Latar Belakang Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekertaris Departemen Fakultas

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang

Saat ini perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat, yaitu ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang ketat, dan pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, yang diukur dengan menggunakan indikator PDB. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari negara lain. Tentu hal ini pernah dicoba namun ternyata Indonesia sulit untuk terus bertahan di tengah derasnya arus globalisasi yang terus berkembang cepat. Dalam kondisi seperti ini, Indonesia akhirnya terpaksa harus mengikuti arus tersebut, yaitu mencoba membuka diri dengan menjalin kerja sama dengan negara lain demi terlaksananya pembangunan nasional terutama dari sendi ekonomi nasionalnya. Pada dasarnyadalam proses pelaksanaan pembangunan eknonomi di negara berkembang seperti Indonesia, akumulasi utang luar negeri merupakan suatu gejala umum yang wajar. Hal tersebut dikarenakan tabungan domestik yang rendah yang menyebabkan investasi menurun yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal merupakan kesempatan yang bagus guna memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi dipusatkan pada pertumbuhan ekonomi salah satunya sektor yang akan mendapatkan manfaat dari berkualitasnya insfrastruktur adalah usaha di bidang properti terutama pada perumahan mewah atau real estate, insfrastruktur yang baik akan merangsang investor untuk berinvestasi di bidang ini, karena dengan infrastruktur yang baik di harapkan mampu menjadikan real estate bisa diterima oleh masyarakat, sehingga baik itu pengembang, investor, maupun masyarakat dapat merasakan manfaat dari insfrastruktur yang berkualiatas. Fenomena yang berkembang saat ini menggambarkan bahwa sektor propertimerupakan sektor bisnis yang cukup berkembang. Hal tersebut terbukti dengan adanya krisis yang terjadi di belahan benua Eropa dan Amerika yang tidak berimbas pada perkembangan bisnis properti di Indonesia. Krisis Eropa dan Amerika memang berimbas pada pasar global secara umum, namun, dari segi sektor properti, Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, dan Singapura tidak terlalu terkena imbas Sumarmo, 2011. Hal tersebut disebabkan karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan ekspektasi pasar tersendiri di Asia. Tingginya demand atau permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh developer. Sektor propertisaat ini memberikan peluang dan kesempatan yang cukup terbuka untuk berkembang. Beberapa faktor yang memepengaruhinya antara lain: pengadaan rumah selalu kurang dibanding kebutuhan rumah masyarakat, tingkat suku bunga KPR relatif rendah dan cenderung tidak stabil. Selain itu, bisnis ini didukung oleh perkembangan suatu daerah dan pertumbuhan ekonomi makro Kompas, 2010. Terbukanya peluang tersebut, tentunya menjadi suatu kesempatan untuk mengundang para investor asing. Perkembangan bisnis properti di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan meningkat di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik, Jakarta termasuk menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property Tempo.co,61212. Sektor properti perumahan di Indonesia mengalami perkembangan yang baik dalam beberapa waktu terakhir ini. Perkembangan tersebut tidak dapat dipisahkan dari beberapa faktor, seperti suku bunga, kondisi infrastruktur, dan gaya hidup. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk menjaga perkembangan ini. Namun, ada satu fenomena yang patut dicermati, yaitu permintaan akan perumahan tetap tumbuh meskipun dalam tingkat yang menurun pada saat pelik seperti itu. Meskipun inflasi pada saat ini cenderung tinggi, tetapi jika dibandingkan dengan kondisi dua tahun yang lalu, inflasi pada saat ini sudah mengalami penurunan. Kondisi politik tahun 2014 pun saat ini relatif agak berbeda dengan iklim pemilu yang lalu dan diperkirakan lebih bergejolak dibandingkan pemilu yang lalu. Hal ini turut mempengaruhi pertumbuhan pasar properti nasional yang relatif akan berdampak merosotnya pasar properti lebih besar lagi. Namun demikian, memperkirakan pasar properti menengah bawah relatif masih bisa bertumbuh di tahun 2014 karena banyak pembelanjaan partai-partai yang dapat mendongkrak daya beli masyarakat meskipun dalam jangka waktu tertentu. Sektor properti di Indonesia belum mencapai klimaksnya dan masih akan terus bertumbuh hingga 2015 mendatang. Hal ini terjadi karena masih tingginya disparitas yang terjadi di mana kondisi pasar belum mencapai keseimbangan. Sehingga, laju pertumbuhan properti diproyeksikan masih berlanjut dan tidak perlu dikhawatirkan.Sektor properti beserta turunannya juga masih akan terlihat baik, dengan melihat masih tingginya permintaan penjualan rumah dari kalangan atas. Kalangan inilah yang akan mendorong sektor properti terus bertumbuh. Apalagi diimbangi peningkatandayabeli. Sektor properti di Indonesia masih dianggap sebagai salah satu sektor yang masih bisa dilirik sepanjang 2015. Seperti diketahui, sejumlah pengamat properti memprediksikan tahun 2015 industri ini bakal mengalami pertumbuhan sebesar 20-25 persen. pertumbuhan properti di Indonesia secara umum masih dalam tahap pemulihan, setelah sebelumnya mengalami penurunan pada 2014. Meski demikian, minat dan daya beli konsumen diyakini akan terus naik dan mengalami peningkatan pada 2015. Namun untuk mendongkrak angka penjualan, pengembang harus memberikan reward pada konsumen baik berupa perpanjangan termin pembayaran, subsidi down payment, hingga subsidi bunga untuk transaksi dengan bayar KPR. Pada 2015 pertumbuhan properti secara umum di Indonesia diperkirakan akan mencapai kisaran 20-25 persen. Harga properti di Indonesia masih terhitung baik dan tidak akan mengalami penurunan seperti halnya yang terjadi di negara lain dikarenakan para pembeli properti di Indonesia masih cukup banyak yang tidak menggunakan fasilitas kredit perbankan sebagai sumber pembiayaan. economy.okezone.com, 300415. Pencapaian tersebut mengindikasikan sektor properti masih menjadi primadona dan secara jangka panjang memiliki prospek yang cukup bagus.Hal ini dengan meningkatnya Intellectual Capital dalam mendorong nilai dan keunggulan kompetitif perusahaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran yang tepat terhadap Intellectual Capital perusahaan belum dapat ditetapkan. Ada banyak konsep pengukuran Intellectual Capital yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini, dan salah satunya adalah model yang dikembangkan oleh Pulic. Fenomena Intellectual Capital mulai berkembang di Indonesia terutama setelah munculnya PSAK Nomor 19 Revisi 2000 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No. 19 IAI, 2002: 19.2 aktiva tidak berwujud adalah aktiva non- moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut mengandung penjelasan yaitu sumber daya tidak berwujud disebutkan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar, dan merk dagang. Elemen intellectual capital yang selanjutnya akan diuraikan belum diatur oleh PSAK, karena sifatnya yang tidak berwujud atau tidak terlihat IAI, 2002 dalam Ulum dkk, 2008. Di Indonesia pengakuan intellectual capital dan pelaporannya dalam neraca belum diperhatikan secara serius, sehingga elemen intellectual capital yang sebenarnya mungkin dikuasai oleh suatu perusahaan tidak diakui dan tidak dilaporkan sebagaimana mestinya. Hal ini tentu akan merugikan perusahaan, karena tidak diakuinya aset pengetahuan yang dikuasai perusahaan menjadikan nilai perusahaan lebih rendah dari pada semestinya Ivada, 2004. Implementasi intellectual capital merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi di lingkungan bisnis global. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki perusahaan. Tan et al. 2007 di menunjukkan bahwa Intellectual Capital berhubungan positif dengan kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan di masa mendatang. Hasil yang sama diperoleh Bontis 1998 dan Belkaoui 2003 menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ulum 2008 membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan hasil berbeda diperoleh Firer dan Williams 2003 serta Kuryanto 2008 yang menunjukkan tidak ada pengaruh positif antara Intellectual Capital dengan kinerja keuangan perusahaan. Yuniasih 2010 juga menunjukkan hal yang sama yaitu Intellectual Capital tidak berpengaruh pada kinerja pasar. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, Variabel Independen ialah Intellectual Capital yang diukur dengan menggunakanmodel yaitu VAIC™. Pemilihan model VAIC™ sebagai proksi atas Intellectual Capital mengacu pada penelitian Firer dan Williams 2003, Chen et al. 2005, Ulum dkk 2008, Kuryanto dan Syafruddin 2008, serta Gan dan Saleh 2008. Variabel Dependen yang digunakan ialah ukuran kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market To Book Value MB, Return On Assets ROA, dan Asset Turnover ATO Pemilihan indikator Business Performance tersebut mengacu pada penelitian Firer dan Williams 2003 serta Gan dan Saleh 2008. Dari uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang“Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Properti Di Bursa Efek Indonesia”.

1.6 Perumusan Masalah