3. Piutang Usaha terhadap Total Aktiva Dihitung dengan membandingkan antara tingkat piutang selama setahun
dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan selama periode tersebut.
4. Piutang Usaha terhadap Penjualan Dalam hal ini piutang yang relatif lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya
dapat berarti semakin tinggi resiko terjadinya piutang tak tertagih.
E. Kebijaksanaan Kredit
Untuk mengendalikan piutang di dalam perusahaan, manajer keuangan perlu menetapkan kebijaksanaan kredit sebagai pedoman dalam menentukan apakah
seorang calon debitur akan diberikan kredit atau tidak, dan bila diberikan berapa jumlah kredit yang akan dialokasikan. Dalam hal ini perusahaan perlu
memperhatikan standard kredit yang ditetapkan serta mengawasi penerapan dari standard kredit tersebut.
Menurut Syamsuddin 2001 : 256 kebijaksanaan kredit meliputi dua 2 faktor, yaitu standard kredit dan analisa kredit.
a. Standard Kredit Standard kredit dapat dimengerti sebagai suatu rincian nilai-nilai atau
karakteristik yang menentukan apakah seorang pelanggan akan menerima kredit atau tidak. Sejumlah variabel terlibat dalam pengambilan keputusan dan pada
prakteknya beberapa pelanggan lemah dapat saja diberi kredit dalam kondisi- kondisi yang telah ditentukan.
Standard kredit dari suatu perusahaan didefinisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh pelanggan sebelum kredit diberikan. Kriteria
yang harus dimiliki oleh pelanggan biasanya meliputi: 1. Nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-
hutang dagangnya, baik kepada perusahaan kita maupun kepada perusahaan yang lain.
2. Kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang diberikan. 3. Rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang.
Perusahaan bisa saja mengubah standard kredit yang ingin diterapkannya, namun terlebih dahulu harus mempertimbangkan faktor-faktor penting yang
berkaitan dengan keputusan-keputusan pemberian kredit. Jika suatu perusahaan memutuskan untuk melakukan penjualan kredit hanya kepada para pelanggan
yang kuat maka kerugian akibat timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya, tingkat penjualan potensial kepada pelanggan yang mungkin tidak
begitu kuat finansialnya yang hilang akibat diabaikan justru bisa saja lebih besar daripada biaya yang dapat dihindarinya. Maka dari itu perusahaan juga harus
memperhatikan kualitas para pelanggan dan kualitas kredit yang akan diberikannya.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang harus dipertimbangkan perusahaan sehubungan dengan perubahan standard kreditnya Syahyunan, 2005 :
63, yakni: 1. Volume penjualan
Perubahan standard kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan. Apabila standard kredit diperlonggar, maka diharapkan akan dapat
meningkatkan volume penjualan. Sebaliknya, apabila standard kredit diperketat maka diperkirakan volume penjualan akan menurun.
2. Investasi dalam piutang Memiliki piutang berarti menimbulkan biaya untuk pengadaannya bagi
perusahaan. Jika standard kredit diperlonggar maka volume piutang perusahaan akan meningkat sehingga biaya pengadaannya juga akan ikut
meningkat. Sebaliknya bila standard kredit diperketat maka volume piutang perusahaan akan menurun, demikian pula dengan biaya pengadaannya.
3. Biaya piutang ragu-ragu Probabilitas kemungkinan kerugian akibat piutang tak tertagih atau bad deb
expenses akan semakin meningkat dengan diperlonggarnya standard kredit, dan akan menurun bilamana standard kredit diperketat.
b. Analisis Kredit Evaluasi pemberian kredit biasanya terdiri dari tiga 3 tahap Sawir, 2005 :
199 yaitu:
1. Pengumpulan informasi tentang permintaan kredit 2. Analisis credit worthiness
3. Keputusan pemberian kredit. Sumber informasi pemohon kredit yang umumnya digunakan adalah:
1. Laporan keuangan 2. Laporan dan tingkat kelayakan kredit
3. Pengecekan bank 4. Pengecekan di dunia usaha
5. Pengalaman perusahaan sendiri
Lima kriteria utama The Five C’s of Credit yang sering digunakan untuk menilai kemampuan pemohon kredit Syahyunan, 2004 : 62 yaitu:
1. Karakter Character Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, dan status sosial
dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar willingness to pay.
2. Kapasitas Capacity Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan atau
pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dapat dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam usahanya. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan untuk membayar ability to pay. 3. Kapital Capital
Mengukur posisi keuangan perusahaan pemohon kredit secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan
hutang dan modalnya. 4. Kolateral Collateral
Mengukur besarnya aktiva perusahaan pemohon kredit yang dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.
5. Kondisi Conditions Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya
terhadap perusahaan yang bersangkutan, terhadap kemampuannya untuk memenuhi kewajiban.
Perusahaan juga perlu untuk mempertimbangkan tingkat kepercayaan pihak luas terhadap pelanggan yang disebut sebagai soliditas, yaitu:
1. Soliditas Komersil Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari kejujuran pimpinan perusahaan untuk selalu memenuhi janji dan kewajiban tepat pada waktunya.
2. Soliditas Finansial Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja perusahaan yang cukup, sehingga perusahaan diharapkan dapat memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu.
3. Soliditas Moral Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan
sebagai akibat dari sifat-sifat dan moral baik dari pimpinan perusahaan.
F. Syarat Kredit