Wina Maruli Persepsi informan Terhadap Kawin Cerai

saya panggil dengan sebutan ayah dengan nasehat-nasehatnya ketika saya mempunyai masalah, dan dengan pelukannya ketika saya butuh perlindungan, jangankan mendapatkan itu semua keinginan untuk mengenal wajah ayah kandung saya sampai sekarangpun belum kesampaian. Rasa sakit yang saya raskan tidak mengenal ayah kandung saya sampai sekarang, menjadikan saya orang yang iba ketika saya mendengar orang yang akan bercerai. Dengan lima huruf maka segalanya akan berantakan, kalau semuanya dibicarakan dengan baik-baik pasti akan ada penyelesaian setiap konflik dan itu bukan perceraian, kalau sebelum menikah atau diawal menikah kita bisa bicarakan semuanya baik-baik mengapa setelah menikah ada masalah kita tidak bisa bicarakan baik-baik dan perceraian dianggap sebagai solusi. Ketika ditanya pendapatnya tentang rumah tangga bahagia, dengan santai sosok yang sangat keibuan ini menjawab “ bagi saya yang dinamakan dengan rumah tangga bahagia adalah jika masing-masing anggota rumah tangga bahwa rumah adalah tempat yang paling nyaman baginya seperti kata Nabi Muhammad SAW “ Baiti Jannati” yang artinya rumahku adalah surgaku.

4.2.5 Wina

Wina 28 seorang wanita suku Mandailing sudah mnikah dengan pria bernama Sudar 31 enam tahun yang lalu dan dikaruniai dua orang anak, Wina yang hanya menammtkan sekolah sampai hanya Sekolah Menengah Atas adalah Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Sei Alim Ulu. Empat tahun menjalani kehidupan rumah tangga dengan Sadar, Wina yang selalu mengalami kekerasan dalam rumah tangga mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya Universitas Sumatera Utara yang keseharianya bekerja sebagai guru di sekolah SMP Negeri Sei Alim Ulu. Gugatan cerai Wina dikabulkan pengadilan agama Kabupaten Asahan Agustus 2006 dan hak asuh kedua putra mereka Van 4 dan Zai 9 bulan jatuh ketangan Wina. Wina adalah tipe orang yang melakukan segalanya demi kesenangan orang-orang yang dicintainya termasuk suami dan kedua orang putranya. Satu tahun menjalani kehidupan rumah tangga, Sudar suami yang memiliki raut wajah seorang pria dengan jiwa pemimpin namun kenyataannya adalah pria tempramen tinggi sudah mulai menunjukkna sikap buruknya sejak awal pernikahan, jika ada masalah selalu marah- marah, barang-barang dirumah menjadi sasaran dan Wina juga tidak jarang menjadi sasaran amukan. Hancurnya barang-barang yang ada di rumah serta badan Wina yang terus dipukuli, masih dapat dimaafkan Wina dengan terus menutup-nutupi tingkah laku suaminya kepada keluarganya karena saat itu Wina benar-benar punya tekad apapun yang trerjadi rumah tangga ini akan dipertahankan.

4.2.6 Maruli

Maruli 36 pendidikan terakhir pria batak toba ini adalah bapak dari 3 orang anak, menyndang status duda pada usia 35 tahun setelah menjalani kehidupan perkawinan dengan Debi bukan nama sebenarnya selama lebih kurang 10 tahun dan masih tetap menduda pasca perceraiannya sampai saat ini sekarang ini. Setelah perceraianya 4 tahun yang lalu dengan ata, Maruli menjalani kehidupan perkawinan sebagai seorang ayah sekaligus ibu bagi ketiga anaknyna Ari8, kelas 4 SD, Enci 6 kelas 2 SD, Tina 3 Play group. Memasak mengurusi anak-anak dan rumah tangga adalah pekerjaan sehari-hari yang Maruli jalani disamping ia harus mencari Universitas Sumatera Utara nafkah. Untuk urusan cuci dan strika Maruli mengupahkan kepada tetangga, eko sengaja tidak mengupahkan untuk mengurusi rumah tangganya karena takut terjadi fitnah kaerena dia tidak punya pasangan. Berdasarkan keputusan Pengadilan Agama Kabupaten Asahan Deli, yang telah menikah kembali enam bulan pasca perceraiannya dengan Maruli, secara hokum dianggap sanggup mengasuh anak mereka yang secara otomatis hak asuh terhadap tiga orang anak mereka jatuh ketangan Maruli. Pengalaman pahit dan rasa kecewa yang mendalam atas kegagalanya membina rumah tangga dengan Ata jelas terlukis diraut wajah Maruli. Maruli yang sebelum menikah dengan Ata sangat mendambakan keluarga bahagia yang islami merasa sangat terpukul terhadap masalah rumah tangga dialaminya di meja hijau. Sampai sekarang trauma terhadap kegagalan pernikahan masih menghantui Maruli yang mengakibatkannya belum berani berpikir terlalu jauh untuk mulai membina rumah tangga yang baru.

4.2.7 Butet

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Suku Batak Toba Dan Batak Karo Dalam Konteks Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Terhadap Suku Batak Toba Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Ant

1 91 173

Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

0 31 118

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

Cerai Gugat Terhadap Suami Pengguna Narkoba (Analisis Putusan Nomor 0338/Pdt.G/2013/Pajs )

0 5 79

Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara

0 14 125

Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara.

0 0 2

TRADISI KAWIN LARI MASYARAKAT MUSLIM DI DESA BAYAN KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA.

0 8 79

STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Muamar Fauzi muamar_fauziyahoo.co.id Umi Listyaningsih listyaningsih_umiyahoo.com ABSTRAK - STUDI DINAMIKA CERAI KAWIN TERHADAP JUMLAH ANAK DI KECAMATAN SAPTOSAR

0 0 7

Cerai Gugat ( studi deskriptif kualitatif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cerai gugat di kota Surakarta)

0 1 112

Kawin Sirri Pada Masyarakat Madura : (Studi Kasus Tentang Faktor Penyebab dan Pengaruh Kawin Sirri Terhadap Hubungan dalam Keluarga, di Desa Bumianyar, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 184