Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 Pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan juga merupakan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Pendidikan tidak terbatas pada usia, tempat dan waktu. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, selama kita masih hidup. Menurut Zurinal, “Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-n ilai yang ada di dalam masarakat dan kebudayaan”. 1 John Dewey, sebagaimana dikutip oleh Zurinal, memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang didapat berikutnya”. 2 John .S. Brubacher, sebagaimana dikutip oleh Zurinal, berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat media yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 3 Sedangkan Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Zurinal, mendefinisikan pendidikan dengan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. 4 Zurinal sendiri berpandangan bahwa, “Pendidikan dalam pengertian sempit, dimaknai sekolah atau persekolahan schooling. Dengan kata lain, dalam pengertian sempit pendidikan merupakan pengaruh yang diuayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh 1 Zurinal, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 hal. 1 2 Zurinal, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 hal. 2 3 Zurinal, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 hal. 2 4 Zurinal, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 hal. 2 3 terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Pendidikan dalam pengertian luas adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang”. 5 Pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk mengambangkan potensi jasmani maupun potensi rohani yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan yang terorganisasi dengan pengalaman yang disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang dapat mengarahkan pengalaman yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Undang- Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB 1 Pasal 1, “Sistem pendidikan di Indonesia dikenal dalam tiga jalur, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain 6 . Pendidikan formal, nonformal dan informal diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka danatau melalui jarak jauh ”. 7 Pendidikan formal adalah pendidikan yang terdiri atas sekolah dasar SD dan MI, sekolah menengah pertama SMP dan MTs, pendidikan menengah SMA, MA, SMK, MAK, dan pendidikan tinggi yang mencakup pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB 1 Ketentuan Umum, Pasal satu dikatakan: “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Direktur Jendral Pendidikan dasar dan menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad berpendapat “Homeschooling masuk dalam katagori pendidikan bukan formal”. 8 5 Zurinal, Ilmu Pendidikan Islam: Pengantar Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 hal. 4-6 6 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB 1 Pasal 1 7 Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB 1 Pasal 1 8 Siwi Tri Puji, Homeschooling: Ketika Rumah Berubah Jadi Sekolah, Harian Republika edisi senin, 30 Januari 2012, hal. 23 4 Ada beberapa alasan mengapa banyak orang tua di Indonesia, terutama di Jakarta lebih memilih sekolah rumah. Tidak sedikit orang tua yang merasa kecewa dengan sistem pendidikan dewasa ini. Dari mulai ganti-ganti kurikulum, kekerasan di sekolah seperti guru menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah, siswa di tuntut untuk mengerjakan pekerjaan rumah PR yang tidak sedikit, jam pelajaran di sekolah yang di mulai dari jam tujuh pagi hingga jam dua siang, bahkan ada yang hingga jam tiga atau jam empat sore. Terlebih lagi bagi anak yang akan menghadapi ujian akhir sekolah kelas enam SD, kelas tiga SMP dan SMA. Bagi sebagian sekolah ada yang mewajibkan siswa-siswi untuk memilih kegiatan ektrakurikuler minimal satu; seperti Pramuka, Paskibra, PMR dan kegiatan-kegitan yang lain. Bagi siswa-siswi yang kurang mampu dalam pelajaran di sekolah, mereka diminta untuk mengikuti les atau kursus yang mempelajari mata pelajaran yang mereka kurang mampu atau lamban dalam menerima pelajaran. Dengan beragam kegiatan yang ada, siswa sering sekali merasa terbebani. Dewasa ini, biaya untuk sekolah sangatlah mahal sehingga banyak orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Keamanan pun juga menjadi alasan mengapa orang tua lebih memilih homeschooling. Pergaulan teman sebaya yang dapat mengakibatkan si anak terlibat dalam tawuran dan narkoba serta minuman keras. Kecenderungannya antara lain, bisa menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. 9 “Saya termasuk orang tua yang tidak puas dengan sistem pendidikan kita. Sudah berapa banyak sekolah yang saya datangi, hingga yang internasional, ternyata tidak memuaskan juga. Akhirnya saya putuskan untuk mengajar sendiri 9 Indosiar.com, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah, Jakarta: http:indosiar.comragam60082homeschooling--sekolah-rumah-atau-rumah-sekolah , Di Akses pada tanggal 22 Oktober 2011 5 anak- anak saya” Kata wanti Wowor, seorang ibu yang merasa tidak puas dengan sistem pendidikan di Indonesia. 10 John Lloyd menyebutkan beberapa alasan orang tua memilih homeschooling sebagai pendidikan alternatif bagi anak-anak mereka. Concerns about the school environment including safety, drugs, peer pressure, a desire to provide religious or moral instruction, dissatisfaction with instruction at other schools, an interest in a non-traditional approach . 11 Direktur Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas Ella Yulaelawati mengatakan Ada beberapa alasan mengapa para orang tua di Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecendrungannya antara lain, bisa menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik, nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. 12 Menurut Munasprianto Ramli, koordinator tutorial Homeschooling Kak Seto, sebagiaman dikutip oleh Arif Rahman, Ada berbagai alasan anak berpindah dari sekolah formal ke sekolah-rumah. Sebagian karena pengalaman kurang berkesan, bullying atau diolok-olok teman-temannya, kurang dapat mengikuti pelajaran formal, ritme kehidupan yang berbeda, serta jenuh dengan mata pelajaran dan tumpukan pekerjaan rumah. Akan tetapi, tentu tidak dapat digeneralisasi pengalaman anak di sekolah formal dan tidak dapat dibandingkan mana yang terbaik antara sekolah-rumah dan sekolah formal karena sistemnya memang berbeda. 13 Beberapa tahun belakangan ini, fenomena homeschooling nampaknya mulai muncul dan menarik perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Sekolah formal yang dianggap kurang memberi perhatian besar kepada peserta didik, juga 10 Arief Rachman, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: KOMPAS, h. 22 11 Janice Lloyd, Homeschooling Grows, USA Today, Update January 5, 2009 at 5:23pm, http:www.usatoday.comcommunitytagsreporter.aspx?=id264 , Di akses pada tanggal 14 Oktober 2011 12 Indosiar.com, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah , http:indosiar.comragam60082homeschooling-sekolah-rumah-atau-rumah-sekolah Di akses pada tanggal 22 Oktober 2011 13 Arief Rachman, Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: KOMPAS, , h. 12 6 dianggap kurang efektif dan efisien dalam rangka pemenuhan kebutuhan kecerdasan siswa didik, yakni intelektual, emosional dan spiritual. 14 Menurut Iman Munandar, “homeschooling atau sekolah rumah kini mulai banyak dillirik orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Sebagian karena merasa pembelajaran di sekolah formal kurang mengedepankan kepentingan sang anak ”. 15 Menurut Arif Rahman, “homeschooling sudah mulai menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat dalam mendidik anak ”. 16 Berkembangnya homeschooling tentu dengan berbagai alasan. Salah satu alasan yang mendasar adalah faktor ketidakpuasaan atas sistem pendidikan disekolah. Alasan lain adalah pergaulan di sekolah yang tidak sehat. Alasan tersebut dilatari dengan berbagai macam, latar belakang sosial seperti religious agama, sekuler, kaya, kelas menengah, miskin, kota, pinggiran, pedesaan. Dan latar belakang profesi orang tua seperti dokter, Pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum. Karena banyaknya orangtua siswa yang lebih memilih homeschooling sebagai sekolah alternatif bagi anak-anak mereka dan beragamnya alasan orang tua memilih homeschooling sebagai sekolah alternatif, maka penulis tertarik untuk membahas “HOMESCHOOLING SEBAGAI SEKOLAH ALTERNATIF”

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan Latar Belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Pendidikan formal dewasa ini tidak lagi dapat memberikan kepuasan terhadap para orang tua. 14 Skripsi Pelaksanaan Homeschooling Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Taman Pembinaan Anak Soleh, di akses pada tanggal 09 November 2011. 15 Iwan Munandar, Ketika Homeschooling Jadi Pilihan, Di akses pada tanggal 22 Oktober 2011, http:indosiar.comragam68434ketika-homeschooling-jadi-pilihan 16 Arief Rachman, Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta: KOMPAS , h. 9 7 2. Banyaknya tuntutan-tuntutan terhadap peserta didik dapat membuat anak merasa terbebani. 3. Kekerasan dalam sekolah dan hal-hal kecil yang akhirnya melibatkan orangtua. 4. Adanya bullying, tawuran, dan alasan keamanan lain yang membuat sekolah di anggap tidak lagi aman. 5. Tingginya tingkat anak putus sekolah Drop Out dikarenakan tidak adanya biaya untuk sekolah 17 6. Kurang berkembangnya bakat dan minat siswa 7. Kewajiban bagi setiap siswa untuk memakai seragam sekolah 8. Kewajiban seorang siswa memiliku buku yang baru, padahal buku yang lama masih dapat dipergunakan. 9. Alasan para orang tua yang memilih homeschooling sebagai sekolah alternatif bagi anak-anaknya. 10. Sistem pembelajaran flexible yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja serta tidak memberatkan bagi anak dan orang tua.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, akan membatasi masalah yang ingin diteliti, antara lain: 1. Alasan orang tua yang memilih homeschooling sebagai sekolah alternative bagi anak-anaknya. 2. Sistem pembelajaran flexible yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja serta tidak memberatkan bagi anak dan orang tua. Adapun perumusan masalah yang penulis teliti adalah ‘Bagaimana konsep homeschooling yang di implementasikan oleh SUN Homeschooling ?” D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan orang tua memilih homeschooling bagi anak-anaknya. 17 Neneng Zubaidah, Pacu Rata-rata Lama Sekolah, Seputar Indonesia, Senin 19 Desember 2011