Teori Cultural Studies Kajian Budaya

pengamatan dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal secara eksplisit. Perilaku nonverbal mengkomunikasikan keyakinan, sikap, dan nilai-nilai budaya kepada pihak lainnya. Itulah kebanyakan orang tidak menyadari akan perilaku nonverbalnya sendiri. Hal tersebut diperankan tanpa piker, spontan dan tanpa sadar. Tetapi ini adalah tepat sekali karena hal ini seringkali sulit untuk mengidentifikasi dan menguasai komunikasi nonverbal dari budaya lain. Hal ini juga merupakan alasan mengapa banyak orang merasa tidak nyaman dengan budaya lain. Setiap orang yang tidak sesuai dengan norma fisik dari suatu budaya akan mengalami kesulitan berkomunikasi didalam budaya tersebut. Kesimpulan mengenai pengaruh- pengaruh budaya pada setiap bentuk nonverbal adalah sama. Gerak isyarat dan gerakan tubuh mempunyai makna yang berbeda diantara budaya. Kesimpulan yang gamblang ialah, “ Budaya adalah satu yang paling abadi, paling kuat, pembentuk yang tidak terlihat dari perilaku kita,” kata Weaver II 1993. Sebagai contoh, ketika “hula-hula” datang, kita harus menyiapkan tempat yang istimewa. Misalnya saat acara adat, “hula-hula” duduk didepan dengan 2 lapis tikar, lapis kedua adalah tikar berwarna putih. Karena tikar putih memiliki arti penting bagi suku batak, dimana putih itu bersih, suci, sehingga jika duduk diatas hendaklah demikian dan karena itu adalah cara untuk menghargai “hula-hula”.

2.2.2. Teori Cultural Studies Kajian Budaya

Kajian budaya West, 2008:63 adalah perspektif teoritis yang berfokus bagaimana budaya dipengaruhi oleh budaya yang kuat dan dominan. Tidak seperti beberapa tradisi teoritis lainnya, kajian budaya tidak merujuk pada doktrin tunggal mengenai perilaku manusia. Stuart Hall berpendapat dengan persuasif bahwa, “Kajian Budaya memiliki banyak wacana; juga memiliki beberapa sejarah. Ia adalah sebuah bentuk formasi yang utuh; Universitas Sumatera Utara memiliki peristiwa momen dimasa lalu”. Kajian budaya berkaitan dengan sikap, pendekatan, dan kritik mengenai sebuah budaya. Budaya merupakan fitur utama dalam teori ini, dan budaya telah menyediakan suatu kerangka intelektual yang telah mendorong para peneliti untuk mendiskusikan, tidak sepakat, menantang, dan merefleksikan West, 2008 : 63. West mengutip kalimat Stuart Hall, menyatakan bahwa media merupakan sarana yang kuat bagi kaum elite. Media berfungsi untuk mengkomunikasikan cara-cara berfikir yang dominan, tanpa mempedulikan efektifitas pemikiran tersebut. Media merepresentasikan ideologi dari kelas yang dominan didalam masyarakat. Karena media dikontrol oleh korporasi kaum elite, informasi yang ditampilkan kepada publik juga pada akhirnya dipengaruhi dan ditargetkan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan. Pengaruh media dan peranan kekuasaan harus dipetimbangkan ketika menginterpretasikan suatu budaya. Cultural studies merupakan bagian didalam komunikasi multikultural yang artinya mengkaji persoalan komunikasi manusia dari pengaruh faktor-faktor praktik kebudayaan dan dalam hubungannya dengan kekuasaan. Cultural studies adalah kajian secara kritis hubungan komunikasi dengan kekuasaan, dengan upaya mengungkapkan bagaimana kebudayaan mempengaruhi tindak komunikasi dan kekuasaan. Cultural studies merupakan studi budaya yang bertujuan untuk memahami dan mengubah struktur dominasi dimana-mana Purwasito, 2004: 103. Cultural Studies dikenal sebagaikajian budayaInggrisyang menjadi salah satu pemaindominandalam teoribudayakontemporer. British Cultural Studiesbegitu kuat sehinggaketika beberapa orangberbicara tentangStudi budaya mereka seringsecara implisitmengacu padalingkungan danturunannya. Cultural Studies memiliki empat orientasi, diantaranyaSmith, 2008:144: Universitas Sumatera Utara 1. Sangat interdisiplinerdalam halkepentingan penelitiandan pengaruhteoritis 2. Ada kepentinganutamadalam mengeksplorasibudayasebagaisebuah situs di manakekuatandan ketahanandimainkan. 3. Memvalidasistudi budayapopuler jugasebagai budaya tinggi 4. Komitmenpolitikterhadap masalahtopikpenelitianpengaruhkirisering dan, beberapa kritikusakan mengatakan, kesimpulan. Beberapa asumsi tentang kajian budaya West, 2008 : 1. Budaya tersebar didalam dan menginasi semua sisi perilaku manusia. Berbagai norma, ide dan nilai dan bentuk-bentuk pemahaman di dalam sebuah masyarakat yang membantu orang untuk menginterpretasikan realitas mereka adalah bagian dari ideologi sebuah budaya. Hall 1981, ideologi merujuk pada “gambaran konsep, dan premis yang menyediakan kerangka pemikiran dimana kita merepresentasikan, menginterpretasikan, memahami dan memaknai” beberapa aspek eksistensi sosial. Hall yakin bahwa ideologi mencakup bahasa, konsep, kategori yang dikumpulkan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda untuk memaknai lingkungan mereka. Graham Murdock 1989 menekankan ketersebaran budaya dengan menyatakan bahwa “semua kelompok secara konstan terlibat dalam menciptakan dan menciptakan ulang system makna dan memberikan bentuk kepada makna ini dalam bentuk-bentuk ekspresif, praktik-praktik sosial, dan institusi- institusi”. Secara menarik dan dapat diduga, Murdock melihat bahwa menjadi bagian dari komunitas budaya yang beragam sering mengakibatkan pergulatan makna, interpretasi, identitas dan control. Pergulatan-pergulatan ini atau perang budaya menunjukkan bahwa seringkali terdapat pemisahan-pemisahan yang dalam persepsi mengenai pentingnya suatu isu atau peristiwa budaya. Makna dalam Universitas Sumatera Utara budaya dibentuk oleh media. Michael Real 1996 berpendapat “media menginvasi runga kehidupan kita, membentuk selera dari mereka yang berada disekitar kita, memberikan informasi dan mempersuasi kita mengenai produk dan kebijakan, mencampuri mimpi pribadi dan ketakutan publik kita, dan sebagai gantinya, mengundang kita untuk hidup didalam mereka”. 2. Orang merupakan bagian dari struktur kekuasaan yang bersifat hierarkis. Kekuasaan bekerja didalam semua leel kemanusiaan Grossberg, 1989, dan secara berkesinambungan membatasi keunikan identitas Weedon, 2004. Makna dan kekuasaan berkaitan erat, “makna tidak dapat dikonseptualisasikan diluar bidang permainan dari hubungan kekuasaan” Hall, 1989. Dalam kaitannya dengan tradisi Marxis, kekuasaan adalah sesuatu yang diinginkan oleh kelompok subordinat tetapi tidak dapat dicapai. Seringkali terjadi pergulatan untuk kekuasaan, dan pemenangnya biasanya adalah orang yang berada dipuncak hierarki sosial. Mungkin sumber kekuatan yang paling mendasar didalam masyarakat adalah media. Dalam budaya yang beragam, tidak ada institusi yang harus memiliki kekuasaan untuk menentukan apa yang di dengar oleh publik. Gery Woodward 1997 juga menarik kesimpulan serupa ketika ia menyatakan bahwa terdapat sebuah tradisi dimana jurnalis bertindak sebagai pelindung dari kegiatan budaya bangsa: jika media menganggap sesuatu untuk memiliki nilai yang penting, maka sesuatu tersebut penting: suatu peristiwa yang sebenarnya tidak penting menjadi penting.

2.2.3. Gender