Latar Belakang Perjanjian Tukar-Menukar (Barter) Tanah Hak Milik (Studi Kasus : Gugatan Perdata NOMOR:06/Pdt.G/2006/PN. Tembilahan-Riau)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuhan Yang Maha Pemurah telah menciptakan manusia disertai Bumi, Air dan ruang angkasa untuk kelangsungan dan perkembangan hidup manusia. Tanah yang merupakan permukaan bumi sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 3 dan Pasal 4 ayat 1 UUPA merupakan tempat manusia hidup dan berkembang, tanah menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia. Manusia hidup dan berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya berhubungan dengan tanah. Setiap orang memerlukan tanah tidak hanya pada masa hidupnya tetapi pada saat meninggalpun manusia membutuhkan tanah guna tempat penguburannya. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan maka manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasi tanah. Penguasaan tanah diupayakan semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk dapat menguasai tanah dan tentunya mempertahankannya juga dari pihak lain. Tanah sebagai suatu benda yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sudah lama dirasakan orang. Dalam berbagai aspek kehidupan orang membutuhkan tanah. Begitu pentingnya tanah bagi manusia dapat dilihat dari kenyataan bahwa manusia tidak mungkin hidup terlepas dari tanah. Berbagai aktivitas manusia selalu berhubungan dengan tanah dan dilakukan diatas tanah. Rumah sebagai tempat berlindung, berbagai gedung kantor, pabrik, pusat perbelanjaan, sekolah, dan bahkan juga pembangunan rumah ibadah didirikan diatas tanah. Tanah juga bagi kebanyakan orang merupakan simbol status yang penting untuk menunjukkan keberadaan seseorang. Semakin banyak bidang tanah yang dimiliki dan semakin luas tanah yang dimiliki seseorang maka menunjukkan bahwa orang tersebut semakin berada dan dihormati orang lain. Sebagai simbol status orang selalu menginginkan memiliki tanah yang luas, bidang tanah yang banyak, dan berada pada kawasan strategis. Tanah sebagai simbol status ini merupakan salah satu motif yang mendorong orang untuk menguasai tanah. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan kedudukan yang sangat penting bagi tanah dan benda-benda yang melekat pada tanah. Dalam rumusan Pasal 520 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Pekarangan dan kebendaan tak bergerak lainnya yang tidak terpelihara dan tiada pemiliknya, seperti pun kebendaan mereka yang meninggal dunia tanpa ahli waris, atau yang warisannya telah ditinggalkan, adalah milik negara”. 1 Begitu berharganya tanah maka manusia selalu berupaya untuk mendapatkannya. Upaya ini dapat dilakukan salah satunya adalah dengan tukar- menukar barter. Seperti halnya yang telah dilakukan antara Huria Kristen Batak Protestan HKBP Tembilahan-RIAU yang merupakan tempat penulis bergereja 1 Prof. R. Subekti,SH,dan R. Tjitrosudibio,Kitab Undang-Undang hukum Perdata ,Pradnya Paramita, Jakarta, 2001,hal. 162 dengan H.EDDI MAHMUDDIN BETA. Alasan yang mendorong keduanya untuk melakukan tukar-menukar adalah HKBP Tembilahan memerlukan tanah dengan luas dan lokasi yang cocok untuk pekuburan umat kritiani sekaligus untuk tempat membangun rumah ibadah gereja yang lebih baik lagi dan H. Eddi Mahmuddin Beta memerlukan tanah yang strategis untuk tempat Perumahan perkantoran. Dengan kebutuhan masing-masing akan tanah maka mereka saling bersepakat melakukan tukar-menukar tanah hak milik mereka satu sama lain. Perbuatan ini tentu saja mengakibatkan pemilikan dan hak penguasaan tanah beralih dari satu pihak kepada pihak lain. Tukar-menukar adalah peristiwa hukum yang dikehendaki secara bersama oleh pihak yang bermaksud mengalihkan hak milik atas tanah dengan pihak yang bermaksud untuk menerima pengalihan hak milik atas tanah. Pengertian ini juga sama halnya dengan pengertian perjanjian tukar- menukar pada umumnya yang termuat dalam Pasal 1541 KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian tukar-menukar adalah suatu perjanjian, dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal balik sebagai suatu ganti barang lainnya”. 2 1 Jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut adat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk Dalam hal peralihan hak milik atas tanah terjadi karena jual-beli, hibah maupun tukar-menukar, maka ketentuan Pasal 26 UUPA menentukan bahwa: 2 Ibid, hal. 380 memindahkan Hak Milik serta pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3 Dengan demikian jelaslah bahwa UUPA melakukan pembatasan terhadap peralihan hak milik atas tanah, hanya mereka yang memenuhi ketentuan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat 1 jo. Pasal 21 ayat 2 UUPA saja yang dapat menjadi pemegang hak milik atas tanah. Pasal 21 bebunyi : 1 Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hak milik. 2 Oleh pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya. 4 1 Hak Milik dapat diberikan kepada : Bahkan selanjutnya dalam ketentuan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 jo. Pasal 7, yang menyatakan bahwa: a. Warga negara Indonesia; b. Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: 1. Bank Pemerintah; 2. Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh pemerintah. 3 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001, hal. 523 4 Ibid, hal. 522 2 Pemberian Hak Milik untuk badan hukum hanya dapat diberikan atas tanah- tanah tertentu yang benar-benar berkaitan langsung dengan tugas pokok dan fungsinya. Dalam hal pemberian hak atas tanah secara individual atau kolektif sepanjang mengenai Hak Milik yang dipunyai badan hukum keagamaan, badan hukum sosial dan badan hukum lain yang ditunjuk oleh pemerintah, Hak Guna Usaha, Hak Pakai tanah pertanian diatas tanah negara dan hak-hak lainnya yang menurut sifatnya harus memerlukan izin peralihan hak, dalam penerbitan keputusan pemberian haknya harus mencantumkan persyaratan izin peralihan hak dan mencatatnya dalam sertifikat. Yang selanjutnya dipertegas kembali dengan ketentuan Pasal 134 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No.9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Hak Pengelolaan tersebut, yang menyatakan bahwa izin peralihan hak atas tanah diperlukan hanya untuk peralihan Hak Milik yang dipunyai oleh badan hukum keagamaan, badan hukum sosial dan badan hukum lain yang ditunjuk oleh pemerintah, Hak Guna Usaha, Hak Pakai tanah pertanian di atas tanah negara dan hak-hak lain yang di dalam sertifikatnya dicatat memerlukan izin. Dengan demikian Huria Kristen Batak Protestan HKBP Tembilahan selaku badan hukum keagamaan yang ditunjuk oleh Pemerintah dan H. EDDI MAHMUDDIN BETA yang merupakan warga negara Republik Indonesia tidak mempunyai halangan untuk memiliki tanah dan dapat melakukan perbuatan hukum atas tanah milik mereka seperti halnya peralihan hak atas tanah dengan cara tukar-menukar. Dalam hal peralihan hak atas tanah yang dilakukan antara Huria Kristen Batak Protestan HKBP Tembilahan dengan H.EDDI MAHMUDDIN BETA, dilakukan dengan diawali pembuatan perjanjian antara para pihak yang sepakat untuk mengadakan tukar-menukar tanah dengan maksud menegaskan dan memperjelas hak dan kewajiban diantara para pihak. Seperti halnya perjanjian pada umumnya, pada perjanjian tukar-menukar tanah hak milikpun dibuat berdasarkan kesepakatan bebas kedua belah pihak yang cakap bertindak demi hukum pemenuhan syarat subjektif untuk melaksanakan suatu prestasi yang tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, kepatutan kesusilaan, ketertiban umum, serta kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas pemenuhan syarat objektif Perjanjian yang telah ditandatangani dan dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya sesuai dengan isi Pasal 1338 ayat 1 Buku III KUH Perdata tentang perikatan yang dikenal dengan asas pacta sunt servanda. Walaupun perjanjian tukar-menukar tanah hak milik telah memuat keinginan para pihak dan berdasarkan kesepakatan bebas para pihak tak jarang di kemudian hari muncul masalah diantara para pihak atau pihak ketiga. Hal inilah yang terjadi dalam perjanjian tukar-menukar tanah hak milik antara Huria Kristen Batak Protestan HKBP Tembilahan dengan H.EDDI MAHMUDDIN BETA. Iini terjadi tidak lain karena pentingnya dan betapa bernilainya tanah bagi manusia. Disinilah pentingnya perlindungan hukum yang dapat menjamin kepentingan-kepentingan para pihak dalam perjanjian tukar-menukar tanah hak milik, terkhusus bagi kasus yang terjadi di tempat penulis seperti yang telah digambarkan sepintas diatas.

B. Perumusan Masalah