2. Subjek dan objek dalam perjanjian tukar-menukar
Subjek hukum dalam perjanjian tukar-menukar adalah pihak pertama dan pihak kedua, baik orang dengan orang atau orang dengan badan hukum atau badan
hukum dengan badan hukum, asal mereka masing-masing adalah pemilik barang yang dijanjikan untuk diserahkan dalam tukar-menukar. Sedangkan objek tukar-
menukar adalah semua barang, baik barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak Pasal 1542 KUH Perdata. Dengan syarat barang yang menjadi objek
tukar-menukar tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Jika pihak yang satu telah menerima barang yang telah ditukarkan
kepadanya, dan kemudian ia membuktikan bahwa pihak yang lain bukan pemilik barang tersebut, maka tak dapatlah ia dipaksa untuk menyerahkan barang yang
telah ia janjikan dari pihaknya sendiri, melainkan mengembalikan barang yang telah ia terima Pasal 1543 KUH Perdata. Pihak yang telah melepaskan barang
yang diterima dalam perjanjian tukar-menukar maka ia dapat memilih, apakah ia akan menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga dari pihak lawannya atau
menuntut pengembalian barang yang telah ia berikan Pasal 1544 KUH Perdata Tuntutan itu hanya dilakukan terhadap satu alternative yang dipaparkan diatas,
yaitu menuntut biaya, rugi, dan bunga atau pengembalian barang. Jadi, pihak yang menyerahkan barang tidak dapat menuntut kedua alternative tersebut di atas.
3. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian tukar-menukar
Pihak pertama dan pihak kedua, masing-masing berkewajiban untuk menyerahkan barang yang ditukar sedangkan haknya menerima barang yang
ditukar.Begitu pula kewajiban untuk menanggung “vrijwaring”, “warranty”
akan kenikmatan tentram dan terhadap cacat-cacat tersembunyi “verborgen gebreken”, “hidden defects” berlaku bagi seorang yang telah memberikan
barangnya dalam tukar-menukar. Adanya kealpaan dalam menunaikan kewajiban- kewajiban tersebut merupakan wanprestasi “breach of contract”yang merupakan
alasan menuntut ganti rugi atau pembatalan perjanjian. Jika pihak yang satu telah menerima barang yang ditukarkan kepadanya,
dan kemudian dia membuktikan bahwa pihak yang lain bukan pemilik barang tersebut, maka tak dapatlah dia dipaksa menyerahkan barang yang telah dia
janjikan dari pihaknya sendiri, melainkan hanya untuk mengebalikan barang yang telah diterimanya itu. Demikianlah ditetapkan oleh Pasal 1543 KUH Perdata.
Siapa yang karena suatu penghukuman untuk menyerahkan barangnya kepada seorang lain, telah terpaksa melepaskan barang yang telah diterimanya
dalam tukar-menukar, dapat memilih apakah ia akan menuntut ganti rugi dari pihak lawannya ataukah ia akan menuntut pengembalian barang yang telah ia
berikan Pasal 1544 KUH Perdata. Ketentuan ini merupakan perwujudan dari kewajiban dari masing-masing pihak untuk menjamin kenikmatan tentram atas
barang yang telah diserahkannya dalam tukar-menukar. Namun dengan sendirinya penuntutan pengembalian barang yang telah diserahkan kepada pihak lawan,
hanya dapat dilaksanakan selama barang itu masih berada ditangannya dalam miliknya pihak tersebut, sebab dapat juga terjadi pihak tersebut sudah
menjualnya kepada orang lain; dalam hal yang demikian tinggallah tuntutan ganti rugi yang dapat dilancarkan.
4. Akibat hukum perjanjian tukar-menukar