Sejarah Homeschooling KAJIAN TEORI
14
L.Paul D. Lindstrom, seperti yang dikutip oleh Loy Kho mengatakan bahwa “Sekolah rumah dimulai di Amerika Serikat jauh sebelum pendidikan
modern muncul, yaitu sebelum abad ke-18. Umumnya anak-anak dididik oleh keluarganya sendiri atau memanggil guru privat ke rumah”.
14
Pada zaman dahulu, jauh sebelum sekolah formal didirikan, para orang tua mendidik anaknya secara pribadi atau menitipkan anak-anaknya pada seorang
yang dianggap mampu pada bidang tertentu. Pada zaman Rasulullah SAW, setiap anak akan mendatangi seorang ulama
untuk belajar. Jika ia ingin belajar Fiqh, maka dia akan mendatangi seseorang yang menguasai ilmu fiqh, jika si anak ingin memperdalam ilmu hadis, maka
mereka akan mendatangi seorang ulama yang menguasai hadits. Mereka belajar di serambi-serambi masjid atau di tempat terbuka dan mereka duduk
mengelilingi sang guru. Menurut sejarah Islam, cara belajar seperti itu dinamakan “Halaqah”. Sang guru tidak akan megeluarkan ijazah bagi murid-
muridnya. Jika muridnya dianggap mampu, maka ia akan menggantikan sang guru untuk mengajar atau diminta oleh sang guru untuk mengajar di tempat
lain yang membutuhkannya. Rick Boyer, seperti yang dikutip oleh Loy Kho berkata “Pendidikan
massal dimulai sejak berkembangnya psikologi dan filsafat modern, terutama sejak munculnya filsafat pragmatism dari John Dewey dan pandangan
Unitarian dari Horace Mann, yakni mulai tahun 1860- an”.
Homeschooling bukanlah jenis sekolah yang baru.Homeschooling adalah
sistem pembelajaran yang di lakukan oleh kakek dan nenek kita dahulu. John Taylor Gatto, seperti yang dikutip oleh Loy Kho,
“Sang guru teladan di New York yang membongkar kebobrokan sistem pendidikan di Amerika mengatakan bahwa pada saat penguasa atau pemilik
modal merasa perlu melakukan kontrol terhadap masyarakat dan mengindoktrinasi massa untuk memiliki pandangan yang sama dengan
penguasa atau pemilik modal, pada saat itulah pendidikan massal dimulai”.
14
Loy Kho, Homeschooling Untuk Anak, Mengapa Tidak?, Yogyakarta: Pustaka Familia, Penerbit Kanisius, 2007 Cet. 5, h. 25
15
Setelah pendidikan masal dimulai, maka sistem pendidikan yang telah dipakai dari zaman dahulu mulai terhapus. Sistem pembelajaran yang
digunakan adalah sistem pendidikan masal seperti yang kita saksikan saat ini.Dewasa ini sistem halaqah hanya digunakan di masjid-masjid.
Rick Boyer, John Taylor Gatto, DR. James Dobson dan David Kupelian mengatakan:
“Dewasa ini yang diajarkan di sekolah jauh dari sifat alami manusia sebagai makhluk ciptaan. Filsafat humanisme memegang peran utama dalam
kurikulum sekolah. Manusia menjadi tolok ukur utama dalam nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. Akibatnya, nilai moral tidak lagi merupakan sesuatu yang
mutlak tetapi menjadi sangat relatif, tergantung keputusan pengusa dan pemilik modal. Guru tidak dididik mengenai bagaimana mendidik siswa
”. Rick Boyer sendiri mengatakan bahwa Pada tahun 1980-an pendidikan
publik di sekolah bertujuan memberikan pendidikan yang terjangkau bagi semua rakyat dan penduduk di Amerika dan menjadikan manusia yang baik,
warga negara yang baik. Pada waktu itu diharapkan setiap pelajar menemukan bakat istimewanya untuk dikembangkan secara optimal. Tetapi pada zaman
revolusi industri para pemilik modal seperti Carnegie, JP Morgan, Rockefeller, dan lain-lain, merekalah yang menentukan wajah pendidikan massal.
Timbullah tujuan tambahan dari pendidikan masssal yakni menjadikan manusia sebagai pelayan masyarakat, tepatnya pelayan koprasi dan manajemen politik.
Manusia dinyatakan sebagai sumber daya manusia.
15
DR. James Dobson, David Kupelian dan George Grant seperti yang dikutip oleh Loy Kho berkata:
“Pada era 1970-an pembaca Alkitab dan penerapan “Sepuluh Perintah Allah” di sekolah dihapuskan. Segala hal yang berbau agama dilarang dan
diharamkan di sekolah. Bahkan, atas nama toleransi dan kebebasan, pengajaran yang bertentangan dengan harkat dan kodrat manusia dilakukan di Taman
Kanak-Kanak di California, Massachusetts, Utah, Washington DC, dan berbagai tempat di America Serikat yang menyebabkan salah satu negara barat
yang mengalami dekadensi moral terhebat diseluruh dunia, sekaligus mengekspor segala kebejatan tersebut ke seluruh dunia. Hal tersebut juga
merupakan salah satu alasan utama mengapa homeschooling berkembang
”.
15
Loy Kho, ibid
16
Pada awalnya, pemerintah Amerika, dalam hal ini Departemen Pendidikan, menentang perkembangan Sekolah Rumah. Sekolah publik yang
didanai pajak menentang keras gerakan Sekolah Rumah, karena mengurangi pendapatan dana sekolah. Setiap anak dibiayai pemerintah sekitar US 6,000
per tahun bila terdaftar di sekolah public. Dengan demikian bila jumlah anak yang disekolahrumahkan bertambah, dana yang diterima sekolah setempat
menjadi berkurang secara signifikan. Departmen Pendidikan berusaha mengeluarkan peraturan ketat guna membatasi gerakan ini. Distrik sekolah
berusaha melakukan tuntutan hukum dan menyerang keluarga-keluarga yang menyekolahrumahkan anak-anak mereka terutama di sekitar tahun 1980-an. Di
pihak lain keluarga Sekolah Rumah juga melakukan strategi pertahanan dengan membentuk Home School Legal Defense Association, kata Rick Boyer
Hingga saat ini pun, jika kita mendaftarkan anak-anak kita pada salah satu homeschooling
di US, maka pemerintah akan memberikan kita uang sebesar US 6,000. Disamping itu, pemerintah juga akan memberikan kita materi
berupa buku-buku pelajaran atau alat-alat yang dipergunakan dalam pelajaran, seperti pada mata pelajaran IPA. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan
homeschooling yang di dirikan oleh komunitas Muslim. Pada Islamic
Homeschooling orang tua diminta untuk membayar biaya pendidikan dan
membeli keperluan sekolah masing-masing, walaupun pihak homescloooling telah menyediakan kurikulum yang akan dipilih oleh anak dan orang tua.
Orang tua homeschooler di Seattle Amerika Utara, kebayakan mereka mengikuti homeschooling dari pemerintah, lalu pelajaran agamanya di sisipkan
oleh orang tua dan orang tua mempercayakan seorang Syeh untuk mengajari anak-anak mereka belajar Al-
Qur’an.
16
Dewasa ini homeschooling di Amerika sudah legal. The Home School Legal Defense Association HSLDA
adalah sebua h organisani yang menaungi homeschooling. The Home School Legal Defense Association HSLDA, a
nonprofit organization that advocates for homeschooling, rates the degree to which states regulate homeschooling.
17
16
Wawancara dengan Afifah Siddik, salah satu orang tua homeschooler di Seattle, Amerika Utara
17
Dan Lips and Evan Feinberg, Homeschooling: A Growing Option in American Education
, Washington DC: The Heritage Foundation, 2008 No. 2122, h. 2
17
Before public education became widely available in the United States and
Canada during the late 19th century, many children obtained a FORMAL EDUCATION AT HOME. Even throughout the 20th century many parent have
continued to homeschool their children, usually for religious or cultural reasons.
In the 1960s and 1970s some families began homeschooling to provide an education in which the child is free to pursue subjects that stimulate
personal interes. In this form of instruction, known as child-directed education, parents and other adult give support but do not impose a course of study on the
child. Families who adopt this technique believe children learn best at home because they are motivated to pursue and education in a less-structured but
stimulating environment. In the 1980s and 1990s even more families began homeschooling, often because of religion.
18
Dan Lips dan Evan Feinberg mengatakan awalnya sekolah rumah hanya dilakukan oleh komunitas tertentu terkait ideologi dan agama. Belakangan,
ketidakpuasan secara umum dengan sistem sekolah publik dan gaya hidup ikut berpengaruh.
Sekolah publik, dewasa ini membuat anak menjadi malas untuk belajar. Mereka beranggapan bahwa sekolah itu adalah tempat yang tidak
menyenangkan, sekolah membuat anak menjadi stress. Dengan bersekolah, maka status sosial seseorang akan menjadi tinggi. Jika anak tidak bersekolah,
maka orang berpendapat dan berfikir negatif pada si anak. Tidak semua orang tua bisa menyekolahkan anaknya, seperti orang tua yang berprofesi sebagai
buruh biasa. Jangankan untuk menyekolahkan anak, untuk kehidupan sehari- hari pun kadang mereka tidak dapat mencukupinya terlebih untuk membayar
biaya pendidikan. Dengan adanya homeschooling, maka orang tua yang berprofesi sebagai
apapun akan dengan mudah menyekolahkan anaknya. Sang anak dapat menggunakan buku-buku pelajaran yang telah dipakai oleh kakaknya atau
teman-temannya.Bahkan mereka dapat menggunakan buku tersebut bersama-
18
Komunitas Homeschooling
Pelangi, Sejarah
Homeschooling ,
http:www.facebook.comprofile.php?id=1137314440komunitassekolahrumah.sekolahpelangi posts267725629955371?notif_t=feed_comment
, Diakses 27 December 2011
18
sama dengan temannya. Dengan demikian orang tua tidak perlu mengeluarkan biaya banyak untuk menyekolahkan anaknya. Anak juga tidak membutuhkan
seragam, topi, dasi, buku yang bermacam-macam buku khusus PR, buku khusus untuk mencatat, dll, membayar sumbangan, membayar uang gedung,
uang bangku dan membayar beragam sumbangan-sumbangan yang lain. Seiring denga adanya gerakan sekolah rumah yang terus bergulir dan
komunitas terus membuktikan diri, akhirnya keberadaan sekolah rumah dapat diterima. Legalitas juga diakui.
19
Saat ini, di Indonesia pun nama „homeschooling’ sudah mulai dikenal publik. Jika pada awalnya
homeschooling hanya dipahami bagi orang-orang yang berekonomi menengah
keatas, maka homeschooling saat ini juga dipahami oleh orang-orang berkelas menengah kebawah. Bahkan orang-orang awam mulai mengetahui keberadaan
homeschooling .
Menurut sejarah, homeschooling sudah menjadi metode utama para orang tua mengajar dirumah. Beberapa penemu Amerika seperti George Washington
dan Thomas Jefferson pun melakukan homeschooling. Sejak 1970-an dan 1980-an, homeschooling telah menjadi metode pengajaran yang sukses.
20
Di Indonesia sendiri homeschooling bukanlah sistem pembelejaran yang baru. Sistem pembelajaran homeschooling sudah lama dikenal di Indonesia.
Hanya saja tidak semua orang memahami bagaimana sistem pembelajaran homeschooling
, untuk apa mereka ber-homeschooling, dan sebagainya. Di Amerika Serikat, sekitar 1.35 juta anak telah secara resmi mengikuti model
sekolah rumah. Padahal, sekitar 20 tahun lalu model sekolah rumah di hampir seluruh negara bagian Amerika dianggap “kejahatan”, itu tak lepas karena
kurangnya proteksi terhadap anak yang belajar di rumah.
21
Tidak hanya para artis, atlet, atau anak pejabat dan anak orang kaya saja yang bisa melakukan homeschooling. Anak tukang cuci, anak tukang ojek,
19
Arief Rachman, Homeschooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: KOMPAS, h. 12
20
Dan Lips and Evan Feinberg, lop. cit, h. 2
21
Arief Rachman,
Homeschooling: Rumah
Kelasku, Dunia
Sekolahku ,
Jakarta:KOMPAS, h. 12
19
anak guru, anak kepala sekolah bahkan anak dokter sekalipun dapat memilih homeschooling
sebagi pendidikan yang dipilihnya. Mengacu pada Departemen Pendidikan, Dan Lips dan Evan Feinberg
berpendapat bahwa angka homeschooler mendekati 1.1 juta murid 2.2 persen dari jumlah usia sekolah telah dididik di rumah pada tahun 2003, dibanding
dengan perkiraan 850.000 murid pada tahun 1999. Perkiraan ini berasumsi dari sebuah survey nasional murid usia sekolah. Dari perkiraan 1.1 juta murid,
200.000 juga mendaftar pada sekolah part time. Menurut Dan Lip dan Evan Feinberg, angka pertumbukan keluarga di Amerika memilih untuk
homeschooling anak-anak mereka. Statistik pusat Departemen Pendidikan Nasional US melaporkan bahwa angka homeschooler mendekati 1.1 juta anak
2.2 persen dari anak-anak usia sekolah lebih dari 850.000 murid yang homeschooling
pada tahun 1998. Perkiraan lain kedepan adalah dua juta atau lebih anak-anak akan melakukan homeschooling.
22
Perkiraan jumlah
homeschooler yang
terdaftar di
Indonesia, JABODETABEK khususnya, setiap kota madyan kodya memiliki 6-9
komunitas, bahkan didaerah Tanggerang Selatan sendiri memiliki 12 komunitas homeschooling. Sedangkan jumlah homeschooler perkomunitas
sangat berbeda atara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain. Homeschooling
Pelangi memiliki homeschooler lebih dari 250 homeschoolers, Homeschooling
Kak Seto HSKS memiliki lebih dari 400 homeschooler HSKS memiliki cabang hampir diseluruh Indonesia, dan Homeschooling
Technosa memiliki sekitar 200 homeschoolers. Ketiga homeschooling tersebut berada didaerah Tenggerang Selatan. Morning Star Academy dibilangan
Kuningan Jakarta memiliki jumlah homeschoolers lebih dari 500 homeschoolers.
Jumlah tersebut belum termasuk jumlah homeschoolers Primagama yang mendirikan homeschooling dibeberapa tempat seperti di
Jogjakarta, Jakarta, Tenggerang Selatan, Batam, Palembang, Denpasar dan kota-kota lain di Indonesia. Selain homeschooling tersebut diatas, masih ada
lagi homeschooling seperti SUN Homeschooling, Homeschooling Berkemas,
22
Dan Lips and Evan Feinberg, op. cit, h. 1
20
Kamyabi Homeschooling, Hughes Homeschooling, Kandank Jurank, Homeschooling
Kibar, Sekolah Dolan, Fikar Homeschooling, dan lain-lain. Homeschooling
dewasa ini banyak diminati oleh orang tua sebagai pendidikan alternatif bagi anak-anaknya. Kemudahan dan fleksibelitas waktu adalah salah
satu dari sekian alasan yang membuatorang tua memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif.
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia
Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Jauh sebelum ada sistem pendidikan modern sekolah sebagaimana yang dikenal pada saat ini,
Pendidikan dilakukan berbasis rumah. Seorang pendekar senantiasa berkeinginan agar ilmunya dapat diwarisi oleh anak-anaknya kelak. Ia pun
menerapkan Pendidikan di rumah atau menitipkan anaknya ke sebuah padepokan, jika tidak sanggup melaksanakannya sendiri. Sistem magang
adalah model yang dikenal oleh masyarakat. Demikianpun belajar otodidak yang ampai sekarang masih dilakukan. Selain itu, para bangsawan zaman
dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajarkan anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu. Sejak perkembangan industri
terjadi proses sistematisasi pendidikan dan proses belajar.
23
Di daerah Pulo Gadung, Jakarta Timur terdapat sekolah otomotif gratis yang di khususkan untuk anak-anak jalanan yang tidak tersentuh oleh program
pemerintah, seperti jatah beras untuk rakyat miskin atau yang tidak punya karto berobat untuk warga miskin. Sekolah ini bernama Sekolah Otomotif Kartini
Gratis SOKG. Pagi hingga sore hari para siswa dapat menerima jasa mencuci mobil dan motor. Malamnya mereka di ajarkan bagaimana cara mengenali
mesin sampai memperbaikinya. Sekolah otomotif ini tidak memunggut biaya sama sekali bagi siswa-siswanya. Biaya yang dikeluarkan sebagian besar
berasal dari uang pribadi pendiri sekolah otomotif kartini. Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan.
Selain karena alasan keyakian beliefs, pertumbuhan homeschooling juga
23
Yayah Komariah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternative, Jakarta: Sakura Publishing, 2007, h. 5-6
21
banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidian di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri isolationis, homeschooling terus
tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschooling pun semakin berfariasi; dengan berbagai
alasan memilih homeschooling dan dengan beragam latar belakang religious dan sekuler; kaya, kelas menengah, miskin; kota urban, pinggiran sub
urban , pedesaan rural. Keluarga praktisi homeschooling memiliki beragam
profesi; dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum.
24
Dewasa ini homeschooling mulai dikenal oleh masyarakat luas. Beragam alasan orang tua dan siswa mulai melirik homeschooling sebagai pendidikan
alternatif, mulai dari ketidak setujuan dengan sistem pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah-sekolah hingga biaya yang sangat mahal.
Homeschooling juga memiliki landasan hukum yang di atur oleh UU
Nomor 20 Sisdiknas Tahun 2003.
25
Landasan hukum ini di muat dalam UU Nomor 20 Sisdiknas Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 dan 13
26
serta pasal 27 ayat 1 dan ayat 2
27
. Homeschooling adalah model pendidikan yang berada dalam jalur pendidikan informal. Keberadaan homeschooling secara implisit telah diatur
dalam UU 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 1: Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
28
24
Yayah Komariah, ibid, h. 7
25
Seminar Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Rumah, Di laksanakan pada Kamis 22 Desember, 2011 di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tanggerang
Selatan
26
Bahwa setiap warga negara dapat memilih alternatif pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal, informal, non formal sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan minat anak.
27
Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setela peserta lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
28
Abdurrahman HRD,
Homeschooling di
Indonesia dan Problematikanya,
http:percikankehidupan.wordpress.com20081107homeschooling-di-indonesia-dan- problematikanya
, diakses pada tanggal 22 Oktober, 2011
22
Pada tanggal 10 Januari 2007, telah ditandatangani kesepakatan kerjasama Nomor: 02ETR2007 dan Nomor: 001IDKAP07
29
antara Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas PLS Depdiknas dengan Asosiasi
Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif ASAHPENA. Kesepakatan tersebut telah ditandatangani oleh Ace Suryadi, Ph. D Dirjen PLS Depdiknas
dan Dr. Seto Mulyadi Ketua Umum ASAH PENA. Kesepakatan ini meningkatkan pengakuan dan eksistensi homeschooling di Indonesia, karena
Komunitas SekolahRumah diakui sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
30
Tujuan didirikanya
homeschooling secara
umum adalah
menyelenggarakan pelayanan informal guna menanamkan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, etika dan kepribadian, estetika serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sedangkan secara khusus adalah mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudaya, bermoral, berestetika, berkepribadian Indonesia, berilmu, cakap, mandiri serta bertanggung jawab. Menghasilkan kompetensi
peserta didik yang dapat diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai SNP Standar Pendidkan Nasional.
31
Nilai-nilai agama, budaya, keterampilan serta etika dan kepribadian tidak mendapatkan porsi pengajaran yang cukup disekolah-sekolah. Jika pun
sekolah-sekolah mengajarakan nilai-nilai tersebut, maka jumalnya tidaklah semibang dengan mata pelajaran yang lain. Jika disekolah-sekolah lebih
mengejar nilai dan ijazah, maka pada homeschooling anak tidak dituntut untuk mengejar nilai atau ijazah. Mereka lebih di ajak untuk menyukai belajar sambil
mengenbangkan bakat dan minat mereka.
29
Kesepakatan terdapat pada lampiran
30
Abdurrahman HRD, Homeschooling di Indonesia dan Problematikanya
31
Seminar Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Sekolah Rumah, Di laksanakan pada Kamis, 22 Desember, 2011 di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tanggerang
Selatan
23
Adapun visi dan misi didirikannya homeschooling di Indonesia adalah “Sekolah rumah adalah terwujudnya penyelenggaraan pendidikan informal
melalui pendidikan di rumah yang mampu mengembangkan potensi, minat, bakat peserta didik agar dapat diakui oleh pendidikan formal berdasarkan
standar nasional pendidikan SNP”. Sedangkan misinya adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam proses belajar secara mandiri
yang hasilnya agar dapat diakui sama dengan hasil pendidikan formal. Memberikan kesempatan bagi peserta didik memperoleh pendidikan di rumah
berdasarkan standar nasional pendidikan. Fungsi homeschooling ini adalah mengembangkan potensi peserta didik pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kepribadian sesuai dengan standar pendidikan nasional.Memberikan kesempatan pendidikan bagi warga masyarakat untuk
melakukan kegiatan belajar secara mandiri di rumah.
32