Alasan Orang Tua Memilih Homeschooling
24
program pemerintah wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan tidak berhasil terbukti dari banyaknya jumlah anak yang putus sekolah. Jumlah anak yang putus sekolah
juga merupakan bukti bahwa dana BOS yang diberikan pada sekolah-sekolah tingkat dasar tidak sampai pada sekolah atau bahkan pada siswa yang
membutuhkan. Atau jika dana tersebut sampai ketangan para siswa, mereka tidak mendapatkan jumlah sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Menurut John dan Kathy Perry, melakukan homeschooling untuk anak- anak diperbolehkan dengan alasan apapun yang anda fikirkan. Dalam
berhomeschooling, orang tua tidak perlu mengisi formulir atau daftar mengenai alasan apa yang orang tua pilih untuk si anak melakukan homeschooling. As you
meet more parents who’ve chosen homeschooling as an alternative to public education, you’ll realize that every parent expresses a different concern or reason
to homeschool.
34
Percayakan pada keyakinan anda orang tua untuk melakukan homeschooling
. Apapun alasan anda, jangan biarkan orang lain mengatakan bahwa alasan-alasan anda melakukan homeschooling adalah tidak cukup kuat.
Ada beragam alasan mengapa homeschooling menjadi pilihan bagi orang tua. Dari mulai alasan keamanan, pergaulan, beban yang membuat anak stress
hingga kurikulum yang gonta-ganti dapat menjadi alasan mengapa orang tua mulai melirik homeschooling sebagai sekolah alternatif bagi anak-anak mereka.
Flexibilitas waktu, ketidakpuasan sistem di sekolah dan penghematan biaya sekolah pun juga menjadi faktor alasan berpalingnya orang tua pada
homeschooling. Apapun alasan anda dalam memilih homeschooling, jangan
biarkan orang lain mengatakan bahwa alasan anda tidak tepat. Indosiar.com mengutip beberapa kecenderungan orang tua di Indonesia
lebih memilih sekolah rumah. Kecenderungannya antara lain adalah, bisa menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan
sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak
34
John and Kathy Perry, The Complete Guide to Homeschooling Los Angeles: Lowell House:2000 h. 31
25
tersekat-sekat oleh batasan ilmu.
35
Arief Rachman mengungkapkan bahwa alasan orang tua memilih homeschooling adalah strategi untuk menghindari ke
khawatiran bahwa siswa yang mengikuti metode pendidikan ini adan teraliensi dari lingkungan sosialnya sehingga potensi kecerdasan sosialnya tidak muncul.
36
Menurut Yayah Komariah, ketidak puasan dengan sistem pendidikan di sekolah, agar anak punya lebih banyak waktu untuk bersosialisasi, agar anak bisa
memperoleh materi akademis yang lebih baik, anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus seperti penderita autism dan hiperaktif, untuk menjalankan
nilai-nila agama tertentu, anak-anak yang memiliki karir seperti artis dan atlet, anak-anak yang menderita sakit parah, kendala geografis, flexibilitas,
menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu untuk belajar yang lebih
fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran, menghindari penyakit sosial, memberikan keterampilan khusus, memberikan pembelajaran
langsung yang kontekstual, tematik, nonscholastic yang tidak tersekat oleh batasan ilmu juga menjadi alasan bagi orang tua memilih homeschooling daripada
sekolah publik.
37
Menurut Anton, salah satu orang tua siswa sekolah formal, kurikulum sekolah formal terlalu padat, kaku, dan seragam. Ruang kreativitas bagi siswa
juga tertutup karena pembelajaran hanya disesuaikan selera pemerintah. Saya lebih suka belajar di rumah karena bisa bebas dan tidak stres, kata Pascalis,
seorang siswa sekolah umum yang sebelumnya pernah muntah-muntah ketika belajar di sekolah formal. Kedepan, Anton berharap pemerintah bisa lebih
memerhatikan pelaku sekolah rumah dengan pemberian ijazah pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Sejauh ini, ijazah pelaku sekolah rumah masih sama
dengan siswa pendidikan kesetaraan seperti Paket A, Paket B, atau Paket C. Anton
35
Indosiar.com, Homeschooling : Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah: Model Pengembangan Sistem Pendidikan,
http:indosiar.comragam60082homeschooling--sekolah- rumah-atau-rumah-sekolah
,
diakses pada
36
Arief Rachman, Homeschooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: KOMPAS h. ix
37
Yayah Komariah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative, Jakarta: Sakura Publishing, 2007, h. 16-20
26
mengatakan, hingga kini pemerintah cenderung mengabaikan eksistensi pelaku sekolah rumah. Padahal, kurikulum sekolah rumah dinilai lebih fleksibel dan
sesuai kebutuhan siswa. Anak akhirnya bisa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi bakat di luar kemampuan akademis.
38
Alasan orang tua memilih homeschooling menurut Yayah Komariah adalah tersedianya pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan
sosial dan suasana belajar yang lebih baik, tersedia waktu belajar yang lebih fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran, menghindari
penyakit sosial, memberikan keterampilan khusus serta memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, nonscholastik yang tidak tersekat oleh
batasan ilmu.
39
Berbeda dengan homeschooling, sekolah formal dibatasi oleh waktu dan ilmu yang didapat sangatlah terbatas. Tidak semua ilmu dapat tersampaikan dan
tidak semua pertanyaan dapat terjawab karena keterbatasan waktu yang ada. Dengan waktu yang sangat singkat, tidak semua siswa dapat menerima seluruh
mata pelajaran yang disampaikan disekolah. Anak lebih dituntut untuk menguasai satu materi dalam waktu tertentu, jika si anak tidak dapat menguasai dalam waktu
tertentu maka mereka akan tertinggal dalam pelajarannya. “Homeschooling tidak mesti mahal”, kata Ny Yayah. Besaran biaya
tergantung pada bagaimana proses pembelajaran. Terlebih lagi untuk pendidikan dasar. “Untuk itu sumber belajar dapat digunakan buku bekas atau materi lain.
Apalagi sekarang sudah banyak informasi di internet, radio, atau televisi. Belajar juga dapat di mana saja, siapa saja dapat menjadi guru bagi anak-anak
homeschooling . Terkadang saya membawa anak-anak ke orang-orang dengan
keahlian tertentu agar mereka bisa belajar langsung dari sumbernya. Intinya, segala yang ada di lingkungan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran,”
katanya. Tidak semua homeschooling menunut biaya yang tinggi, bahkan ada juga
38
Kompas.com, Sekolah
Rumah Mulai
Jadi Pilihan
, http:edukasi.kompas.comread2010101615553775Sekolah.Rumah.Mulai.Jadi.Pilihan
, di
akses pada tanggal 5 November, 2011
39
Yayah Komariah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative, Jakarta: Sakura Publishing, 2007, hal. 16-17
27
homeschooling yang tidak memungut biaya sedikitpun bagi para siswanya.
Homeschooling yang dipahami masyarakat dewasa ini sangatlah mahal. Tetapi
apa yang telah dikatakan oleh Ibu Yayah tidaklah salah. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dalam homeschooling adalah tergantung bagaimana orang tua
menyiasatinya. Beberapa homeschooling besar, seperti Homeschooling Kak Seto HSKS
dan Homeschooling Hughes memang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dibanding sekolah formal. Bahkan untuk membayar satu tutor guru pun biaya
yang dikeluarkan bisa mencapai biaya satu bulan untuk membayar disekolah formal. Pada HSKS, siswa yang mendaftar dari kalangan menengah keatas.
Berbeda dengan homeschooling yang didirikan oleh Ibu Yayah. Ada beberapa homeschooling
yang menrima anak dari golongan menengah keatas maupun menengah kebawah, dengan demikian biaya yang dikeluarkan untuk anak yang
tidak mampu akan ditutupi oleh angka yang mampu. Abdurrahman berpendapat bagi orang tua yang memilih Homeschooling,
terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi yaitu orang tua ingin meningkatkan kualitas anak, tidak puas dengan kualitas pendidikan di sekolah reguler, merasa
keamanan dan pergaulan sekolah tidak kondusif bagi perkembangan anak, menginginkan hubungan keluarga yang lebih dekat dengan anak, merasa sekolah
yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau, memiliki keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai-nilai keluarga yang dipegangnya, merasa
terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya, sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan, dan merasa bahwa anak-anaknya memiliki kebutuhan
khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah umum.
40