BAB II M. QURAISH SHIHAB
DAN PEMIKIRANNYA TENTANG KEDUDUKAN WANITA
A. Sejarah Singkat M. Quraish Shihab
Muhammad Quraish Shihab dilahirkan dari keturunan Arab yang berpendidikan dan mempunyai kecintaan yang besar terhadap tafsir al-Quran, ini
terbukti dari latarbelakang pendidikan ayahnya yang bernama Abdurrahman Shihab 1905-1986.
11
Beliau adalah alumnus dari lembaga pendidikan Jami’atul Khaier Jakarta. Sebuah lembaga pendidikan Islam tertua yang berusaha mengakses gagasan-
gagasan pemikiran Islam modern. Dan beliau juga Abdurrahman Shihab tercatat sebagai guru besar dalam bidang tafsir yang pernah menduduki jabatan sebagai
Rektor di IAIN Alaudin Ujung Pandang, dan merupakan pelopor pendiri Universitas Muslim Indonesia UMI, yang juga terletak di kota Ujung Pandang, Abdurrahman
Shihab juga seorang wiraswastawan yang senantiasa meluangkan waktunya untuk kepentingan dakwah dan mengajar pada lembaga pendidikan dan Universitas yang
telah disebutkan di atas di sela-sela kesibukannya berwiraswasta. Bahkan hartanya dipergunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan baik dengan cara membiayai atau
menyumbangkan buku-buku bacaan untuk lembaga pendidikan tersebut.
12
11
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,1994, h. 14
12
Ibid.,
Figur sang ibu yang konsekwen terhadap ajaran agama juga menjadi aset penting dalam kesuksesan
Quraish Shihab
dalam studi
al-Qur’annya. Kekonsekwenan sang ibu tersebut itu dapat dilihat dari sudut pandang keagamaanya
yang senantiasa harus sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist. Bahkan sampai saat ini Quraish Shihab sudah mempunyai gelar doktor, ibunya tidak segan-segan
menegurnya tutur Quraish Shihab.
13
Muhammad Quraish Shihab dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1944 di sulawesi Selatan tepatnya di daerah Rappang. Sebagai mana ayahnya, beliau juga
mempunyai kecintaan terhadap tafsir al-Qur’an. Kecintaan ayahnya terhadap ilmu pengetahuan terutama Pada bidang ketafsiran inilah yang bisa menjadi motivasi
dalam studinya. Bahkan minatnya terhadap studi al-Qur’an sangat dipengaruhi oleh sang ayah karena semenjak kecil sejak 6-7 tahun Quraish Shihab diharuskan
mengikuti pengajian al-Qur’an yang diajarkan ayahnya. Disamping harus membaca al-Qur’an Quraish Shihab juga harus mendengarkan penjelasan dari kisah-kisah al-
Qur’an yang disampaikan ayahnya dalam pengajarannya.
14
Bahkan tidak jarang pada suatu ketika ayahnya sering mengajak duduk bersama dan mendengarkan petuah-
petuah keagamaannya. Banyakdiantara petuah-petuahnya itu ternyata diketahui kemudian oleh Quraish Shihab sebagai ayat al-Qur’an atau petuah Nabi, sahabat, atau
13
Ibid.,
14
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, h. 6
pakar-pakar al-Qur’an hingga kini masih diingatnya. Dari masa-masa itu pula benih- benih kecintaan dan minat terhadap studi al-Qur’an mulai mengakar dalam jiwanya.
15
Dari kecintaannya terhadap studi al-Qur’an tersebut akhirnya Quraish Shihab berinisiatif melanjutkan studinya pada jurusan tafsir di Universitas Al-Azhar
Mesir, seperti yang telah dituturkannya : “Ketika belajat di Universitas Al-Azhar saya bersedia mengulang satu tahun
untuk mendapatkan kesempatan melanjutkan studi saya di jurusan tafsir, walaupun jurusan lainnya pada fakultas lain membukan pintu lebar-lebar untuk saya.”
16
B. Karier Intelektual Dan Karya-karya M. Quraish Shihab Karir Intelektual Quraish Shihab