4.2.2 Eko
Eko 39 berasal dari suku jawa adalah bapak dari 3 orang anak, menyndang status duda pada usia 35 tahun setelah menjalani kehidupan perkawinan dengan Ata
bukan nama sebenarnya selama lebih kurang 10 tahun dan masih tetap menduda pasca perceraiannya sampai saat ini sekarang ini.
Setelah perceraianya 4 tahun yang lalu dengan ata, eko menjalani kehidupan perkawinan sebagai seorang ayah sekaligus ibu bagi ketiga anaknyna Ari8, kelas 4 SD,
Enci 6 kelas 2 SD, Tina 3 Play group. Memasak mengurusi anak-anak dan rumah tangga adalah pekerjaan sehari-hari yang eko jalani disamping ia harus mencari nafkah.
Untuk urusan cuci dan strika Eko mengupahkan kepada tetangga, eko sengaja tidak mengupahkan untuk mengurusi rumah tangganya karena takut terjadi fitnah kaerena dia
tidak punya pasangan. Berdasarkan keputusan Pengadilan Agama Kabupaten Asahan Ata, yang telah
menikah kembali enam bulan pasca perceraiannya dengan Eko, secara hokum dianggap sanggup mengasuh anak mereka yang secara otomatis hak asuh terhadap tiga orang anak
mereka jatuh ketangan Eko. Pengalaman pahit dan rasa kecewa yang mendalam atas kegagalanya membina
rumah tangga dengan Ata jelas terlukis diraut wajah Eko. Eko yang sebelum menikah dengan Ata sangat mendambakan keluarga bahagia yang islami merasa sangat terpukul
terhadap masalah rumah tangga dialaminya di meja hijau. Sampai sekarang trauma terhadap kegagalan pernikahan masih menghantui Eko yang mengakibatkannya belum
berani berpikir terlalu jauh untuk mulai membina rumah tangga yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga bahagia menurut Eko adalah keluarga yang anggotanya lengkap seorang suami, istri dan anak, makan bersama minimal saat makan malam, mengingat
beliua harus berangkat pada pagi hari dan harus pulang pada malam hari, sholat berjamaah minimal magrib, isya dan subuh.
Rasa tanggung jawab sebagai kepala keluarga serta rasa kasih saying pada buah hatinya membuat Eko tidak mudah menerima kenyataan harus bercerai. Sebelum
terjadinya perceraian Eko telah mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan cara mencoba berunding dengan Ata, berunding dengan kelularga kedua belah pihak, namun
akhirnya titik terang tidak pernah ditemukan. Secara ekonomi Eko yang mempunyai toko grosir pakaian yang cukup besar
dipasar Air Batu dengan empat orang karyawan tidaklah berat untuk menghidupi tiga orang anaknya, namun beliau mersa cukup berat untuk memberi kasih sayang dan
perhatian yang meksimal untuk ketiga buah hatinya. Diakhir wawancara dengan Eko yang mempunyai latar belakang ekonomi dan
mendapat gelar sarjana ekonomi dari salah satu perguruan tinggi di Medan, yang ketika menikah dengan Ata sudah merasa siap secara mental usia, psikologis maupun ekonomis.
Menjaga keutuhan perkawinan adalah tanggung jawab berdua jangan sampai terjadi perceraian karena yang menjadi korban adlah darah daging anda sendiri.
4.2.3 Ita