul sebagai salah satu pendidikan alternatif sudah terakomodasi dalam sistem pendidikan nasional. Siswa yang memilih homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan yang dikeluarkan oleh DEPDIKNAS yaitu Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMU. Ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal yang lebih tinggi bahkan ke luar negeri sekalipun. Mulyadi (2009).

Homeschooling hakikatnya adalah pendidikan berbasis keluarga. Peran orang tua dituntut aktif sebagai pendamping anak dalam belajar secara penuh. Pada pelaksanaan homeschooling menuntut orang tua (ayah atau ibu) mendampingi anak belajar. Dengan adanya pendampingan akan melekatkan hubungan antara orang tua dan anak sehingga akan tercipta suasana pembelajaran yang harmonis.

Orang tua sebagai pelaksana homeschooling berarti memegang seluruh tanggung jawab pendidikan anak. Dalam homeschooling orang tua berperan


(16)

sebagai pendamping belajar anak. Masalah yang muncul yaitu adanya pemahaman orang tua yang rendah akan hakikat homeschooling, bahwa homeschooling hanya memindahkan sekolah di rumah atau karena keinginan orang tua. Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan homeschooling karena homeschooling sesungguhnya merupakan usaha orang tua untuk menyelenggarakan pendidikan terbaik bagi anak dan atas dasar kebutuhan anak itu sendiri.

Menurut Helmi (2008: 6) berdasarkan survey terbatas yang dilakukan di Komunitas Homeschooling Berkemas menunjukan bahwa para orang tua memiliki pandangan yang berbeda terhadap homeschooling itu sendiri. Ada yang menganggap bahwa homeschooler murni sekolah di rumah. Beberapa orang tua lain menganggap bahwa homeschooling merupakan sebuah alternatif pendidikan bagi anak yang tidak mau disekolahkan ke sekolah formal (atau mungkin orang tua yang tidak ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah formal?). Ada juga beberapa keluarga yang melakukan homeschooling karena alasan ekonomi.

Di samping itu para pelaku homeschooling masih menganggap bahwa homeschooling seperti halnya memindahkan sekolah ke rumah. Berdasarkan observasi terbatas pada salah satu keluarga homeschooling di Jogjakarta terdapat keluarga yang melaksanakan kegiatan sekolah rumah dengan mendatangkan guru ke rumah dan peran orang tua sangat kurang dalam proses pendampingan anak. Padahal homeschooling menuntut peran orang tua dalam membimbing anak.

Homeschooling yang melaksanakan kegiatan belajar dengan memanggil guru oleh karena adanya anggapan tentang orang tua homeschooling tidak dapat menggantikan guru dan harus mengetahui segalanya. Dengan adanya anggapan tersebut orang tua merasa harus menguasai segala materi dan segala keahlian yang akan diberikan kepada anak-anaknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam proses mendampingi anak pada Homeschooling yang dilaksanakan di


(17)

rumah Kak Wees Ibnoe Say yang beralamat Krapyak Kulon Rt 5, No.186 A, Panggung Harjo, Sewon Bantul dan rumah Bapak Muhammad Sahal yang beralamat Gang.Rajawali(Utara STIA), Tambakbayan, Babarsari, Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang muncul : 1. Adanya perbedaan pandangan mengenai homeschooling pada orang tua

pelaksana homeschooling.

2. Adanya homeschooling dengan memanggil guru, sehingga peran orang tua dalam mendampingi anak dipertanyakan.

3. Aturan-aturan orang tua tentang mengajar yang tidak sesuai minat anak. 4. Adanya anggapan bahwa orang tua pelaksana homeschooling tidak dapat

menggantikan guru. C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, agar permasalahan menjadi efektif jelas dan terpusat serta tujuan penelitian dapat tercapai, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas bagaimana proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada Homeschooling serta apa yang menjadi hambatan orang tua dalam mendampingi anak pada Homeschooling dan bagaimana mengatasi hambatan dalam mendampingi anak pada homeschooling. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


(18)

1. Bagaimana proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada Homeschooling?

2. Apa saja yang menjadi hambatan orang tua dalam mendampingi anak pada Homeschooling?

3. Bagaimana usaha orang tua dalam mengatasi hambatan yang ada dalam mendampingi anak pada Homeschooling?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mencari jawaban atas sejumlah permasalahan yang dirumuskan di atas yaitu:

1. Mengetahui proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada Homeschooling.

2. Mengetahui apa saja yang menjadi hambatan dalam mendampingi anak pada Homeschooling.

3. Mengetahui usaha orang tua yang diterapkan untuk mengatasi hambatan yang ada dalam mendampingi anak Homeschooling.


(19)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi keluarga dan pelaku homeschooling

a) Menjadi alat evaluasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran homeschooling.

b) Menjadi sarana bagi pelaku homeschooling dalam berbagi pengalaman kepada masyarakat.

2. Bagi masyarakat

a) Meyakinkan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan alternatif terutama pendidikan kesetaraan.

b) Memberikan deskripsi dan kepada masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan homeschooling yang baik dan bermutu.

c) Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya komitmen orang tua dan anak dalam menempuh homeschooling.

3. Bagi peneliti

Mengetahui fenomena perkembangan dunia pendidikan luar sekolah maupun menciptakan budaya penelitian untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi dalam implementasi pendidikan luar sekolah.


(20)

G. Batasan Istilah

1. Peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling

Peran orang tua dalam mendampingi anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan orang tua dalam mendampingi atau menyertai kegiatan anak meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan homeschooling.

2. Homeschooling

Homeschooling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses layanan pendidikan secara terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dimana proses belajar mengajar belangsung dalam suasana kondusif dengan gaya belajar yang dapat disesuaikan keinginan masing-masing bertujuan agar kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan maksimal.

3. Homeschool

Homeschool yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan istilah sekolah rumah.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga

1. Peranan Orang Tua Dalam Keluarga

Peranan orang tua sangat diperlukan terutama untuk memberikan dalam proses pembentukan karakteristik anak agar apat tumbuh berkembang seperti yang diharapkan. Hakikat peran orang tua sesungguhnya adalah peran orang tua secara keseluruhan dan konsisten yang meliputi peranan-peranan Ayah dan Ibu secara bersama-sama untuk kemajuan anak-anaknya, seperti pendapat Simandjuntak (1984: 130) yang mengemukakan:

Peranan Ayah adalah sumber kekuasaan, dasar identifikasi, penghubung dunia luar, pelindung terhadap ancaman-ancaman dari luar, pendidik segi rasional, sedangkan peranan Ibu adalah pemberi rasa aman-sumber kasih sayang, tempat mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan rumah tangga, pendidik segi emosional dan penyimpan tradisi.

` Sejalan dengan pendapat diatas Tambunan (1987: 135) mengatakan tentang peranan orang tua yaitu:

a. Menciptakan lingkungan keluarga yang bisa memberikan kedamaian b. Menyediakan waktu untuk anak

c. Memenuhi kebutuhan akan pengetahuan dan kasih sayang d. Memberikan kebebasan yang wajar

e. Memberikan rasa aman

f. Memberikan dorongan pada anak-anak agar tidak pesimis g. Melibatkan anak pada suatu kegiatan yang bermanfaat

Dengan mengetahui peran orang tua dalam keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi baik sesuai dengan harapan orang tua. Orang tua dalam melakukan peranannya harus memahami hakikat mendidik anak dengan tidak mengedepankan ego orang tua, karena anak merupakan seorang individu yang memiliki bakat dan karakter tersendiri.


(22)

Apabila seorang anak dididik dengan kemauan atau obsesi orang tua, maka hal tersebut berarti mematikan potensi dan karakter seorang anak.

B. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak 1. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Setiap orang tua menginginkan hidup anaknya lebih baik dari dirinya. Tradisi pemikiran orang tua terhadap pendidikan anak sebagai hal yang sangat penting berdasarkan orientasi untuk memperbaiki kapasitas keilmuannya yang akan memosisikan anak-anak mereka pada pola pikir positif. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak merupakan segala tindakan orang tua dalam mengupayakan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak terwujud dengan menyelenggarakan pendidikan yang terbaik bagi anak mereka. Banyak orang tua merasa tidak puas dengan sistem pendidikan di Indonesia di sekolah formal. Sebagian orang tua lalu mencari altenatif pendidikan. Salah satunya dengan bersekolah di rumah. Sarie Febriane (2009).

2. Pentingnya Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

Perhatian dan kedekatan orangtua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orangtua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orangtua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak. Kedekatan antara orangtua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga. Iryanti (2009).


(23)

Beberapa peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut yakni: 1) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri

sendiri.

2) Meningkatkan capaian prestasi akademik, 3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak,

4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah, dan

5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah. R.A. Rahabeat (2009).

C. Pandangan Kritis Mengenai Pendidikan Sekolah

Anak menempuh pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga, kemudian menempuh pendidikan di sekolah (formal). Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan pemikiran manusia, pendidikan sekolah dianggap belum mampu mendidik manusia dengan semestinya yakni memanusiakan manusia.

John Holt dalam bukunya yang berjudul “How Children Fail”, mengungkapkan keprihatinan atas kegagalan anak-anak dalam belajar. Selain menulis “How Children Fail” John juga menulis buku “How Childen Learn” dan “Escape from Childhood:The Right and Need of Childern”. Ketiga buku rinci ide-ide dasar filsafat Holt tentang pendidikan. Dia berpendapat bahwa alasan utama anak-anak tidak belajar di sekolah adalah rasa takut: takut mendapatkan jawaban yang salah, takut diejek oleh guru dan teman sekelas, takut tidak cukup baik. Dia menyatakan bahwa ini diperparah oleh anak-anak dipaksa untuk belajar hal-hal yang mereka tidak selalu tertarik. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya homeschooling. Mel Allen (2010).

Filosof lain yang memicu homeschooling adalah Ivan Illich yang mengenalkan konsep deschooling:


(24)

“Philosophically, it refers to the belief that schools and other learning institutions are incapable of providing the best possible education for some or most individuals. Some extend this concept beyond the individual and call for an end to schools in general. This is based on the belief that most people learn better by themselves, outside of an institutional environment, at a self-determined pace. This is the meaning of the term as used by Illich.” Tiffani (2010).

Dari filosofi yang dikemukakan Ivan Illich, sekolah dan institusi pendidikan lain tidak mampu menyediakan pendidikan terbaik untuk seseorang atau beberapa individu. Beberapa konsep yang berpusat pada individu dan sekolah harus diakhiri. Ini didasarkan kepercayaan akan lebih baik belajar sendiri, diluar lingkungan institusi, pada waktu yang ditentukan sendiri.

Menurut Freire (Aprinalistria, 8: 2007) proses pendidikan ini akan berhasil pendidik mempunyai pengetahuan mengenai citra dan pemuliaan manusia. Sayangnya pendidikan sekarang lebih mencerminkan “gaya bank”. Menurut Freire sistem ini memiliki ciri dan kebiasaan, yaitu:

1) Guru mengajar dan murid diajar.

2) Guru mengetahui segala sesuatu dan murid tidak tahu apa-apa. 3) Guru berpikir dan murid dipikirkan.

4) Guru bercerita dan murid mendengarkan. 5) Guru menentukan peraturan dan murid diatur.

6) Guru memilih dan memaksakan pilihannya, dan murid menyetujuinya. 7) Guru berbuat dan murid membayangkan dirinya melalui perbuatan gurunya. 8) Guru memilih bahan dan isi pelajaran, dan murid (tanpa dimintai

pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.

9) Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan murid.

10) Guru adalah subjek dalam proses belajar anak, murid adalah objek belaka. Dalam pendapatnya Freire mengungkapkan bahwa pendidikan haruslah dilaksanakan secara partisipatif dan kritis. Partisipatif berarti proses keikutsertaan murid dan guru dalam pendidikan. Proses yang dilaksanakan tidak lagi proses belajar mengajar satu arah. tetapi proses komunikasi 2 arah (antara guru dan


(25)

murid) dalam berbagai bentuk kegiatan yang lebih memungkinkan terjadinya dialog semua yang terlibat dalam proses pendidikan. Sedangkan kritis yang dimaksud dalam konsep ini yakni tugas pendidikan dalam menciptakan daya kritis terhadap peserta didik.

D. Homeschooling

1. Pengertian Homeschooling

Homeschooling merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif. Secara etimologis, homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Namun secara hakiki, homeschooling adalah sebuah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan at home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman . Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja dan dimana saja, sebagaimana tengah berada di rumahnya sendiri. (Saputra, 2007:36)

Secara prinsipil, homeschooling atau sekolah rumah adalah konsep pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua. Proses belajar mengajar diupayakan berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak dapat berkembang secara maksimal.(Permana, 2007: 16)

Menurut Ella Yuliawati homeschooling atau sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan secara teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dimana proses belajar mengajar belangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan setiap potensi anak dapat berkembang secara maksimal. Dweehan (2009).


(26)

Dengan demikian homeschooling bertolak dari kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Menurut Kartono (1985: 4) mengatakan bahwa orang tua berkewajiban untuk menyajikan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya, hingga mereka menjadi makhluk-makhluk dewasa dan bukan hak untuk memiliki, menentukan dan bahkan untuk memeras mereka!

Pendapat tersebut bermaksud bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan suatu kondisi yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak sebagai suatu pribadi yang memiliki karakteristik dan potensi tersendiri, orang tua tidak berhak untuk merasa memiliki dengan mendikte maupun menentukan hidup anak.

Pikiran bukanlah wadah untuk diisi, melainkan api yang harus dinyalakan. Plutarch (Mulyadi, 2007: 89). Hal ini mengungkapkan bahwa setiap anak merupakan subjek belajar yang telah memiliki bakat alamiah semenjak diciptakan sehingga orang tua yang berperan mengembangkan anak sesuai potensi yang ada.

Hal sependapat dungkapkan Lyne (2007: 30) bahwa bersekolah di rumah tidak akan menyulap seorang anak menjadi pandai musik atau pintar komputer. Tidak ada metode pendidikan yang mengubah tulip menjadi dafodil. Namun, bersekolah di rumah bisa membantu Anda mendidik anak-anak sehingga mereka menjadi diri sendiri.

Menurut Permana (2007: 48-49) bahwa dalam homeschooling, penekanan proses pendidikan pada partisipasi orang tua dalam merancang


(27)

pendidikan anaknya. Orang tua diharapkan mengenal karakter anak-anaknya dan merancang pola didik paling sesuai dengan karakter, minat dan bakat si anak. Konsekuensinya, orang tua harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi tentang metode belajar dan pembelajaran.

Belum ada penelitian secara khusus yang meneliti meneliti akar perkembangan homeschooling di Indonesia. Namun menurut Ella Yuliawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan dan Ditjen Pendidikan Luar Sekolah, tumbuhnya homeschooling di Indonesia sejalan dengan kesadaran dan kesiapan keluarga untuk memberikan layanan pembelajaran bagi anak-anak di dalam rumahnya sendiri. (Verdiansyah, 2007: 7)

Masyarakat yang menerapkan homeschooling pun kian bertambah. Salah satu indikasinya adalah pencarian homeschooling lewat internet. (Widowati dan Nurdiana, 2009: 20) Hal ini menunjukkan perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi akses terhadap informasi yang semakin terbuka sehingga orang tua memiliki banyak pilihan pendidikan unuk anaknya.

Alasan orang tua memilih homeschooling diantaranya orang tua merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan ingin hubungan dengan anak lebih dekat; penekanan kepada pendidikan iman, pembentukan karakter dan nilai-nilai agama yang sesuai dan tidak setuju dengan kurikulum sekolah formal(diknas). Sumardiono (2009).

Dalam sistem pendidikan nasional kita, penyelenggaraan homeschooling didasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


(28)

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20/2003), Pasal 1, Ayat 1. Bunyi undang-undang tersebut adalah sebagai berikut:"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara." (Mulyadi, 2007: 33-34).

Tidak ada pembatasan bahwa proses pendidikan hanya boleh melalui pendidikan formal dalam kelas, berkelompok, dan harus dengan satu atau dua guru yang berdiri di depan kelas. Pendidikan bisa juga diperoleh dengan cara informal, tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dalam Pasal 27 Ayat (1) dikatakan: "Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri." Lalu pada Ayat (2) dikatakan bahwa:"Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan."(Permana, 2007: 49)

Masih menurut Permana (2007: 50) persekolahan di rumah dapat didaftarkan ke dinas pendidikan setempat sebagai komunitas pendidikan nonformal. Pesertanya kemudian dapat mengikuti ujian nasional kesetaraan paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).


(29)

2. Model Homeschooling

Homeschooling memiliki beberapa model yang masing-masing memiliki pendekatan tersendiri sesuai dengan kebutuhan, menurut Mulyadi (2007: 36-40) dan Permana (2007: 30-33) model homeschooling meliputi:

1) Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam homechooling tunggal orang tua bertanggung jawab penuh mengelola seluruh aktifitas belajar anak. Orang tua melakukan kegiatan manajemen (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) penyediaan sarana belajar dan penentu metode atau pendekatan kurikulum. Hakikat orang tua adalah sebagai fasilitator yang bertugas mendampingi belajar dan memberikan apa yang dibutuhkan pada proes belajar anak.

Homeschooling tunggal memiliki fleksibilitas pada penggunaan metode dan kurikulum serta pelaksanaan. Segala aktifitas belajar yang akan dilakukan dapat dikompromikan dengan anak sehingga anak merasa nyaman dalam menjalani homeschooling. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaan homeschooling tunggal segala tanggung jawab ada pada orang tua dan anak.

2) Homeschooling Majemuk

Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan masing-masing.


(30)

Keluarga-keluarga yang memutuskan untuk bergabung dalam homeschooling ini biasanya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan dalam kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga, keahlian seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama. Pada homeschooling majemuk para orang tua melakukan kompromi untuk menentukan jadwal, suasana, fasilitas dan pilihan kegiatan.

Ciri khas homeschooling majemuk adalah keharusan bagi para homeschooler untuk belajar mnenyesuaikan diri dengan lingkungan belajar mereka. Dengan melibatkan anak-anak lain proses belajar akan lebih dinamis. Dalam kelompok kecil semangat berkompetisi akan muncul. Masing-masing anak akan memacu diri untuk berprestasi dari yang lain. Masalah-masalah yang muncul dalam interaksi anak-anak akan berperan dalam pembentukan kepribadian anak yang tangguh. Dengan berhubungan dengan sesama anak sifat-sifat kepekaan sosial homeschooler akan tumbuh.

3) Homeschooling Komunitas

Komunitas homeschooling adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni, bahasa), sarana /prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.


(31)

Menurut Mulyadi (2007: 38) menegaskan bahwa alasan memilih komunitas homeschooling antara lain:

a) Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak mulia dan pencapaian hasilbelajar.

b) Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium alam, perpustakaan, laboraorium IPA/bahasa, auditorium, fasilitas olahraga dan kesenian.

c) Ruang gerak dan sosialisais peserta didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan.

d) Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab umtuk saling mengejar keahlian masing-masing.

e) Sesuai untuk usia di atas sepuluh tahun.

f) Menggabungkan keluarga tinggal berjauhan melalui internet dan alat informasi-komunikasi lainnya untuk tolak banding (benchmarking) termasuk untuk standarisasi.

3. Metode Homeschooling

Menurut Sumardiono (2007: 34-36) dan Saputra (2007: 139-142) ada beberapa metode homeschooling, berkisar dari yang sangat terstruktur (seperti sekolah) sampai yang tidak terstruktur (unschooling):

a) School at home approach

School at home approach atau pendekatan tradisional atau pendekatan terstruktur yaitu model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah atau metode homeschooling yang dimana


(32)

kurikulum dan pekerjaan rumah dari siswa sama atau mirip dengan yang diajarkan di sekolah umum atau sekolah privat, sebagai contoh buku teks yang digunakan pada sekolah konvensional sering digunakan.

“All in one” curricula juga disebut school in a box, sering digunakan untuk metode homeschooling ini. Kurikulum ini adalah keseluruhan paket yang berisi semua buku yang dibutuhkan dan materi untuk seluruh tahun. Materi ini didasarkan pada subjek yang sama-lingkup seperti sekolah umum yang mempertimbangkan kemudahan untuk kembali ke sistem sekolah. Metode ini merupakan pilihan yang mahal untuk homeschooling, tetapi mereka memerlukan persiapan minimal dan mudah untuk digunakan. Dalam metode ini perintah langkah-demi langkah dan panduan mengajar yang luas telah disediakan. Sebagian tes atau akses informasi didalamnya untuk mengendalikan ujian yang akan dilaksanakan. Banyak dari metode ini yang mengizinkan siswanya untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas yang diakui.

b) Unit studies approach

Unit studies approach yaitu model pendidikan dengan menerapkan berbagai mata pelajaran secara terpadu pada satu tema (unit study). Metode ini didasarkan atas kebutuhan yang muncul karena anak-anak menaruh minat khusus pada bidang tertentu atau orang tua yang memiliki gairah yang besar dan antuiasme pada hal-hal tertentu, sehingga para orang tua berkeinginan mengajarkan mata pelajaram tertentu secara lebih mendalam. Dalam pendekatan ini, siswa mempelajari berbagai mata


(33)

pelajaran tertentu (sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika) melalui satu tema. Semua mata pelajaran dapat disampaikan melalui satu tema sekaligus. Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (integrated) bukan terpisah-pisah (segmented). Misalnya dengan tema tentang transportasi, anak-anak dapat belajar mengenal bentuk ban (matematika), kecepatan (IPA), profesi sopir/kernet (IPS), dan sebagainya.

c) Charlotte Mason approach

Metode Charlotte Mason Pendekatan ini disebut juga sebagai The living book approach yaitu model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Charlotte Mason tidak menyetujui sistem pendidikan yang seagam untuk puluhan anak berusia sebaya, dengan memakai buku pelajaran tebal yang tidak menarik. Charlotte menawarkan cara mengajar anak melalui buku-buku bacaan yang ditulis oleh para pengarang yang memiliki gairah yang mengebu-gebu pada apa yang ditulisnya (the living books). Dengan demikian anak dapat belajar melalui gairah yang ditularkan oleh para penulis tersebut. Charlotte mengajukan filosofi pendidikannya yang meliputi Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages dan Literature-Based Curiculum.

Berikut ini beberapa subjek dan metode yang digunakan:

i. Naration

Anak-anak diharapkan untuk menceritakan kembali tentang apa yang mereka telah baca, pengisahan dapat dilakukan secara lisan,


(34)

ditulis atau digambar. Dengan narasi ini anak akan mengerahkan seluruh kemampuan setelah membaca, mengorganisir pikirannya dan menentukan yang terbaik untuk berkomunikasi sesuai dengan kata-kata sendiri.

ii. Language dan copywork

Charlotte menggunakan dikte untuk mengajar ejaan dan menguatkan ketrampilan-ketrampilan tata bahasa dan komposisi. Di dalam dikte yang disiapkan, anak itu diberi suatu kalimat atau kata kunci untuk belajar sampai ia mengetahui semua ejaan, huruf kapital, dan pemberian tanda baca. Guru lalu mendikte kata kunci kepada murid, pada waktu yang sama, anak menangkap setiap kata yang dieja salah dan mengoreksinya dengan segera. Dengan cara ini, ejaan yang diajarkan dalam konteks pikiran anak menjadi besar dan kaya bahasa.

Tulisan tangan adalah juga diajarkan dalam konteks gagasan-gagasan, tulisan harus tegas dan tidak boleh diulangi lebih dari satu garis atau satu halaman. Untuk copywork, anak-anak diberi suatu ungkapan, kalimat, atau alinea untuk menyalin didalam tulisan tangan terbaik mereka. Latihan itu perlu mengambil hanya sedikit beberapa menit setiap hari agar supaya mendorong kebiasaan-kebiasaan perhatian dan eksekusi sempurna tanpa menjadi melelahkan.


(35)

iii. Nature notebook

Mason mengajakan bahwa anak-anak perlu diberikan waktu keluar rumah. Untuk mempelajari alam, anak membawa sket untuk menggambar dan mencitrakan aspek yang berbeda dari alam yang diobervasi. Studi alam yang dilakukan rutin akan menyiapkan jalan untuk pengetahuan yang penuh arti.

iv. Fine art

Seni adalah tempat lain dimana gagasan-gagasan hidup diemukan. Ide besar dari para laki-laki dan perempuan dari sejarah diungkapkan di dalam pekerjaan-pekerjaan mereka, apakah lukisan atau tulisan atau musik. Charlotte juga mengajarkan puisi sebagai bagian integral tentang hidup sehari-hari. Karya seni puisi tidak diperkenankan untuk diteliti, dikritik dan diberitau apa yang harus dipikirnya.

v. Literature Based Curriculum

Dalam subjek ini Charlotte Mason menggunakan Living books dan narasi sebagai acuan untuk pelaksanaan kurikulum. d) The classical approach

The classical approach adalah model pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan kurikulum yang distrukturkan pada tiga tahap perkembangan anak yang disebut trivium. Trivium terdiri dari tiga tahap, yaitu:


(36)

1. Tahap pertama adalah gramatika, yaitu tahap mengumpulkan dan mengingat informasi.

2. Tahap kedua adalah dialektika, yaitu tahap menganalisa informasi dan penalaran dikembangkan

3. Tahap terakhir rhetorika, yaitu tahap dimana kemampuan anak dimatangkan.

Pencarian jati diri dan kemampuan mengekspresikan diri dikembangkan dengan mengapilkasikan informasi yang didapat dari dua tahap sebelumnya.

e) The Waldorf approach

The Waldorf approach adalah model pendidikan yang bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child). Metode ini memberikan pemahaman bahwa anak telah memiliki potensi dengan berusaha untuk tidak menanamkan materi intelektual, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar. Waldorf menerapkan pendekatan membantu para siswa mengembangkan suatu perasaan untuk berkompetensi, tanggung jawab dan manfaat, untuk membantu perkembangan suatu pemahaman prinsip etis dan untuk membangun perasaan dari tanggung jawab sosial. Hal yang khas diterapkan Waldorf adalah Eurythmy yaitu suatu seni gerakan yang biasanya menyertakan teks-teks atau musik yang mana terdapat elemen dari bermain peran dan tari dan didesain untuk menyediakan individu dan kelas-kelas dengan “sense of integration and harmony”. Seni-seni secara


(37)

umum memainkan suatu peran yang penting sepanjang ilmu pendidikan anak (pedadody) dan pendidikan Waldorf mengintegrasikan dari seni ke dalam isi tradisional.

f) The Montessori approach

The Montessori approach adalah model pendidikan yang

dikembangkan oleh Maria Montessori. Pendekatan ini memberikan pemahaman bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa bertugas mendukung proses belajar anak melalui penciptaan situasi nyata dan natural, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya secara fisik, mental dan spiritual. Dalam pendekatan Montesori masing-masing anak diperlakukan sebagai perorangan dan aktifitas yang mengacu pada diri sendiri, mengoreksi diri, dan dapat diperluas. Aspek tertentu dari Metode Montesori yang digunakan pada lingkungan homeschooling yaitu:

i. Membagi tugas ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana, mengasingkan bagian yang sulit, penekanan pada pekerjaan (seperti bermain) dalam batasan-batasan.

ii. Lingkungan yang bersih, rapi, tenang dan ramah terhadap anak diciptakan dan dipertahankan.

iii. Mengarah pada anak, bertanggung jawab untuk membereskan dan menghormati orang dan mempraktikan berbagai hal.


(38)

g) Unschooling approach

Unschooling approach adalah pendekatan yang sangat tidak

terstruktur. Metode ini didasarkan bahwa setiap anak memiliki keinginan belajar secara alami. Pendekatan ini memberikan kebebasan anak belajar sesuai dengan materi yang tidak disukai. Pada pendekatan ini anak diberikan kebebasan untuk memilih materi yang disukai. Anak akan memilih apa (what), bagaimana (how), kapan (when) dan mengapa (why) sesuai dengan apa yang mereka kejar. Orang tua homeschool bertindak sebagai “fasilitator” yang menyediakan sumber dengan jangkauan yang luas, membantu akses anak-anak, melayani dan membantu anak memahami dunia. Dalam unshooling peran orang tua membantu anak mengeksplorasi minat mereka terhadap sesuatu dan membantu anak mencapai tujuan serta membantu memahami untuk mencapai tujuan. Sifat unschooling tidak memberi ijin orang tua melakukan campur tangan terhadap minat anak, seperti orang tua yang menyuruh anak mengikuti les balet tanpa menanyakan minat anak.

h) The electic approach

The electic approach adalah pendekatan yang memberikan

kesempatan pada keluarga untuk mendisain program belajar sesuai dengan keinginan sendiri. Bagi para pelaku homeschooling dapat melakukan penggabungan dari metode yang ada. Misalnya pendekatan tradisional untuk matematika, pndekatan Charlotte Mason untuk membaca, pendekatan studi unit untuk ilmu alam dan pendekatan klasikal untuk


(39)

sejarah. Orang tua dapat mengkombinasikan berbagai macam metode untuk mata pelajaran tertentu.

4. Proses Homeschooling

Bila setiap anak unik maka setiap keluarga juga unik. Bila setiap keluarga unik maka setiap homeschool juga unik. Tidak ada dua homeschool yang persis sama seperti juga ada dua anak yang persis sama. Tidak akan pernah ada metode ampuh atau kurikulum tertentu yang dapat digunakan secara seragam di dua home school dengan hasil yang sama sempurnanya. Setiap orang tua yang bertindak menjadi guru bagi anak-anaknya akan memilih, memilah dan mengutak-atik kurikulum, kegiatan ekstra kurikuler, dan lain sebagainya sesuai situasi dan kondisi yang optimum bagi proses keluarga tersebut (Kho, 2008: 17).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan sekolah rumah tiap keluarga berbeda namun tetap ada panduan umum bagi pelaksana homeschooling.

Menurut Ratedgunswing (2009) langkah-langkah berikut adalah bagaimana melaksanakan sekolah rumah:

a. Orang tua perlu mempersiapkan diri.

b. Menentukan gaya mengajar yang akan dipakai untuk mengajar.

c. Merencanakan kurikulum yang akan anda terapkan pada homeschool anda. d. Orang tua homeschool dapat mencari dukungan homeschooling di sekitar

tempat tinggal.

e. Melegalkan homeschool anda.

f. Mempersiapkan anak untuk mengikuti homeschool.

g. Menyebarkan informasi tentang homeschool kepada orang-orang di sekitar.

h. Orang tua harus memberikan waktu kepada anak anda untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi terutama jika anak yang dahulu sekolah kemudian mengikuti sekolah rumah.


(40)

i. Menyediakan sarana pendukung.

j. Merencanakan jadwal kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari. k. Mencari aktifitas langsung.

l. Membuat catatan dari pekerjaan setiap anak.

m. Melakukan evaluasi kemajuan sekolah rumah pada waktu tertentu. n. Tetap percaya pada diri sendiri untuk maju bersama anak anda.

o. Pastikan anak-anak homeschool anda tidak memiliki kelemahan sosial dalam aktifitas pergaulan mereka.

Dari uraian diatas maka pelaksanaan homeschooling dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Persiapan

Dalam tahap ini persiapan yang dilakukan orang tua dalam melaksanakan homeschooling dimulai dengan mempersiapkan diri dan mempersiapkan anak-anak sebelum mengikuti homeschooling. Persiapan yang dilakukan adalah menentukan arah dan tujuan serta persiapan psikis dan spiritual sebagai dasar sebelum memulai homeschooling. Hal lain yang harus diperhatikan adalah memberikan waktu bagi anak untuk menyesuaikan diri jika anak sebelumnya mengikuti sekolah sehingga anak akan beradaptasi dengan kebiasaan baru di homeschool.

Memberitahukan kegiatan sekolah rumah yang dilakukan pada tetangga maupun saudara. Dengan memberitahukan mereka dapat membantu mereka dalam memahami kegiatan belajar sekolah rumah dan dapat menjadi dukungan bagi anda untuk melaksanakan homeschooling dengan baik.

Selain itu orang tua bertugas mempersiapkan metode atau cara mngajar yang akan dipakai sesuai dengan kondisi. Banyak metode pendidikan yang dapat diterapkan untuk homeschooling. Menurut Saputra


(41)

(2007: 35) pilihlah yang sesuai dengan gaya anak-anak anda belajar, metode Homeschooling sangat beragam, mulai yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur (school at home)

Persiapan kurikulum juga perlu diperhatikan karena dalam homeschooling pelaksana bebas menerapkan kurikulum yang dapat dilakukan dengan mengikuti panduan dari Depdiknas, komunitas homeschooling atau memakai gabungan kurikulum sesuai kebutuhan belajar. Layne (2005:301) mengemukakan bahwa kurikulum berdasarkan pada apa saja yang menarik minat anak-anak saya. Dengan menggunakan minat ini, saya membantu mereka meguasai ketrampilan yang menurut saya dibutuhkan untuk kehidupan di dunia dewasa ini

Orang tua juga harus mempersiapkan sarana pendukung homeschoool, sarana yang dimiliki dapat merangsang anak agar lebih kreatif. Sarana yang disediakan tidak harus alat atau benda yang dibeli, sarana dalam homeschool adalah berbagai media belajar yang dapat mendukung kegiatan belajar. Misalnya ketika anak mempelajari tema transportasi maka sarana yang digunakan bisa dengan menaiki busway, becak, sepeda dan lainnya.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan homeschooling orang tua hendaknya merencakan jadwal yang akan menjadi panduan anak dalam belajar setiap hari yaitu kegiatan yang akan dilakukan anak sepanjang hari. Rencana jadwal yang dilakukan termasuk aktifitas yang akan dilakukan anak-anak,


(42)

menerapkan metode dan kurikulum serta mempersiapkan sarana. Namun ada juga keluarga yang tidak memliki jadwal khusus dalam

homeschooling. Kho (2008:69) mengemukakan bahwa homeschooling

yang dilakukannya tidak mempunyai jadwal, tetapi tetap memiliki kegiatan rutin. Jadwal homeschooling yang dilakukan sangat lentur, dalam arti tidak ada jam tertentu untuk bangun tidur, makan, belajar dan bermain.

Pada homeschooling aktitas anak lebih difokuskan terhadap kegiatan-kegiatan langsung atau yang bersifat praktek. Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya yang bersifat teori, dalam homeschooling cenderung bersifat praktek. Aktfitas yang dilakukan dapat berupa membongkar kipas angin, merawat binatang, meneropong bintang dan kegiatan lain yang bersifat aman sesuai dengan materi yang dipelajari.

Orang tua membuat catatan berupa portofolio dalam setiap kegiatan anak yang berisi pengalaman belajar anak yang telah dilakukan seharian, contohnya anak telah mempelajari matematika, bahasa, IPA (dari objek apapun yang telah dipelajari). Catatan ini dapat menjadi indikator pencapaian belajar anak dan dapat menjadi persyaratan masuk pada sekolah atau universitas tertentu apabila ingin melanjutkan ke sekolah atau universitas. Dalam membuat portofolio kegiatan anak orang tua juga dapat memberikan evaluasi harian sebagai indikator atas tercapainya kegiatan belajar yang dilakukan.


(43)

3) Evaluasi

Evaluasi homeschooling dapat dilakukan dengan memberikan soal-soal atau berupa tes (pada homeschooling terstruktur) atau melihat berdasarkan atas catatan portofolio maupun hasil kegiatan yang telah dilakukan. Menurut Permana (2007: 55) sistem penilaian pendidikan kesetaraan bisa dilakukan dengan:

a) Penilaian mandiri dengan mengerjakan berbagai latihan yang terintegrasi dalam modul.

b) Penilaian formatif oleh tutor melalui pengamatan diskusi, penugasan, ulangan, proyek dan portofolio dalam proses tutorial.

c) Penilaian semester.

d) Ujian Nasional oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Masih menurut Permana (2007: 50) persekolahan di rumah dapat didaftarkan ke dinas pendidikan setempat sebagai komunitas pendidikan nonformal. Pesertanya kemudian dapat mengikuti ujian nasional kesetaraan paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).

E. Kajian Penelitian Yang relevan

Untuk mendukung teori yang telah diuraikan terdahulu berikut disajikan hasil penelitian yang relevan:

1. Penelitian mengenai pola asuh orang tua dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual anak usia sekolah dasar di DIY(Daerah Istimewa


(44)

Yogyakarta) tahun 2008 oleh Heni Nuraeni. Ditemukan bahwa pelaksanaan pola asuh orang tua cenderung menerapkan pola asuh demokratis yakni memberikan pemahaman kepada anak akan segala sesuatu yang diperintahkan, melibatkan anak dalam mengambil keputusan, perhatian dan disiplin, serta memberikan hadiah dan hukuman pada anak. Pelaksanaanya dipengaruhi oleh sikap orang tua seperti pemikiran orang tua dalam kebermaknaan dan nilai, pembiasaan dari kecil, penerapan disiplin serta kemampuan orang tua membaca karakter anak.

2. Penelitian mengenai pendapat orang tua tentang partisipasi dalam pendidikan di SD Mendiro, Kulonprogo oleh Sarinem (1999). Ditemukan bahwa 70% orang tua sadar untuk berpartisipasi dalam pendidikan. Kesadaran orang tua dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan kondisi ekonomi keluarga.

3. Penelitian mengenai hubungan antara perhatian orang tua terhadap belajar anak dan cara belajar dengan prestasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah VII Yogyakarta oleh Slamet Windarto (1996). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signitifikan antara perhatian orang tua dan cara belajar dengan prestasi belajar siswa.

4. Penelitian mengenai peran homeschooling dalam mengembangkan diri anak seutuhnya: studi kasus yang dilakukan oleh Komunitas berkemas di Jakarta oleh Henny Helmi (2008). Ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan yang layak bagi anak yang tidak dapat diperoleh di sekolah formal mendasari alasan munculnya kebutuhan homeschooling. Ketidakpuasan orang tua terhadap


(45)

kualitas sekolah konvensional dan ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak di sekolah yang dianggap bermutu membuat keluarga memutuskan untuk menerapkan homeschooling bagi anak-anak mereka.

F. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam diri seorang. Pendidikan juga berperan penting dalam proses kehidupan manusia. Pendidikan pertama kali diperoleh seseorang dari keluarga. Keluarga seungguhnya adalah lembaga pendidikan yang paling utama dan mendasar sebelum seseorang memasuki lingkungan masyarakat.

Dalam keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir hingga seterusnya. Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan anak yaitu sebagai peletak pondasi watak, agama dan spiritualnya. Pembentukan watak/karakter anak dipengaruhi oleh perlakuan sikap yang diterima dalam keluarga.

Keluarga yang sadar akan tanggung jawabnya senantiasa berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi pengembangan bakat anak. Orang tua sadar bahwa pendidikan akan menentukan masa depan anak. Pehatian keluarga untuk memberikan layanan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya ditempuh dengan melaksanakan sekolah rumah atau homeschooling. Homeschooling sesungguhnya adalah pendidikan berbasis keluarga. Peran orang tua dalam homeschooling essensial sebagai pendidik. Orang tua memegang kunci utama dan sebagai penanggung jawab dalam membina dan mengembangkan potensi diri anak.


(46)

Dengan mengupayakan pendidikan secara sendiri tanpa pihak sekolah, orang tua harus memiliki komitmen untuk selalu menyelenggarakan homeschool dengan baik. Meski dalam homeschooling anak didik untuk belajar mandiri, namun pihak orang tua bertugas mengawasi maupun memonitor segala aktifitas yang dilakukan anak.

Alasan orang tua yang menerapkan homeschooling berkeinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan anak. Di samping itu orang tua merasa terpanggil untuk mendidik anaknya sendiri karena ingin memberikan kasih sayang yang lebih terhadap anak. Hal tersebut dapat dipenuhi pada homeschooling.

Dalam homeschooling penekanan proses pendidikan ada pada partisipasi orang tua adalah mendampingi masa pertumbuhan dan perkembangan anak dengan merancang pola didik yang sesuai dengan karakter, minat dan bakat si anak. Dengan adanya pendampingan yang baik akan melekatkan hubungan antara orang tua dan anak sehingga mewujudkan suasana pembelajaran yang harmonis dan dinamis.

G. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam proses penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada Homeschooling?


(47)

2. Apa saja yang menjadi hambatan orang tua dalam mendampingi anak pada Homeschooling?

3. Bagaimana usaha orang tua dalam mengatasi hambatan yang ada dalam mendampingi anak pada Homeschooling?


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan ilmiah guna menemukan, menguji kebenaran ilmu pengetahuan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 1994:3). Dari pendapat diatas maka metode penelitian adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ilmiah guna menguji suatu kebenaran atau memecahkan suatu masalah.

A. Pendekatan Penelitian

Menurut Fuad Hasan dan Koentjaraningrat (Sumanto, 1995:3) menegaskan bahwa penelitian merupakan usaha untuk menangkap gejala-gejala alam dan masyarakat berdasarkan disiplin metodologi ilmiah dengan tujuan menemukan pronsip-prinsip baru yang terkandung dalam gejala-gejala tadi. Dari pendapat yang dikemukakan diatas maka peneliti harus mengetahui secara detail pendekatan apa yang akan digunakan dalam penelitian ini, sehingga peneliti benar-benar memahami alur berpikir dari penelitian yang akan dilakukan.

Menurut Sudarsono (1998: 1) pendekatan dalam penelitian pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Pendekatan kuantitatif artinya data atau informasi yang dikumpulkan diwujudkan dalam wujud kuantitatif, atau angka, sehingga analisis angka tersebut dengan menggunakan analisis statistik.


(49)

2. Pendekatan kualitatif, artinya data atau gambaran tentang sesuatu kejadian atau kegiatan yang menyeluruh, kontekstual, dan bermakna, sehingga analisisnya menggunakan prinsip logika.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, peneliti dalam penelitian peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling, menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam Arikunto (2005:234) merupakan penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan objek yang “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan tertentu. B. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto (2005:88) subjek penelitian adalah benda hal atau organisasi tempat data atau variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Pada setiap penelitian selalu ada subjek, karena dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus dipecahkan. Sebagai informan subjek bertugas memberikan informasi sebenarnya dan sedetail mungkin agar peneliti dapat memperoleh pemecahan atas masalah yang ada.

Dalam penelitian ini subjek penelitian sebagai informan. Subjek penelitian keluarga yang terdiri ayah dan/atau ibu yang secara sadar menerapkan pendidikan sekolah rumah atau homeschooling. Adapun objek dalam penelitian ini adalah peran yang dilakukan orang tua dalam mendampingi anak pada homeshooling.


(50)

C. Seting Penelitian

Seting penelitian adalah yang memungkinkan peneliti dapat memasukinya kemudian menjalin hubungan secara akrab dengan subjek peneliti maupun informan. Tujuan menjalin keakraban ini agar data yang ingin digali atau dicari peneliti dapat mudah diperoleh dan sesuai dengan tujuan penelitian yang sebenarnya.

Seting penelitian ini adalah rumah, tempat dilaksanakannya kegiatan belajar homeschooling. Dimana rumah merupakan tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar homeschooling.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Maret 2010.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2005:134) merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Masih menurut Arikunto (1998: 121) alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Variasi jenis instrument penelitian adalah angket, checklist atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (observasi), checklist sendiri memiliki wujud yang bermacam-macam (Arikunto,1998:151).


(51)

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti mandiri sebagai instrument utama

Menurut Moleong (1995:168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sekaligus merupakan perencana, pelaksana data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

2. Pedoman wawancara sebagai pengungkap data

Menurut Arikunto (1998:231) secara umum pedoman wawancara dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang terdiri dari serentetan pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda check pada pilihan jawaban yang dipersiapkan.

b) Pedoman wawancara tidak tersrtuktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar apa yang akan dipertanyakan, tentu saja kreatifitas pewawancara sangat dibutuhkan bahkan hasil wawancara dengan jelas pedoman ini bergantung dari pewawancara sebagai pengendali responden. Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif dan untuk memperoleh jawaban yang sesuai fakta, pedoman wawancara inilah yang akan digunakan peneliti untuk menggali jawaban responden.

Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk menggaliuntuk memperoleh berbagai informasi tentang proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua pada homeschooling.


(52)

3. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini berbentuk pedoman observasi yang berupa catatan lapangan, yang berkaitan aspek-aspek yang diobservasi. Adapun aspek yang diobservasi adalah hal yang berkaitan dengan peran orang tua dalam mendampingi anak pada Homeschooling.

Pedoman observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas-aktfitas yang dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Loffland(Moleong, 2007:157) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode:

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan jalan bertanya langsung kepada informan. Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung dengan pokok permasalahan, berusaha menggali sebanyak mungkin data dan informasi dari subjek penelitian. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan metode wawancara bebas terpimpin artinya memberi pertanyaan menrurut keinginan peneliti tetapi masih berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang relevan. Pertanyaan yang


(53)

diajukan berkaitan dengan tinakan yang dilakukan orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2006:220). Dalam penelitian ini pengamatan yang dilakukan bertujuan mengetahui bagaimana sesungguhnya aktifitas atau kegiatan yang dilaksanakan orang tua dalam mendampingi anak pada homechooling.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (1991: 188) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Penemuan dokumen dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh dari teknik yang lain. Cara ini digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian.

F. Teknik Keabsahan data

Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain


(54)

diluar data tesebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 1998:178)

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dengan sumber data yang berbeda yang tersedia di lapangan. Dengan demikian data yang satu akan diuji dengan data yang lain. Pengecekan dapat dicapai dengan jalan berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan pespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2005:311)

G. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengacu pada konsep Milles&Hubermen (1992:20) yaitu interactive model yang mengklarifikasikan analisis data dalam tiga langkah, yaitu:


(55)

1. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses penilaian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data

Data ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Adapun bentuk yang lazim digunakan pada data kualitatif terdahulu adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Dalam pendidikan ini akan diungkapkan mengenai makna dari data yang dikumpulkan. Dari data tesebut akan diperoleh kesimpulan yang tentatif, kabur, kaku dan meragukan, sehingga kesimpulan tersebut perlu diverifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melihat kembali reduksi data maupun display data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang dianalisis.

Miles dan Huberman lebih lanjut member penjelasan bahwa tiga aktifitas utama diatas merupakan komponen yang saling bertautan sebelumnya, selama dan seusai pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun analisis umum yang disebut analisis data. Tiga kegiatan analisis dan pengumpulan data merupakan suatu siklus yang saling berhubungan.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say a) Lokasi

Pendampingan homeschooling dilaksanakan di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) tepatnya di rumah Kak Wees Ibnoe Say yang beralamat Krapyak Kulon Rt 5, No.186 A, Panggung Harjo, Sewon Bantul.

b) Sejarah

Keluarga pertama yang menjadi tempat penelitian adalah keluarga Kak Wees Ibnoe Say. Keluarga Kak Wees menyebut kegiatan yang dilakukannya bukan merupakan homecshooling, tetapi homeeducation. Disebut dengan pembelajaran homeeducation karena pembelajaran dilakukan di rumah namun tidak mengundang guru dari luar seperti pada beberapa keluarga homeschooling yang mengundang guru ahli untuk mengajar anaknya.

Pada dasarnya pembelajaran yang disebut oleh keluarga Kak Wees sebagai homeeducation sama dengan pembelajaran homeschooling yang dilakukan keluarga Kak Wees. Pembelajaran yang dilakukan keluarga Kak Wees termasuk dalam homeschooling tunggal. Pembelajaran yang


(57)

diterapkan oleh orang tua adalah pelatihan, pembiasaan dan pembelajaran, belajar dapat dilakukan dimana saja, dengan siapa saja dan kapan saja sebagaimana anak berada di rumahnya sendiri. Tujuan dari pembelajaran homeschooling adalah mendewasakan peserta didik yang berarti harus mampu untuk mandiri, bertanggung jawab, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan bersikap arif, beradab dan berakhlak. Pembelajaran homeschooling berupaya mengembalikan hakikat pendidikan dalam keluarga yang mengutamakan peran orang tua sebagai pendidik. Dalam sebuah keluarga guru anak adalah ayah dan ibu sebagai pendamping belajar. Orang tua bertugas sebagai fasilitator dan pemberi rangsang belajar anak seperti diungkapkan Kak Wees” saya memberi rangsangan dengan memberi buku-buku puisi koleksi saya, anak bebas untuk memilih bahan belajar”.

Latar belakang keluarga kak Wees menyelenggarakan pendidikan di rumah lebih karena kemauan anak. Setelah tamat TK Hamdi tidak ingin melanjutkan sekolah, namun Hamdi tetap ingin belajar. Bagi anak sekolah itu capek, terlalu banyak membuang waktu dan pikiran. Orang tua berpendapat bahwa sistem persekolahan memiliki kelemahan diantaranya sekolah hanya memberikan hafalan, sekolah memberikan materi yang sama kepada anak tanpa melihat potensi dan minat anak dan sekolah tidak mencetak siswa menjadi anak yang berakhlaq mulia. Permohonan anak sangat didukung oleh orang tua, maka orang tua anak menggagas sekolah


(58)

rumah atau homeschooling. Homeschooling yang dilaksanakan menuntut orang tua sebagai pendidik yang memerdekakan anak belajar.

Pada tahap awal belajar orang tua memberikan pembelajaran membaca, menulis dan berhitung seperti pada anak seusia sekolah dasar. Dengan bertambahnya umur dan kedewaaan anak mulai menunjukan minat dan bakatnya. Potensi dan minat anak yang menonjol pada kegiatan seni utamanya menulis puisi atau skenario, cinematography dan potografi.

Pada pembelajaran homeschooling yang dilaksanakan ini bertumpu pada menggali potensi dan mengembangkan kemampuan anak. Sehingga pembelajaran sepenuhnya pada minat dan kebutuhan terkait dengan menggali potensi dan mengembangkan kemampuan anak. Orang tua bertindak sebagai fasilitator yang memenuhi kebutuhan belajar anak.

2. Homeschooling Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq a. Lokasi

Keluarga kedua yang menjadi tempat penelitian adalah keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq yang beralamat Gang.Rajawali(Utara STIA), Tambakbayan, Babarsari, Sleman.

b. Sejarah

Keluarga yang menjadi tempat penelitian yang kedua adalah keluarga bapak Muhammad Sahal Siddiq. Keluarga Bapak Sahal menyebut pendidikan yang dilakukannya sebagai pendidikan keluarga atau


(59)

pendidikan rumah. Menurut Bapak Sahal homeschooling berbeda dengan pendidikan yang diterapkannya, homeschooling yang dilaksanakan dengan memberikan materi yang diberikan di sekolah pada umumnya. Sedangkan pendidikan keluarga yang diselenggarakan oleh Bapak Sahal berupaya menerapkan ajaran Islam.

Pendidikan yang diselenggarakan keluarga Bapak Sahal sama dengan homeschooling keluarga Kak Wees, hanya materinya berpusat pada belajar agama.

Pembelajaran homeschooling bermula karena perbedaan pandangan Bapak Sahal tentang pendidikan yang seharusnya diterapkan pada manusia. Menurut Bapak Sahal alasan mengapa tidak menyekolahkan anaknya ke sekolah umum karena pendidikan di Indonesia arahnya tidak jelas, kalau mau ditegaskan arahnya ke materialis. “Saya di agama ditegaskan mendidik orang itu orientasinya menyembah kepada Allah. Jadi orientasi pendidikan yang harus diterapkan adalah menyembah kepada Allah”.

Dengan adanya perbedaan pandangan dalam mendidik anak maka orang tua menggagas untuk mendidik anak di rumah. Pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua adalah pendidikan agama Islam, oleh karena agama sebagai pedoman hidup manusia. “Pendidikan yang harus diterapkan adalah pendidikan agama yang memiliki tiga poin: pertama, mengenal Allah; kedua, mengenal agama Allah dan ketiga, mengenal


(60)

Rosululloh. Melalui tiga poin tersebut manusia dapat mengenal seluruh aspek kehidupan”.

Konsep pendidikan yang diterapkan orang tua berusaha untuk menyelenggarakan pendidikan positif(agama) secara sederhana dengan biaya yang murah dan anak cepat dewasa.

Keluarga Bapak Sahal telah melaksanakan kegiatan homeschooling lebih dari 20 tahun, saat ini anak yang dididik di rumah berjumlah tiga orang. Namun penelitian difokuskan pada salah satu anak karena keterbatasan peneliti dalam meneliti subjek dan adanya batasan antara laki-laki dan perempuan(muhrim).

Pada tahap awal orang tua memberikan ketrampilan dasar menulis, membaca dan berhitung seperti sekolah dasar umum hanya ditambahkan materi membaca dan menulis Arab. Pembelajaran homeschooling yang dilakukan orang tua tidak semata-mata pada pendidikan agama namun juga mengembangkan kemampuan anak yaitu pembelajaran komputer.

Dalam pembelajaran homeschooling ini menekankan tentang pendidikan agama Islam segala materi yang ada telah disesuaikan dengan metode yang diberikan oleh orang tua dengan sumber Al-Quran dan Hadist tanpa meninggalkan pengembangan potensi anak. Orang tua berperan sebagai pendamping kegiatan anak, baik dalam hal belajar atau kegiatan yang lain. Dan dalam ajaran Islam tugas orang tua mendidik anak adalah sepanjang hidupnya.


(61)

B. Gambaran Subjek Penelitian

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoe Say

Subjek penelitian ini Kak Wees Ibnoe Say beserta istri ibu Lusi Sabriana yang memiliki anak bernama Nur Hamdi Milks berumur 14 tahun.

Kegiatan pembelajaran homeschooling keluarga Kak Wees berupaya memaksimalkan potensi dan bakat anak pada bidang menulis dan potografi. Pembelajaran di rumah dilakukan diluar kegiatan pondok, oleh karena saat ini Hamdi sedang mengikuti kelas bahasa Arab dan bahasa Inggris di pondok pesantren dari pagi sampai sore hari. Kegiatan belajar di pondok ini berdasarkan minat anak serta arahan orang tua, selain untuk memperdalam ilmu agama belajar di pondok untuk mempelajari AL-Quran agar anak tidak pernah kehabisan inspirasi untuk menulis.

2. Homeschooling Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq

Subjek penelitian yang kedua adalah Bapak Muhammad Sahal Siddiq beserta ibu Siti Iswari yang salah satu dari anaknya bernama Muhammad Musa Kalimullah berumur 13 tahun.

Sedangkan kegiatan pembelajaran homeschooling keluarga Bapak Sahal berupaya memberikan ilmu agama Islam sebagai dasarnya dan mengembangkan kemampuan anak di bidang komputer. Musa memiliki kegiatan rutin hafalan Al-Quran sehabis Subuh dan tadarusan Al-Quran yang dilakukan habis Isya serta mengikuti pengajian dengan jamaah rutin pada hari


(62)

Kamis, Jumat dan Sabtu yang dilaksanakan pukul 20.00. Selain itu Musa melaksanakan kegiatan belajar agama dengan bapaknya dan belajar komputer yang jadwalnya disesuaikan atas dasar kesepakatan anak dan orang tua.

C. Gambaran proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada homeschooling.

Peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan orang tua dalam mendampingi atau menyertai anak yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan homeschooling. Peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling sebagai upaya orang tua untuk menyelenggarakan layanan pendidikan yang terarah dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan gaya belajar masing-masing agar kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan maksimal.

1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say

Pada keluarga homeschooling Kak Wees peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling yang dilaksanakan mengacu pada tahap-tahap, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Pada homeschooling Kak Wees, kegiatan persiapan homeschooling dilakukan dengan mempersiapkan fisik dan mempersiapkan moril anak, menentukan metode yang akan digunakan serta menentukan kurikulum.


(63)

Dalam mempersiapkan fisik orang tua bertugas mempersiapkan sarana-sarana yang dibutuhkan dengan secara swadaya. Untuk mempersiapkan moril orang tua melakukan pendekatan serta bimbingan agar anak beradaptasi belajar di rumah. Dari hasil wawancara kepada pendamping:

“Kalau saya sebagai orang tua mempersiapkan secara fisik dengan menyediakan fasilitas berupa semua buku bacaan, musik-musik edukasi, selain itu saya mempersiapkan secara moril dengan mendampingi kegiatan anak misalnya ketika nonton televisi anak diberi tahu menyeleksi acara yang baik”.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa orang tua telah mempersiapkan homeschooling dengan sebaik-baiknya terlihat dari persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik maupun moril anak sebagai dasar sebelum melakukan homeschooling. Persiapan moril merupakan segala hal yang dilakukan orang tua menyiapkan anak agar mempunyai akhlaq yang baik melalui metode yang ditentukan. Tujuan homeschooling ini untuk menjadikan anak berakhlaq baik, dewasa dan memaksimalkan potensi anak. Penanaman akhlaq baik dilakukan melalui pelatihan dan pembiasaan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan pendamping:

“….mendidik anak untuk jujur, disiplin, tanggung jawab itulah yang seharusnya harus dididik bukan sekadar hafalan, pendidikan didalamnya harus ada pelatihan dan pembiasaan, jadi bagaimana anak itu bisa menjalaninya apa yang ia pelajari.Jadi yang kami lakukan adalah penanaman sikap sejak kecil”.

Berikutnya yang dilakukan orang tua berupaya menciptakan lingkungan belajar. Untuk menciptakan lingkungan belajar cukup dengan


(64)

kondisi penerangan yang cukup dan yang penting nyaman untuk belajar. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan belajar dilakukan di ruang tamu/santai yang berukuran 4x7 m, dipinggir dinding tertata rak-rak buku dan temboknya berhiaskan foto-foto kegiatan kesenian yang telah diadakan Kak Wees yang mempunyai penerangan cukup karena mendapat sinar dari luar.

Dari hasil wawancara pendamping:

“Dengan kondisi rumah yang seperti ini, yang penting nyaman untuk belajar bagi anak”.

Sesuai dengan potensi anak dalam menulis, photografi dan membuat skenario yang menekankan pada kebebasan berekspresi sehingga orang tua dalam menentukan metode tidak hanya mengacu satu atau dua metode dalam belajar. Metode yang dipilih oleh orang tua berprinsip pada pengalaman belajar anak. Dari hasil wawancara pendamping:

”Metodenya luar biasa bebas yang saya pergunakan. Banyak dan empiris. Salah satunya metode tematik dan belajar secara langsung”.

Penentuan kurikulum berdasarkan atas hasil kesepakatan antara anak dan orang tua. Dari hasil wawancara pendamping:

”Saya tanya aja kalau kurikulum ini, apa yang ingin kau ubah dari kau sebenarnya apa? Kamu ingin belajar apa? Menulis, membaca,menghitung,memasak,main bola, mendengarkan musik,main genderang,menyanyi,menanam,memelihara kambing dan membikin kerajinan itu yang ingin dia pelajari. Itu yang namanya kurikulum. Dan jika itu yang menjadi pilihanya, ya kita sepakati bersama”.


(65)

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa orang tua dilibatkan dalam pembuatan kurikulum. Anak menyusun apa yang menjadi kebutuhanya, sedangkan orang tua membantu anak mengarahkan ke pembelajaran yang bermuatan pendidikan dan yang ingin dikembangkan dari diri anak. Anak diberi kebebasan menentukan tujuan belajar sesuai yang ingin dicapainya. Orang tua berupaya menjadikan anak sebagai subjek belajar.

Legalitas bagi homeeducation yang diselenggarakan oleh Kak Wees, tidak dianggap sebagai sebagai hal yang penting.

Dari hasil wawancara dengan pendamping:

“Tidak. Ini ada dua sementara ini apakah harus dari A sampai C atau nanti di pesantren ada ijasah setingkat Aliyah tidak dari Diknas atau Depag, untuk kuliah aja laku,sekarang ini banyak perguruan tinggi yang menerima. Dan kami juga melihat Hamdi punya potensi sebagai guru, mungkin akan melalnjutkan ke perguruan tinggi. Ya kita lihat nanti, tegantung dari kebutuhan”.

Legalitas akan homeschooling tidak didaftarkan ke Diknas. Disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak yaitu menulis sehingga tidak memerlukan materi dan kurikulum diknas. Kebutuhan akan ijasah sebagai legalitas bukan sebagai hal yang penting. Namun jika melhat potensi anak sebagai guru, orang tua akan mempersiapkan anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Orang tua akan mempersiapkan anak untuk mengikuti ujian kesetaraan atau ujian di pesantren.


(66)

Sedangkan dukungan terhadap kegiatan homeschooling Kak Wees yang dilaksanakan cukup mendapat dukungan keluarga. Seperti hasil wawancara dengan pendamping:

”Sejauh ini keluarga mendukung apa yang kami lakukan”.

Sebagai bagian dari persiapan fisik orang tua homeschooling menyediakan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping:

“Kalau saya sebagai orang tua mempersiapkan secara fisik dengan menyediakan fasilitas berupa semua buku bacaan, musik-musik edukasi”.

Hal yang sama diungkapkan,

Hasil wawancara dengan pendamping:

“Ya sebisa kita menyediakan sarana seperti buku-buku, komputer, kamera, pokoknya yang dibutuhkan”.

Pihak orang tua berupaya menyediakan sarana pendukung pendidikan bagi anak. Sarana pendukung ini disesuaikan dengan minat dan kurikulum yang telah disepakati. Keberadaan sarana tidak mutlak harus ada, mengingat adanya keterbatasan. Diperlukan kreatifitas orang tua dalam mencari alternatif media pengganti. Penggunaan media sebagai sarana dalam pendidikan rumah dapat dengan apa saja, untuk mengenalkan media transportasi dapat dilakukan dengan menaiki kendaraan umum. Seperti hasil wawancara dengan pendamping:


(67)

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan homeschooling keluarga Kak Wees, kegiatan diawali dengan menentukan aktifitas yang akan dilakukan termasuk penentuan jadwal harian jadwal harian. Seperti wawancara dengan pendamping:

”Kalau anak mau belajar main bola, badminton atau renang semua hal tersebut dikelompokkan dalam satu kemudian disusun dalam satu jadwal yang diberi nama jadwal olahraga. Dan jadwal kita fleksibel sekali”.

Senada dengan hal tersebut,

Dari wawancara dengan pendamping:

”Kalo jadwal punya kegiatan sendiri, hari apa membersihkan apa, hari apa nyapu, juga dibagi jadwal di pondok. Sekarang ini istilahnya jadwal belajarnya dimana dia berada siapapun yang jadi gurunya dia tanya”.

Berdasarkan dua narasumber anak memiliki jadwal dalam kegiatannya termasuk belajar yaitu jadwal kegiatan harian di rumah, jadwal tetap kegiatan di pesantren dan jadwal belajar menulis yang fleksibel. Dalam sekolah rumah jadwal ditentukan secara demokratis, anak diberikan kebebasan untuk menyusun jadwalnya sendiri. Kebiasaan disiplin akan tercermin dengan tangggung jawab anak melaksanakan jadwal yang dibuatnya. Dalam kegiatan sekolah rumah yang dijalani saat ini jadwal belajar fleksibel dengan memberi kebebasan anak menentukan kapan dia harus belajar. Kegiatan belajar anak dilakukan mandiri, tidak


(68)

tergantung pada orang tua. Secara alamiah akan tercipta proses belajar dengan sendirinya.

Pada pra kegiatan belajar orang tua menanyakan minat anak yang bertujuan mengetahui keinginan anak hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan lapangan. Pembelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak tentang apa yang ingin dipelajari, orang tua bertanya”nak mau belajar apa?”

Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan pendamping. Dari hasil wawancara pendamping:

“Saya menanyakan: kamu mau belajar apa? Jadi sebelum belajar selalu diadakan dialog antara saya dan anak”.

Dalam kegiatan pembelajaran ini pihak orang tua mengupayakan pembelajaran dilakukan secara merdeka dan tidak ada paksaan. Apabila anak sedang tidak minat belajar, orang tua hanya bertugas mengingatkan dan tidak mengharuskan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan haruslah dengan rasa senang dan atas inisiatif anak.

Dari hasil wawancara pendamping:

“Konsep belajarnya dibuat merdeka, siswanya merdeka dan gurunya merdeka, belajar itu harus dalam kondisi senang”.

Setelah ada kesepakatan antara orang tua dan anak dalam homeschooling, sebelum belajar oang tua dan anak mempersiapkan sarana yang digunakan. Sesuai dengan pengamatan hasil lapangan orang tua


(1)

Diskusi orang tua dan anak ketika proses belajar.


(2)

130

Proses belajar tafsir Al-Quran


(3)

(4)

(5)

(6)