BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Sebelum ada sistem pendidikan modern sekolah sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan
dilakukan berbasis rumah. Sistem magang adalah model pendidikan yang sangat dikenal oleh masyarakat. Demikian pula belajar otodidak yang sampai sekarang masih dilakukan.
Selain itu, para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu.
Homeschooling merupakan salah satu alternatif dan buah dari pencarian sistem pendidikan yang paling sesuai untuk anak-anak. Homeschooling termasuk model
pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah. Sebagai sebuah model pendidikan anak, homeschooling memiliki persamaan dengan sekolah antara lain sama-
sama bertujuan untuk mengantarkan anak-anak pada pencapaian terbaiknya. Homeschooling semakin marak dan diminati oleh masyarakat. Media massa, baik
media cetak ataupun media elektronik cukup gencar memberitakan homeschooling. Homeschooling bukanlah lawan pendidikan di sekolah formal dan non formal kursus-
kursus. Homeschooling bukan sebuah cara melarang anak bersekolah di sekolah formal. Homeschooling, sebaliknya dari semua itu, ingin mendukung sekolah formal. Apa yang
mungkin kurang diharapkan di sekolah formal, diharapkan dapat ditambah oleh homeschooling. Anak-anak yang tidak diterima di sekolah formal harus dapat
memperoleh hak belajarnya di homeschooling.
Universitas Sumatera Utara
Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Tidak ada sebuah defenisi tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang
dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. Salah satu pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga
memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Jadi,orang tualah
yang bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya.Yang dimaksud bertanggung jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses
penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai, yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang hendak diraih,
kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak-anak Sumardiono,2007:4.
Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua
homeschooling biasanya menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya. Penerapan konsep homeschooling dapat dilakukan
pada anak dari berbagai usia, tidak tertutup kemungkinan juga diikuti oleh remaja. Di sisi lain masih terdapat kekhawatiran terhadap kelemahan homeschooling, dimana anak-anak
yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di
masyarakat. Padahal interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Anak-anak yang mengikuti homeschooling homeschooler
kurang berinteraksi dengan teman sebaya dikarenakan lingkungan belajar mereka yang
Universitas Sumatera Utara
tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak-anak homeschooling sulit
berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya mereka yang mengikuti homeschooling. Dipandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki
beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak
memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana
belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat
informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan
mereka.Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh lingkungan negatif yang mungkin akan dihadapi oleh anak di sekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan
obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang waktu.
Dilihat dari sisi negatifnya, yang pertama, dikhawatirkan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling akan teralienasi dari lingkungan sosialnya sehingga
potensi kecerdasan sosialnya tidak muncul. Kekhawatiran ini disanggah oleh Dhanang Sasongko Sekjen Asah Pena Asosiasi Sekolah-Rumah dan Pendidikan Alternatif yang
mengatakan bahwa adanya sekolah rumah homeschoolingbukan berarti steril dari masyarakat. Untuk mengatasi problem ini sering diadakan kegiatan di luar rumah seperti
ke pasar dan tempat umum lainya. Metode sekolah rumah bukan berati belajarnya di
Universitas Sumatera Utara
rumah terus tetapi bisa juga di luar rumah yang penting dalam pembelajaran yang diikutinya. Sehingga pembelajaran bisa berjalan alami dan mandiri. Persoalan legalitas,
segudang pertanyaan muncul tentang bagaimana sikap dan pengakuan pemerintah tentang sekolah rumah atau sering disebut homeschooling. Secara prinsip tidak ada
masalah. Karena sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat1 dikatakan kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat 2 dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat1 diakui sama dengan pendidika formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum
kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang. Saat ini, jumlah keluarga yang melaksanakan homeschooling terus mengalami
peningkatan. Tetapi data pasti jumlah homeschooling sulit untuk didapat karena model pendidikan ini bersifat informal. Menurut laporan Departemen Pendidikan Amerika
Serikat ”homeschooling in the United Stated: 2008” terjadi peningkatan jumlah siswa homeschooling dari 850 ribu 1,7 dari total siswa menjadi 1,1 juta pada tahun 2008
2,2 dari total siswa. Sementara itu berdasarkan penelitian Dr. Brian Ray Presiden the National Home Education Research Institute, pada tahun 2003-2008 ada sekitar 1,7 juta-
2,1 juta siswa homeschooling Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa jumlah siswa homeschooling terus bertambah dengan kecepatan 7-15 per tahunSumardiono,
2009:26. Dalam perkembangan homeschooling di Amerika Serikat, menurut penelitian Fraser Institute 2009, kelompok muslim Amerika merupakan golongan yang memiliki
pertumbuhan yang paling tinggi dan diperkirakan jumlah siswa homeschoolingnya akan
Universitas Sumatera Utara
menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu delapan tahun. Di luar Amerika Serikat, walaupun tidak banyak tersedia data akurat mengenai jumlah keluarga homeschooling,
diperkirakan terus terjadi pertumbuhan dan peningkatan minat terhadap homeschooling. Menurut penelitian Brian Ray ada sekitar 50.000 hingga 95.000 siswa homeschooling di
Kanada pada periode tahun 2003-2008. Estimasi untuk England dan Wales bervariasi sekitar 13.000 hingga 50.000.Di Australia, jumlahnya berkisar 35.000 hingga 55.000.
dan, sebuah organisasi homeschooling di Jerman melaporkan keberadaan sekitar 500 hingga 600 siswa homeschooling.
Di Indonesia, menurut perkiraan Ella Yulaelawati, direktur pendidikan kesetaraan Depdiknas ada sekitar 1.000-1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600
siswa, sebagian besar diantaranya sekitar 500 orang adalah siswa homeschooling majemuk. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui pasti, tapi diperkirakan masih lebih
besar lagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya jumlah sekolah formal yang ada di Indonesia bahkan di Medan sudah cukup banyak. Namun semakin banyaknya sekolah
formal, sekolah informal seperti homeschooling pun semakin marak dan semakin banyak diminati. Tingkat pendidikan formal di kota medan cukup baik tentunya tidak terlepas
dari tersedianya prasarana dan sarana pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak, taman bermain, taman bacaan, play group. Walaupun sudah banyak tersedia sarana dan
prasarana formal namun keberadaan homeschooling semakin marak dan berkembang cepat di medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel I
Jumlah Taman Kanak-kanak di Medan Pada Tahun 2009 NO.
Tingkat Sekolah Jumlah
1 Taman Kanak-kanak
101 2
Taman Bermain 87
3 Taman Bacaan
50 4
Play Group 86
Jumlah 324
Sumber : Badan Pusat Statistik kota Medan 2009 Kota medan merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk yang padat, dengan
jumlah penduduk yang padat tersebut, maka tingkat dan mutu pendidikan pun semakin meningkat. Walaupun diketahui bahwa sekolah formal cukup banyak namun masih saja
ada beberapa keluarga yang memilih pendidikan informal untuk anak-anak mereka. Hal ini dapat terlihat dengan munculnya sekolah-sekolah informal seperti homeschooling.
Walaupun homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai sangat di minati oleh
keluarga-keluarga. Perkembangan homeschooling yang pesat di berbagai wilayah sebagian besar karena orang tua berpendapat bahwa homeschooling berhasil memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan orang tua itu beragam dan homeschooling berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan yang spesifik
Universitas Sumatera Utara
dari keluarga karena homeschooling memang memiliki sifat customized sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi setiap keluarga.
Kebutuhan dan alasan keluarga yang memilih homeschooling memiliki rentang variasi yang lebar. Alasan itu ada yang bersifat ideologis, tapi tidak sedikit pula yang
bersifat praktis. Biasanya, keluarga homeschooling memiliki satu atau beberapa alasan kuat sekaligus yang melatarbelakangi pemilihan homeschooling. Tiga alasan tetinggi
dalam pemilihan homeschooling menurut data dari Asah Pena Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif pada tahun 2009 adalah:
• Orang tua ingin meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. • Alasan agama religious reasons
• Buruknya lingkungan belajar sekolah. Walaupun alasan agama menjadi alasan yang cukup banyak digunakan para keluarga
yang memilih homeschooling, tidak berarti homeschooling identik dengan kelompok konservatif. Alasan terbesar yang digunakan orang tua sebagian besar merupakan paduan
antara keinginan meningkatkan kualitas pendidikan dan ketidakpuasan terhadap bentuk pendidikan yang tersedia di masyarakat.
Selain itu hal-hal lain yang menjadi alasan keluarga melakukan homeschooling biasanya, adalah
• Orang tua sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan. • Orang tua merasa keamanan dan pergaulan sekolah tidak tidak kondusif bagi
perkembangan anak. • Orang tua merasa sekolah yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau.
Universitas Sumatera Utara
• Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah umum.
• Orang tua memiliki keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai- nilai keluarga yang dipegangnya.
• Orang tua merasa terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya. Sumardiono,2009:30-31
1.2. Perumusan Masalah