Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan yang didirikan tentu bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang dapat dipergunakan untuk kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut perusahaan melakukan penjualan kepada masyarakat luas. Penjualan yang dilakukan dapat berupa penjualan tunai maupun penjualan secara kredit. Akan tetapi dalam perkembangan industri, khususnya industri manufaktur di Indonesia pada saat ini, telah banyak jenis perusahaan yang didirikan sehingga menimbulkan persaingan dalam masalah penjualan. Memperhatikan ketatnya persaingan inilah maka suatu perusahaan sering melakukan penjualan secara kredit di samping kebijakan tunai atau cash dalam upaya mendorong volume penjualannya. Strategi penjualan kredit ini pulalah yang pada saat ini diterapkan oleh PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle WIM Cycle Cabang Setia Budi - Medan. Dalam kenyataan yang dialami di lapangan, PT. WIM Cycle Cabang Setia Budi - Medan mendapati bahwa penjualan secara kredit sangat efektif dalam meningkatkan volume penjualan perusahaan yang berpotensi besar meningkatkan perolehan labanya juga. Hal ini berdasarkan atas pendapat yang dikemukakan Riyanto 2001:86 bahwa dengan memberikan piutang berarti perusahaan memberikan kesempatan dananya berputar untuk memperoleh lebih banyak lagi jumlah laba. Kas memang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan operasional sehari-hari perusahaan. Akan tetapi jumlah kas di tangan yang terlalu banyak juga kurang baik karena itu berarti banyak dana yang dibiarkan menganggur. Semakin cepat piutang berputar maka itu berarti perusahaan semakin cepat dan efisien dalam memutar aktivanya dan itu berarti pula bahwa kesempatan perusahaan memperoleh laba semakin besar. Walau bagaimanapun juga kebijakan penjualan secara kredit tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi yakni untuk tujuan peningkatan laba melalui peningkatan penjualan. Secara teori Riyanto 2001 : 86 menyimpulkan bahwa semakin besar jumlah piutang berarti semakin besar profitability-nya namun bersamaan dengan itu juga berarti semakin besar risiko yang mungkin terjadi atas likuditasnya. Dengan bertambahnya proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, akan bertambah pula jumlah investasi dalam bentuk piutang yang akan juga mempertinggi risiko tidak terbayarnya piutang di masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, melainkan justru menimbulkan piutang langganan. Barulah kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut Riyanto, 2001 : 85. Dengan bercermin pada keadaan resesi serta krisis moneter yang melanda Indonesia dewasa ini, penjualan secara kredit merupakan kegiatan yang cukup beresiko bahkan cenderung kurang menguntungkan karena para debitur sering memperlambat pembayaran demi menjaga likuiditas mereka sendiri. Sementara itu kebutuhan akan likuiditas tidak hanya dimiliki oleh debitur, perusahaan pemberi kredit juga memerlukan kondisi keuangan yang likuid demi keberlangsungan hidup perusahaannya. Maka masalah kemudian timbul ketika debitur melakukan pembayaran piutang melampaui waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan. Semakin besar penjualan kredit yang diberikan perusahaan, serta semakin tinggi saldo piutang perusahaan yang mengalami masalah dalam pelunasannya, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan tersebut mengalami masalah dalam likuiditas keuangannya. Untuk itulah pihak manajemen PT. WIM Cycle menyadari perlunya penanganan yang efisien dan serius secara profesional untuk menetapkan kebijakan manajemen piutang sebagai upaya menjaga kuantitas perolehan laba sekaligus memelihara likuiditas keuangan perusahaannya mereka. Berikut adalah informasi dan gambaran fluktuasi total penjualan kredit, perputaran piutang, juga keadaan likuiditas dan profitabilitasnya ditinjau dari segi Cash Ratio serta Profit Marginnya selama periode 2003 s.d 2008. Tabel 1.1 Penjualan, Laba Bersih, Kas, Hutang Lancar dan Total Aktiva PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Tahun Net Sales Net Operating Income Cash Current Liabitilities Total Assets 2003 9,372,550,000 362,112,243 545,584,239 1,134,007,790 2,714,540,609 2004 9,454,035,000 382,142,952 551,067,497 1,196,764,384 2,730,160,945 2005 9,481,239,000 391,235,809 553,822,835 1,245,780,940 2,737,633,412 2006 9,505,325,510 402,741,790 556,591,949 1,258,474,289 2,750,955,845 2007 9,978,027,260 423,955,735 581,513,977 1,265,797,362 2,884,452,461 2008 10,453,293,536 677,418,121 528,900,807 1,173,173,200 3,003,539,916 Sumber: Laporan Keuangan PT. WIM Cycle Cabang Setia Budi - Medan periode 2003 s.d 2008, data diolah Tabel 1.2 Receivable Turnover, Periode Pengumpulan Piutang Usaha, Likuiditas dan Profitabilitas PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Tahun Receivable Turnover Kali Periode Pengumpulan Piutang Usaha Hari Cash Ratio Net Profit Margin Operating Assets Turnover Kali Earning Power 2003 11.32 32.23 48.11 3.86 3.45 13.32 2004 11.39 32.04 46.05 4.04 3.46 13.98 2005 11.34 32.18 44.46 4.13 3.46 14.29 2006 11.31 32.26 44.23 4.24 3.46 14.67 2007 11.34 32.18 45.94 4.25 3.46 14.71 2008 11.67 31.29 45.08 6.48 3.48 22.55 Sumber: Laporan Keuangan PT. WIM Cycle Cabang Setia Budi - Medan periode 2003 s.d 2008, data diolah Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 di atas dapat diamati bahwa perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang dari tahun 2003 sampai tahun 2008 cenderung stabil dengan sedikit fluktuasi yang dialami setiap tahunnya, sementara cash ratio perusahaan terus mengalami penurunan dan baru mengalami peningkatan pada tahun 2007 serta kembali menurun pada tahun 2008. Kondisi ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa perputaran piutang berbanding lurus dengan cash ratio, dimana semakin tinggi tingkat perputaran piutang semakin tinggi pula cash rationya. Demikian pula dengan profit margin dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Profit margin terus mengalami peningkatan sementara return on asset-nya cenderung tetap dan tidak banyak berfluktuasi, dimana hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap kemaksimalan perusahaan dalam memperoleh laba Earning Power. Berdasarkan uraian di atas maka perlu rasanya mengetahui secara pasti mengenai kebijakan manajemen piutang yang diterapkan, masalah-masalah yang mengikutinya serta bagaimana cara pemecahannya. Melihat hal ini penulis kemudian tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Kebijakan Manajemen Piutang Serta Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin dan Earning Power Pada PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industry Cabang Setia Budi Medan.”

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

4 87 100

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

63 376 83

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earnings Ratio (PER), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM),Debt To Equity Ratio (DER) terhadap harga saham perusaahan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 112

Kemampuan Informasi Arus Kas, Gross Profit Margin, Dan Laba Bersih Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan Pada Perusahaan Property & Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 70 97

Analisis Pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Earning Per Share terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

2 51 99

Kemampuan Informasi Arus Kas, Gross Profit Margin, dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan pada Perusahaan Property, Real Estate dan Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 70 101

Analisis Hubungan Net Profit Margin dan Total Asset Turnover dengan Return on Asset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

2 118 56

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di BEI

4 54 87

Analisis Hubungan Profit Margin Dan Metode Arus Biaya Persediaan Dengan Market Value ( Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi Dan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei )

0 45 77