Gambaran Umum Mengenai SUN Homeschooling
40
SUN Homeschooling terletak di dalam perumahan di kawasan Cipinang sehingga suasana belajar menjadi nyaman bagi homeschooler dalam mengikuti
proses KBM Kegiatan Belajar Mengajar. Begitu juga dengan ASAH PENA yang terrletak agak kedalam sehingga memudahkan untuk para homeschooler
yang melakukan proses kegiatan belajar mengajar agar tidak terdengar suara-suara bising dari kendaraan di jalan raya.
Adapun visi dan misi SUN Homeschooling adalah sebagai berikut Visi : Memperluas akses pendidikan bagi anak indoneisa
Misi : Menyelenggarakan komunitas pembelajaran yang menitik beratkan pada pengembangan minat, potensi dan bakat serta menyelenggarakan
komunitas pembelajaran yang mudah dijangkau Menurut penulis hingga saat ini perluasan akses pendidikan bagi anak
Indonesia masih belum terlaksana jika dilihat dari segi sarana dan prasarana yang ada pada SUN Homeschooling. Penyelenggaraan komunitas yang bertujuan untuk
menitik beratkan pada pengembangan minat, potensi dan bakat anak bias dikatakan telah tercapai walaupun belum sepenuhnya tercapai. Dalam
pengembangan bakat, minat dan potensi anak, dirasa dapat terpenuhi karena waktu bagi anak untuk belajar tidak sepadat yang ada disekolah formal. Jika
disekolah formal sekolah dilaksanakan selama lima hari dalam satu minggu, maka dikomunitas homeschooling siswa diwajibkan datang dua kali dalam semingu.
Sehingga banyak waktu yang terseda untuk memenuhi dan mengembangkan bakat, minat dan potensi anak.
Berdirinya SUN Homeschooling bertujan untuk mengembangkan model pendidikan informal, karena ketidak nyamanan pendidikan di sekolah formal,
serta untuk memenuhi kebutuhan anak. Ketidak nyamanan pendidikan di sekolah formal antara lain adalah adanya
bullying , biaya pendidikan yang semakin tinggi, dan kejenuhan terhadap mata
pelajaran serta penumpukan pekerjaan rumah. Latar belakang SUN homeschooling berdiri adalah untuk memberikan
pelayanan pada anak-anak yang merasa tidak nyaman belajar dalam sekolah formal, anak-anak yang tidak mau sekolah, keterbatasan sosialisasi, karena
41
kesehatan, komunikasi yang tidak baik seperti pemalu dan minder. Anak yang terlalu pintar, anak yang tidak dapat fokus pada satu hal seperti musik, seni dan
olahragawan. Anak-anak seperti itu memerlukan suatu lembaga atau wadah untuk memberikan pelayanan pada mereka. Dalam ber-homeschooling, anak belajar
sesuai dengan bakat, minat dan kemauan si anak dengan begitu dalam belajar anak tidak merasa dipaksa dan terbebani.
Bagi anak yang tidak mampu, ia akan merasa teringgal disaat gurunya telah melewati materi yang dikuasai sebagian besar teman-temannya. Sebaliknya
bagi anak-anak yang terlalu pandai, ia akan merasa jenuh jika diminta untuk menunggu teman-temannya yang belum dapat menguasai materi yang sudah ia
kuasai. Begitu juga dengan seorang anak yang lebih menyukai suatu mata pelajaran saja, mereka akan merasa terpaksa dan terbebani dengan mata pelajaran
yang tidak disukainya. Pada awal berdirinya, SUN homeschooling hanya memiliki tiga orang
murid yang merupakan kakak-adik. Tiga murid ini didapatkan saat SUN Homeschooling
mengadakan seminar pertama mereka di salah satu festival. Pada seminar itu di sampaikan mengenai homeschooling; apa itu homeschooling dan
bagaimana proses homeschooling itu. Seminar yang dihadiri tidak lebih dari 20 orang ini membuahkan seorang orang tua murid yang beranggapan bahwa
homeschooling adalah cara bersekolah yang nyaman dan cocok buat anak-
anaknya. Tentunya tidak semua orang tua dapat mempercayai dan meyakini sistem
yang ditawarkan oleh homeschooling. Untuk meyakinkan mereka, orang tua diberi pengarahan dan pengetahuan mengenai homeschooling. Biasanya orang tua yang
datang ke homeschooling adalah orang tua yang anaknya memiliki masalah disekolah, seperti membolos, malas kesekolah dan tidak ada minat untuk pergi
kesekolah dan belajar. Sistem homeschooling yang mulai diperkenalkan kepada publik awalnya
tidak sepenuhnya dapat dipercayai. Walaupun sistem ini telah berkembang jauh sebelum adanya pendidikan formal, tetapi tidak banyak masyarakat yang
42
mengetahui dan paham mengenai homeschooling. Sangat sedikit sekali masyarakat yang tahu bahkan paham mengenai homeschooling.
Homeschooling yang perlahan mulai dikenalkan pada masyarkat, tidak
semua orang dapat memahami mengenai homeschooling, ada yang berpendapat bahwa homeschooling itu hanyalah untuk orang-orang kaya saja, seperti anak
pejabat, anak pengusaha, artis dan atlet. Bakhan ada juga yang berpendapat bahwa homeschooling
hanya untuk anak-anak pemalas. Tidak sedikit orang tua murid yang meragukan apakah anaknya dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau tidak, jika saatnya bekerja apakah anak mendapatkan kemudahan atau kesulitan. Disini orang tua
akan diyakinkan oleh undang-undang sisdiknas yang mengatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga jalur; pendidikan formal, non formal
dan informal, ketiga-tiganya sama. Artinya, sekolah tidak hanya dilakukan di bangku sekolah. Tetapi skeolah dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Apapun dapat menjadi sumber belajar bagi anak. Misalnya si anak menyukai boneka Barbie, dari sebuah boneka Barbie si anak bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan. Siapa pembuat Barbie, dari mana asal boneka Barbie, terletak dimana negaranya, dibenua apa, benderanya bagaimana, bahasanya seperti apa,
jumlah penduduknya berapa, bagaimana iklim dinegara tersebut dan sebagainya yang secara tidak sadar anak juga akan belajar dari apa yang disukainya.
Minimnya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki orang tua murid menimbulkan keraguan apakah anak akan dapat melanjutkan sekolahnya
kejenjang yang lebih tinggi seperti saat anak berada di sekolah formal. Apakah anaknya akan mendapatkan pekerjaan dengan mudah atau malah dipersulit.
Dengan adanya undang-undang sisdiknas maka orang tua murid akan diberi pengarahan mengenai jalur pendidikan yang ada di Indonesia. Orang tua juga
akan diberi pemahaman mengenai homeschooling. SUN Homeschooling berkembang melalui berbagai cara seperti seminar-
seminar, dari mulut ke mulut, melalui brosur, melalui guru-guru PAUD, pertemuan dengan orang tua siswa, kasus-kasus yang terjadi di sekolah formal,
bahkan melalui media dan kegitaan yang melibatkan masyarakat sekitar. Perlahan
43
tapi pasti, akhirnya jumlah siswa di SUN Homeschooling kian bertambah, dari tiga orang menjadi belasan bahkan menjadi puluhan siswa yang terdaftar.
Siswa yang terdaftar di homeschooling tidak semuanya murid yang mempunyai masalah di sekolah, ada juga murid yang memang dari awal orang
tuanya ingin anaknya melakukan homeschooling. Di samping itu terdapat juga murid yang berkebutuhan khusus seperti murid yang terkena dawn sindrom,
autism dan sebagainya. Siswa di homeschooling, khususnya di SUN Homeschooling
berasal dari beragam latar belakang. Ada juga siswa yang memeiliki pengetahuan melebihi teman-teman dikelasnya, sehingga saat guru
menerangkan pelajaran untuk teman-temannya maka murid tersebut akan menjadi bosan dan akhirnya menjadi malas untuk pergi ke sekolah.
Pada homeschooling anak akan diajarkan sesuai dengan kurikulum kurikulum diknas, mereka akan diberikan waktu yang lebih untuk
mengembangkan bakat dan minatnya. Di sini guru dituntut untuk menjadi lebih sabar dalam mengahadapi para homeschooler. Dengan kesabaran dan ketulusan
dari sang guru, anak merasa nyaman dan senang dalam belajar. Biaya yang dikeluarkan oleh homeschooler bisa lebih mahal dari pada
sekolah formal bisa juga lebih murah dari pada sekolah sekolah formal. Biaya untuk komunitas homeschooling tidak semuanya mahal. SUN homeschooling dan
homeschooling Berkemas merupkan salah satu contoh dari homeschooling yang
tidak mengeluarkan biaya lebih dari sekolah formal. Adapun homeschooling Kak Seto HSKS dan Hughes homeschooling adalah contoh homeschooling yang
biayanya melebihi sekolah formal. Tetapi fasilitas yang diberikan pada anak juga sesuai seperti misalnya si anak menyukai photography, maka biaya yang
dikeluarkan untuk sekolah photography tidaklah sedikit. Juga para olahragawan yang memfokuskan pada kegitaan olahraga yang diminatinya. Homeschooling
Kandank Jurang adalah salah satu contoh homeschooling yang oleh pemerintah diberi bantuan berupa dana bantuan sekolah BOP-Bantuan Operasional
Pendidikan bagi para homeschooler. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan homeschooling dikomunitas
tentu akan berbeda denga biaya yang dikeluarkan homeschooling tunggal. Pada
44
homeschooling komunitas, orang tua akan diminta biaya untuk gaji para guru dan
biaya untuk melengkapi sarana prasana. Tetapi pada homeschooling tunggal orang tua tidak perlu membayar gaji guru atau biaya sarana dan prasarana. Besar
kecilnya pengeluaran akan tergantung bagaimana orang tua dapat menyiasatinya. Jika anak setiap minggu atau setiap bulan melakukan field trip maka biaya
homeschooling tunggal akan lebih mahal dibanding dengan homeschooling
komunitas. Jika pada komunitas orangtua hanya membayar satu kali untuk guru mata pelajaran, sedangkan homeschooling tunggal akan membiayai beberapa guru
untuk beberapa mata pelajaran jika pendidiknya bukan orangtua, yaitu anak dimasukkan dalam les-les kursus-kursus.
Keunggulan sekolah formal dibanding dengan homeschooling adalah kurangnya perhatian pemerintah pada homeschooling. Hal ini dapat dilihat dari
kurangnya bantuan yang dikerahkan untuk homeschooler. Bahkan nasib anak untuk mengikuti ujian nasional saja tergantung pada siapa pejabat dinas
pendidikan di sekolah. Jika pejabatnya paham dengan homeschooling, maka ujian tidak akan dipersulit. Sebaliknya jika pemerintahnya tidak paham mengenai
homeschooling maka ujian untuk homeschooler akan dipersulit. Dari sisi sarana
dan prasarana serta administratif untuk homeschooling juga kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Dari segi kemampuan, anak-anak yang melakukan homeschooling tidak kalah dengan anak-anak sekolah formal. Hal ini tergantung dari cara belajar
mereka yang efektif atau tidak. Bahkan ada homeschooler yang menjadi asisten dosen dan memiliki kios sendiri di Tanah Abang.
Sosialisasi di sekolah formal sangat terbatas. Anak hanya bergaul dengan orang-orang yang sama setiap harinya. Tetapi pada homeschooling anak dapat
bergaul dengan siapa saja setiap harinya, bahkan mereka bergaul dengan orang yang usianya lebih tua atau lebih muda dari mereka dan dari profesi apapun.
Sosialisasi anak tergantung olah lingkungan dan orang tua. Pada kenyataannya dewasa ini banyak anak-anak yang bersekolah formal yang
pergaulannya tidak hanya dengan yang itu-itu saja. Anak yang sekolah formal juga bergaul dengan orang yang usianya lebih tua atau lebih muda dari mereka.
45
Bahkan ada homeschooler yang bergaul hanya dengan sesama teman-teman homeschooler
.