Ira Persepsi informan Terhadap Kawin Cerai

hasilnya tetap tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ita yang begitu berat untuk bercerai karena mempertimbangkan masa depan anak semata wayang mereka, akhirnya tidak tahan juga karena Wili masih tidak mempunyai iktikat baik dan kesungguhan untuk berubah, atas kejadian inilah Ita bersikeras untuk menggugat cerai suaminya. Perceraian dengan Wili tidak membuat wanita berdarah batak itu terpuruk, bagi Ita perceraian bukan hal yang memalukan, bukan beban, dan juga bukan hal yang perlu ditangisi, buat apa sebuah pernikahan dipertahankan kalau memang kita sudah tidak mendapatkan kenyamanan lagi, tujuan pernikahan menurut saya adalah saling mengerti peran dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing, saling jujur, melindungi dan menyayangi bukan saling menyakiti dan saliang membohongi. Ketika di singgung tentang maraknya penomena kawin cerai dengan antusias Ita menjawab” menikah itu sekaligus kewajiban bagi orang yang sudah mencapai usia pernikahan sesuai Undang-undang dan juga mempunyai kesanggupan untuk menikah, mendapat kenyamanan juga hak atau dambaan setiap orang yang berumah tangga, jika kenyamanan dalam rumah tangga tidak didapat lagi berarti tujuan pernikahan itu sudak tidak jelas lagi.

4.2.4 Ira

Ira 24 seorang guru di SD Air Batu dengan latar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Agama Islam, rencananya akan menikah dengan seorang pria yang berdarah Mandailing bernama Fae 27 yang bekerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan. Ira seorang wanita yang berdarah Jawa yang yang bertunangan dengan Fae juli 2007 setelah menjalin hubungan asmara selama tiga tahun dalam wawancara mengatakan “ bagi saya yang masih memulai membina rumah tangga ngeri mendengar kata cerai” saya juga tidak Universitas Sumatera Utara abis piker sebuah perkawinan yang dilandasi oleh perasaan kasih saying dan cinta yang tulus, kesepakatan bersama, ikrar yang suci, yang dilalui dengan proses yang sedemikian panjang, mulai dari tahap pengenalan, pendalaman karakter, perkenalan dengan keluarga, lamaran, tunangan, kemudian harus berakhir di Pengadilan, bahkan lebih tragis lagi ada yang diahiri tanpa kata cerai, yaitu dengan pergi meninggalkan rumah tangganya dan tanggung jawabnya dalam waktu yang lama tanpa kabar berita, yang jelas-jelas sangat metugikan pihak yang ditinggalkan. Ira yang begitu prihatin terhadap fenomena kawin cerai yang terjadi pada masyarakat sekelilingnya menggagp orang yang dengan mudah memutuskan hubungan rumah tangga dengan kata cerai, apalagi perceraian tersebut tidak dip roses secara hokum dan anak-anak dari hasil perkawinan tidak dipikirkan mas depannya, adalah orang yang menggagap perkawinan itu ikatan yang suci dan anak-anak hasil perkawinan merupakan titipan Sanga Pencipta yang harus dipertanggung jawabkan kelak dihadapanNya. Ira yang lahir dari orang tua bercerai pada saat berusia sembilan bulan adalah orang yang tidak berdaya mendengar kata cerai. Perceraian kedua orangtua Ira tidak dip roses secara hukum di Pengadilan melainkan ayahnya pergi begitu saja meninggalkan keluarganya dan semua tanggung jawabnya begitu saja tanpa meninggalkan pesan kepada istrinya yang harus menghidupi kedua orang anaknya pasca kepergian suaminya. Dalam wawancara Ita mengatakan “ dengan semua hal yang menimpa keluarga orang tua saya, Alhamdulillah tidak menjadikan saya takut akan pekawinan. Tetapi walaupun demikian saya adalah orang yang sangat takut dengan peceraian” hati saya begitu miris dengan kata itu. Dengan cerai saya yang mendambakan figure seorang yang Universitas Sumatera Utara saya panggil dengan sebutan ayah dengan nasehat-nasehatnya ketika saya mempunyai masalah, dan dengan pelukannya ketika saya butuh perlindungan, jangankan mendapatkan itu semua keinginan untuk mengenal wajah ayah kandung saya sampai sekarangpun belum kesampaian. Rasa sakit yang saya raskan tidak mengenal ayah kandung saya sampai sekarang, menjadikan saya orang yang iba ketika saya mendengar orang yang akan bercerai. Dengan lima huruf maka segalanya akan berantakan, kalau semuanya dibicarakan dengan baik-baik pasti akan ada penyelesaian setiap konflik dan itu bukan perceraian, kalau sebelum menikah atau diawal menikah kita bisa bicarakan semuanya baik-baik mengapa setelah menikah ada masalah kita tidak bisa bicarakan baik-baik dan perceraian dianggap sebagai solusi. Ketika ditanya pendapatnya tentang rumah tangga bahagia, dengan santai sosok yang sangat keibuan ini menjawab “ bagi saya yang dinamakan dengan rumah tangga bahagia adalah jika masing-masing anggota rumah tangga bahwa rumah adalah tempat yang paling nyaman baginya seperti kata Nabi Muhammad SAW “ Baiti Jannati” yang artinya rumahku adalah surgaku.

4.2.5 Wina

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

0 31 118

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

Cerai Gugat Terhadap Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan Nomor 0338/Pdt.G/2013/Pajs )

0 5 79

Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara

0 14 125

Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.

0 0 2

TRADISI KAWIN LARI MASYARAKAT MUSLIM DI DESA BAYAN KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA.

0 8 79

STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Muamar Fauzi muamar_fauziyahoo.co.id Umi Listyaningsih listyaningsih_umiyahoo.com ABSTRAK - STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSAR

0 0 7

Cerai Gugat ( studi deskriptif kualitatif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cerai gugat di kota Surakarta)

0 1 112

Kawin Sirri Pada Masyarakat Madura : (Studi Kasus Tentang Faktor Penyebab dan Pengaruh Kawin Sirri Terhadap Hubungan dalam Keluarga, di Desa Bumianyar, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 184