Dari data karakteristik mutu solar diperoleh bahwa rentang densitas solar berada pada 0,82 grcm
3
– 0,87 grcm
3
. Sedangakan rentang Densitas Biodiesel yang diperoleh dari forum biodiesel Indonesia berdasarkan metode uji ASTM D- 1298
berkisar 0,850grcm
3
– 0,890grcm
3
. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar densitas berdasarkan tabel diatas B10 = 0,819gcm3 B20 = 0,829gcm3
memenuhi standar biodiesel SNI dan standar minyak solar karena berada diantara rentang SNI dan solar. B10 lebih kecil densitasnya karena mengandung FAME
yang kecil. Bertambah kecilnya densitas B10 karena sangat didominasi densitas minyak solar. Pada B20 sudah terjadi kenaikan sedikit disebabkan kadar FAME 2
kali lipat. Turunnya densitas dapat disebabkan dari campuran FAME dengan solar, B10 bahan FAME 10 terdapat densitas 0,819gcm3. Naiknya kadar
FAME naik densitas bahan bakar. Standar pengujian dibuat dua yaitu antara minyak solar dan biodiesel menurut SNI karena B10, B20 percampuran antara
minyak solar dan Biodiesel murni. B100 densitasnya lebihb tinggi dibandingkan B10 B20 karena dipengaruhi oleh : Karena proses pencucian dan pemurnian
tidak maksimal sehingga dihasilkan monogliserida, digliserida, trigliserida yang yang jumlah sangat besar tetapi perbedaan densitas masih berada dalam rentang
standart mutu biodiesel Indonesia. Densitas yang tinggi kurang baik terhadap penggunaan bahan bakar motor diesel.
4.2.2 Pembahasan hasil pengujian viskositas
Besarnya hasil pengujian viskositas yang dilakukan pada biodiesel B10, B20 B100 dibandingkan dengan minyak solar dan minyak biodiesel menurut
standar SNI sebagai acuan dapat kita lihat pada tabel 4.2 dibawah ini .
Tabel 4. 2 Pengujian viskositas
Hasil Analisa Acuan
ParameterSatuan B10
B20 B100
Biodesel SNI Solar
Viscositas cSt 3,992
4,116 5,788
2,3- 6,0 1,6-5,80
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data karakteristik mutu solar dengan metode uji ASTM D-445 batas nilai viskositas pada suhu 40
C, berada pada rentang 1,6 cSt - 5,8 cSt, sedangkan batas nilai viskositas pada suhu 40
C dengan metode uji Hasil pengujian viskositas biodiesel SNI viskositas 2,3cSt – 6cSt, sedangkan
Berdasarkan tabel hasil penelitian besarnya Viscositas B10 = 3,92cSt B20 = 4,116cSt, B100 = 5,788cSt masih berada pada rentang standar biodiesel SNI dan
standar minyak solar. Bila viscositas semakin besar kurang baik sebab viscositas yang tinggi berpengaruh langsung terhadap kemampuan bahan bakar bercampur
dengan udara,serta mempengaruhi kecepatan alir bahan bakar melalui injector, mempengaruhi derajat atomosasi bahan bakar dalam ruang bakar. Dan sebaliknya
bila Viscositas yang terlalu encer juga tidak bagus karena dapat bocor melalui lubang injector serta tidak dapat masuk lebih jauh kedalam silinder pembakaran.
Pada umumnya bahan bakar tidak boleh terlalu tinggi viscositas dan tidak boleh terlalu rendah harus memenuhi batasan batasan tertentu sesuai dengan acuan.
Viscositas yang terlalu tinggi dipengaruhi beberapa hal mis proses pemisahan antara gliserol dengan minyak biodiesel tidak sempurna pencucian, pengaruh
ester, pengaruh katalis, pengaruh kadar air.
4.2.3 Pembahasan hasil pengujian flash point
Besar hasil pengujian Flash Point yang dilakukan terhadap biodiesel minyak kemiri B10, B20 dan dibandingkan dengan minyak solar dan minyak biodiesel
menurut SNI dapat kita lihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4. 3 Hasil pengujian flash point
Hasil Analisa Acuan
Parametersatuan B10
B20 B100
Biodesel SNI Solar
Flash PointoC 57
58 Tidak diuji
Min 100 Maks 150
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas besar flash point B10, B20 berada dibawah rentang minyak solar maka dapat digolongkan kedalam standar bahan motor diesel. Titik
nyala tidak punya pengaruh secara langsung dalam persyaratan pemakaian bahan bakar untuk mesin diesel. Titik nyala berhubungan langsung dengan mudah atau
tidaknya suatu bahan bakar dapat terbakar. Titik nyala yang rendah menyebabkan zat tersebut mudah dibakar, sehingga sifat fisis ini sangat penting sekali sebagai
syarat suatu zat dapat dikatakan sebagai bahan bakar. Titik nyala yang mendekati dengan tempratur ruang tersebut sangat tidak aman apabila zat ini digunakan
sebagai bahan bakar, dikarenakan dapat menimbulkan kebakaran apabila terjadi percikan api disekitar zat tersebut. Rendahnya titik nyala metil ester disebabkan
karena masih terdapatnya pelarut organic yang digunakan dalam proses pembuatan. Adapun flash point erat sekali hubungannya dengan penyimpanan dan
pengangkutan. Dengan mengetahui flash point sesuatu bahan bakar para pekerjadi bidang jenis bahan bakar dapat mengatasi resiko kebakaran.
4.2.4 Pembahasan hasil pengujian titik kabut cloud point