Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan yang penting dari keseluruhan nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau produk nasional yang berasal dari pertanian Mubyarto, 1994. Akhir-akhir ini tanaman hortikultura mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Terbukti tanaman hortikultura dimasukkan dalam subsektor tanaman pangan, sehingga sekarang ini ada subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman hortikultura memperoleh perhatian besar karena telah membuktikan dirinya sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian Soekartawi, 1996. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat, merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat Hanani, dkk, 2003. Pengembangan komoditas hortikultura mempunyai karakteristik sendiri, karena memiliki tujuan utama produksi adalah untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi sendiri. Oleh karena itu, pembangunan hortikultura harus dilaksanakan secara komersial, berorientasi pasar dan dikelola secara professional, dengan skala ekonomi yang menguntungkan Departemen Pertanian, 2006. Novita Rahma Pulungan : Prospek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Secara mikro, pentingnya hortikultura bukan saja mampu meningkatkan pendapatan dan pendapatan daerah produsen hortikultura, tetapi agribisnis atau agroindustri hortikultura ini pun mampu menyerap tenaga kerja, memunculkan industri baru, sehingga hortikultura diyakini dan mampu dijadikan sumber pertumbuhan di sektor pertanian Soekartawi, 1994. Indonesia mempunyai kekayaan alam yang tak ternilai banyaknya, termasuk berbagai jenis tanamannya. Di antara jenis-jenis tanaman tersebut, ada yang digolongkan ke dalam tanaman hias. Pada dasarnya, suatu tanaman disebut tanaman hias karena memiliki keindahan. Penilaian terhadap keindahan suatu tanaman memang sangat relatif. Akan tetapi, secara umum keindahan tanaman terletak pada kedua organnya, yaitu daun atau bunganya. Dari sinilah muncul istilah tanaman hias bunga dan tanaman hias daun Annonimous, 1992. Kebutuhan tanaman hias secara umum cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Besarnya minat masyarakat terhadap tanaman hias berkaitan erat dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan taraf hidup masyarakat. Pembangunan komplek perumahan, perkantoran, dan taman kota membuka peluang untuk pengembangan usaha di bidang tanaman hias Dinas Pertanian, 2005. Dalam melihat perkembangan tanaman hias, berikut disajikan data luas areal panen tanaman hias di Indonesia Tahun 2001 – 2005. Novita Rahma Pulungan : Prospek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2001 – 2005. No. Tahun Luas Areal Panen m 2 1. 2001 15.978.050 21,41 2. 2002 16.825.586 22,56 3. 2003 11.813.098 15,83 4. 2004 15.219.133 20,39 5. 2005 14.791.004 19,82 Total 74.626.871 100 Sumber: Ditjen Hortikultura, 2006. Pengembangan komoditas tanaman hias memperlihatkan hasil yang berfluktuasi, hal ini terlihat dari pertumbuhan luas areal panen yang turun naik setiap tahunnya. Tingkat pertumbuhan rata-rata luas areal panen cukup tinggi yaitu sebesar 20 . Pada tahun 2002 luas areal panen mengalami peningkatan sangat tinggi sebesar 22.56 . Bila dilihat dari tahun sebelumnya peningkatan terjadi sebesar 1.15. Namun pada tahun 2003 luas areal panen tanaman hias mengalami penurunan yang sangat rendah sebesar 15.83 . Menurut Departemen Pertanian 2006 dalam kurun waktu 2001 – 2005 produksi hortikultura memperlihatkan perkembangan yang berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2002 perkembangan produksi cenderung menurun pada komoditas tanaman hias. Salah satu penyebab menurunnya tingkat produksi adalah karena penurunan luas areal panen. Namun demikian produktivitas tanaman hias untuk menghasilkan bunga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Provinsi Sumatera Utara minat masyarakat pada berbagai tanaman hias ornamental plants cenderung meningkat, tidak hanya pada saat perayaan hari- hari besar agama atau pergantian tahun saja. Bahkan saat ini tanaman hias dipakai untuk acara seremonial ataupun nonseremonial di kantor-kantor, hotel, dan rumah serta menjadi koleksi para penggemar hobbies tanaman hias. Novita Rahma Pulungan : Prospek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Untuk koleksi tanaman hias yang banyak diminati masyarakat, antara lain: Anggrek, Aglaonema, Adenium, Anthurium, Phylondendron, Euforbia, Helikunia, Mawar, Dracena, dan jenis tanaman hias berdaun indah lainnya Dinas Pertanian, 2005. Di kota Medan kolektor hobbies tanaman hias umumnya memanfaatkan lahan pekarangan untuk budidaya koleksinya sedangkan pengusaha tanaman hias rata-rata memiliki lahan untuk budidaya sekaligus tempat pemasaran tanaman hias bervariasi antara ± 400 m 2 – 2,000 m 2 . Menurut Dinas Pertanian 2005 dari luas lahan pekarangan 2,098 ha di Kota Medan sesuai potensi pertanian Kota Medan tahun 2003 1,533 ha dimanfaatkan untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat keluarga toga, 5.5 ha dimanfaatkan untuk tanaman hias, dan 14.2 ha dimanfaatkan untuk ternak sedangkan yang belum dimanfaatkan seluas 545 ha yang tersebar di 15 kecamatan masih berpotensi untuk pengembangan tanaman hias. Saat ini tanaman hias yang menjadi trend di Kota Medan adalah aglaonema. Tanaman hias ini menjadi “buah bibir” dimana-mana dan setiap kali ada pameran menjadi salah satu primadona. Aglaonema sebenarnya bukan tanaman hias baru di Indonesia karena tanaman ini berasal dari Asia, bahkan beberapa varietasnya merupakan tanaman asli Pulau Sumatera. Masyarakat lebih mengenalnya sebagai sri rezeki, tanaman yang dipercaya membawa rezeki karena konon jika tanaman ini tumbuh daun baru berarti tambahan rezeki bagi pemiliknya Subono dan Andoko, 2005. Novita Rahma Pulungan : Prospek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Di muka bumi ini sebenarnya banyak sekali tanaman hias mempesona, baik tanaman hias berupa daun tanpa bunga maupun tanaman hias yang berbunga. Namun, entah mengapa aglaonema mendapat gelar istimewa sebagai ratu tanaman hias. Hal ini mungkin karena sosoknya yang anggun, sehingga banyak orang “mempersonifikasikan” sebagai ratu. Menurut Subono dan Andoko 2005 disebut dengan ratu tanaman hias mungkin juga karena harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Sebagai gambaran, aglaonema Pride of Sumatera pada tahun 1998 terjual Rp 300,000 per helai daunnya. Kemudian pada tahun 2000, harga satu pot aglaonema terbaru berisi empat lembar daun mencapai Rp 12,000,000. Sedangkan pada tahun 2007 menurut Annonimous 2007 untuk aglaonema langka dijual berdasarkan jumlah daun yakni Rp 100,000 – Rp 200,000 per helainya. Mencermati kecendrungan tersebut, dapat diketahui bahwa usahatani tanaman hias aglaonema memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana prospek pengembangan tanaman hias aglaonema di Kota Medan. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, masalah-masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan usahatani tanaman hias aglaonema luas lahan, produksi, dan produktivitas dan pemasaran harga dan permintaan pasar di Kota Medan? Novita Rahma Pulungan : Prospek Pengembangan Tanaman Hias Aglaonema Di Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, bibit, dan pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi di daerah penelitian? 3. Berapa besar dan tingkat keuntungan usahatani tanaman hias aglaonema di daerah penelitian? 4. Berapa tingkat pengembalian modal usahatani tanaman hias aglaonema di daerah penelitian? 5. Apa saja masalah yang dihadapi dalam pengembangan usahatani tanaman hias aglaonema di daerah penelitian? 6. Bagaimana strategi pengembangan tanaman hias aglaonema di masa yang akan datang?

1.3. Tujuan Penelitian