Perempuan Sebagai OrangtuaTunggal dalam “Dalihan Na Tolu”

dekat dan seringnya hubungan terjadi, hingga dimungkinkan terjadi konflik, konflik kepentingan, kedudukan, dan lain-lain. “Dalihan Na Tolu” merupakan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Sehingga mendorong suku Batak Toba dalam segala kegiatan untuk mewujudkannya, karena dengan berbuat demikian mereka akan mendapat kebahagiaan material maupun spiritual.

2.2.8.1 Perempuan Sebagai OrangtuaTunggal dalam “Dalihan Na Tolu”

Seorang perempuan Batak akan menikah dengan laki-laki di luar kelompok kekerabatannya,artinya laki-laki dari marga lain akan memperisterikan dan perempuan itu akan menjadi bagian dari marga suaminya.Perempuan itulah yang akan menjadi penghubung tali persaudaraan antara dua keluarga,yaitu pertama keluarga asal perempuan itu dan keluarga dari pihak suaminya. Ketika telah menikah,perempuan akan menjadi hak dari keluarga suaminya karena keluaraga suaminya telah membayar mas kawin dalam bahasa batak disebut “sinamot” kepada keluarga perempuan sebagai simbol untuk “menghargai” perempuan yanga akan dijadikan isteri.Posisi perempuan itu dalam “Dalihan Na Tolu” juga telah berkembang setelah ia menikah,kalau dulu sewaktu belum menikah ia hanya menjadi “Boru” dalam “Dalihan Na Tolu” tetapi sekarang ia bisa menjadi “Hula-hula” lebih dipandang karena adanya peran suaminya sebagai laki-laki. Apabila perempuan tersebut telah ditinggal oleh suaminya dan menjadi perempuan sebagai orangtua tunggal, posisinya dalam “Dalihan Na Tolu” sebenarnya masih tetap seperti ketika suaminya masih hidup.Apabila dalam suatu kelompok,suaminya dulu menjadi ”Hula-hula” dalam “Dalihan Na Tolu” maka ketika suaminya meninggal perempuan itu akan tetap sebagai “Hula-hula” bagi kelompok tertentu mengikuti posisi suaminya dulu dalam “Dalihan Na Tolu”, kecuali perempuan itu menikah lagi dengan laki-laki di luar marga suami pertamanya maka hubungannya di ”Dalihan Na Tolu” suami pertamanya sudah tidak ada karena ia akan mengikuti posisi suami barunya di dalam “Dalihan Na Tolu” keluarga Universitas Sumatera Utara suaminya itu. Adapaun hal yang menjadi penghubung antara perempuan sebagai orangtua tunggal yang telah menikah lagi dan dengan ”Dalihan Na Tolu” suami pertamanya adalah apabila perempuan tersebut memiliki anak laki-laki dari suami yang pertama karena bagaimanapun anak laki-laki itu akan mewarisi marga ayahnya dan melanjutkan keturunan. Pada kenyataanya apabila seorang perempuan telah “bercerai”, sering kali dirinya tidak begitu terlihat lagi posisinya di dalam “Dalihan Na Tolu” keluarga suaminya. Karena posisi tersebut ia dapatkan dengan mengikuti posisi suaminya. Apabila perempuan sebagai orangtua tunggal tidak mempunyai anak atau tidak mempunyai anak laki- laki, biasanya perempuan tersebut lebih cenderung dekat atau kembali ke keluarga asalnya walaupun juga tidak sedikit perempuan yang tetap berada di keluarga suaminya. Perlakuan yang diterima seorang perempuan yang menjadi perempuan sebagai orangtua tunggal juga langsung berubah dibandingkan ketika suaminya masih hidup. Walaupun sebenarnya para kerabat suami masih mempunyai kewajiban untuk membatu para perempuan ini,tetapi pada kenyataannya di lapangan para perempuan sebagai orangtua tunggal jarang sekali mendapat bantuan dari keluarga suaminya bahkan ada yang sama sekali dilupakan walaupun ia memiliki anak laki-laki. Posisi perempuan sebagai orangtua tunggal dalam “Dalihan Na Tolu” menunjukkan betapa besarnya peran laki-laki dalam adat di masyarakat Batak Toba.Perbedaan peran dalam adat antara laki-laki dan perempuan,mengkondisikan seorang laki-laki sebagai pihak yang selalu ada dalam adat. Megawangi1999:103,mengatakan dengan berbagai cara perbedaan peran gender dikondisikan oleh tatanan masyarakat Indonesia yang patriarki,seperti terdapat dalam budaya patriarki di suku Batak Toba. Universitas Sumatera Utara

2.3. Model Teoritik

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan diatas, model teoritik yang terbentuk adalah : - Teori Kajian Budaya Cultural Studies - Gender Budaya Adat Batak Toba Perempuan Sebagai Orangtua Tunggal karena Kematian Perempuan Sebagai Orangtua Tunggal karena Cerai Hidup Perempuan Sebagai Orangtua Tunggal yang Tidak Memiliki Suami Hamil tanpa pernikahan Bentuk-Bentuk subordinasi Perempuan Universitas Sumatera Utara