Pembahasan hasil pengujian titik kabut cloud point Hasil pembahasan kadar air.

Berdasarkan tabel diatas besar flash point B10, B20 berada dibawah rentang minyak solar maka dapat digolongkan kedalam standar bahan motor diesel. Titik nyala tidak punya pengaruh secara langsung dalam persyaratan pemakaian bahan bakar untuk mesin diesel. Titik nyala berhubungan langsung dengan mudah atau tidaknya suatu bahan bakar dapat terbakar. Titik nyala yang rendah menyebabkan zat tersebut mudah dibakar, sehingga sifat fisis ini sangat penting sekali sebagai syarat suatu zat dapat dikatakan sebagai bahan bakar. Titik nyala yang mendekati dengan tempratur ruang tersebut sangat tidak aman apabila zat ini digunakan sebagai bahan bakar, dikarenakan dapat menimbulkan kebakaran apabila terjadi percikan api disekitar zat tersebut. Rendahnya titik nyala metil ester disebabkan karena masih terdapatnya pelarut organic yang digunakan dalam proses pembuatan. Adapun flash point erat sekali hubungannya dengan penyimpanan dan pengangkutan. Dengan mengetahui flash point sesuatu bahan bakar para pekerjadi bidang jenis bahan bakar dapat mengatasi resiko kebakaran.

4.2.4 Pembahasan hasil pengujian titik kabut cloud point

Besarnya hasil pengujian Cloud point yang dilakukan terhadap biodiesel minyak kemiri B10, B20, B100 bila dibandingkan dengan minyak solar dan minyak biodiesel menurut SNI dapat kita lihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4. 4 Hasil pengujian cloud point Hasil Analisa Acuan ParameterSatuan B10 B20 B100 Biodiesel SNI Solar Cloud Point C -0,4 -4,5 -19.3 Maks18 Maks18 Dari tabel diatas besarnya Cloud point B10, B20 B100 lebih kecil dari standar biodiesel menurut SNI dan standar mutu minyak solar sehingga layak digunakan untuk bahan bakar motor diesel. Bila Cloud point semakin kecil semakin bagus tetapi bila Cloud point semakin tinggi kwalitas biodieselnya kurang baik. Cloud point yang tinggi juga dapat berpengaruh terhadap kadar air sehingga akan Universitas Sumatera Utara menaikkan viscositas dan densitas sehingga tabung tempat penyimpanan biodiesel akan lebih cepat mengalami korosi. Cloud point ini erat sekali kaitannya dengan negara-negara yang mengalami musim dingin.

4.2.5. Hasil pembahasan kadar air.

Berdasarkan pengujian kadar air yang dilakukan terhadap biodiesel B10, B20, B100 dibandingkan dengan minyak solar dan minyak biodiesel menurut SNI dapat kita lihat pada tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4. 5 Hasi pengujian kadar air Hasil Analisa Acuan ParameterSatuan B10 B20 B100 Biodesel SNI Solar Kadar Air 0.03 0.09 0.09 0,05 Maks 0,05 Dari tabel diatas B10 memenuhi standar mutu solar dan standar biodiesel menurut SNI, sedangkan B20 dan B100 tidak memenuhi standar minyak solar dan biodiesel menurut SNI.. Besarnya kadar air sangat menentukan kwalitas bahan bakar keberadaan kadar air yang tinggi dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar dan juga dapat menyebabkan korosi serta pertumbuhan mikroorganisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Kadar air yang tinggi pada B20 B100 disebabkan beberapa hal al : pengeringan sampel kurang kering, pemisahaan ekstrak dengan minyak, adanya residuksi katalis KOH, pemisahan yang tidak sempurna pada saat melakukan proses transesterifikasi.

4.2.6. Hasil pembahasan bilangan iod

Dokumen yang terkait

Sintesis Biodiesel Sawit Melalui Reaksi Interesterifikasi Menggunakan Katalis Enzim Lipase Terimobilisasi: Kajian Penggunaan Ulang (Recycle) Enzim Sebagai Katalis

1 37 104

Pengaruh Tipe Katalis KOH Dan CaO Pada Pembuatan Biodiesel Turunan Minyak Kacang Tanah Melalui Transesterifikasi Dengan Lama Reaksi 3 Jam Pada Suhu 65 Oc Menggunakan Eter Sebagai Cosolvent

9 136 92

Analisis Sifat Sifat Fisika-Kimia Dan Emisi Gas Buang Dari Biodiesel B10, B20 Turunan Minyak Kacang Tanah Melalui Proses Transesterifikasi Dengan Katalis KOH

3 75 79

Pengaruh Katalis Koh Dan Cao Pada Pembuatan Biodiesel Minyak Kemiri Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Eter Sebagai Kosolvent

5 43 72

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi Dengan KOH

5 19 95

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA DENGAN KATALIS BASA MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO.

0 1 6

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA DENGAN KATALIS BASA MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE).

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi Dengan KOH

0 0 4

Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit Alam yang Dimodifikasi Dengan KOH

0 2 12

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KOH

0 1 150