Persarafan Vena Mekanisme Cedera Akut

Serat sakit tipe C hampir seluruhnya berakhir dilamina II dan III dari radiks dorsalis, suatu area yang disebut substansia gelatinosa. Selanjutnya sebagian besar sinyal akan melewati satu atau lebih neuron-neuron tambahan berserat pendek yang terutama akan berakhir pada lamina V. neuron terakhir dalam rangkaian ini akan mempunyai akson yang panjang, yang sebagian besar akan bersatu dengan saraf-saraf yang berasal dari jaras cepat dan melewati komisura anterior menuju medulla spinalis sisi lainnya, lalu melalui jaras sensorik divisi anterolateral naik menuju ke otak. . Gambar 2.2 Pain Pathway

2.3 Persarafan Vena

Dinding pembuluh darah banyak mengandung persarafan. Akson tak bermielin yang merupakan vasomotor, berasal dari ganglion simpatis yang masuk kedalam tunika adventisia dan berakhir membentuk hubungan dengan sel otot polos tunika media. Serat saraf bermielin, sebagai reseptor atau berfungsi sensoris, berakhir sebagai ujung bebas sensorik terdapat terutama di dalam adventisia. Pada vena ujung saraf ditemukan dalam adventisia dan media, namun keseluruhan luas persarafannya tidak sebanyak yang ada pada arteri 19 . Susi Sembiring : Perbandingan Efektivitas Lidokain 40 Mg IV Dengan 60 Mg IV Untuk Mencegah Nyeri Akibat Penyuntikan Rokuronium 1 Mg Kg IV Pada Pembedahan Elektif Di RSUP. H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 J.O Arndt and Klement” menyatakan “bahwa pada vena tangan manusia, dipersarafi oleh nosiseptor polimodal, dengan dipersarafi oleh serabut saraf aferent yang bermielin dari A 20 . Gambar 2.3 Penampang dan Persarafan Vena

2.4 Mekanisme Cedera Akut

Kerusakan jaringan akan mengundang dilepaskannya sejumlah substansi nyeri berupa serotonin, bradikinin, histamin, prostaglandin, dan lain- lain sebagainya. Substansi nyeri ini pada gilirannya akan merangsang dilepaskannya substanP dari ujung-ujung serat A dan serat C yang disebut sebagai nosiseptor. Antara sunstansi nyeri dan dengan nosiseptor terjadi reaksi positif feedback artinya makin banyak substansi nyeri yang dilepaskan makin banyak pula nosiseptor yang dibangkitkan, diikuti dengan peningkatan sensitivitas dari nosiseptor itu sendiri. Nampaknya terdapat banyak nosiseptor yang tidur yang dalam keadaan normal tidak berfungsi dan mudah dibangkitkan jika terjadi kerusakan jaringan 21 . Ada empat proses fisiologis dalam suatu nosisepsi yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. 1. Transduksi merupakan proses dimana suatu rangsangan nyeri dirubah menjadi aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf sensoris. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan fisik tekanan, kimiawi substansi nyeri dan sebagainya. 2. Transmisi dimaksudkan sebagai perambatan rangsang nyeri melalui serabut saraf sensoris menyusul proses transduksi. 3. Modulasi adalah proses dimana terjadinya interaksi antara system analgetik endogen dengan asupan nyeri yang masuk kekornu posterior. Jadi merupakan proses desenden yang dikonrol oleh otak seseorang. Analgesik endogen ini meliputi opiate endogen, serotogenik dan noradrenergik yang Susi Sembiring : Perbandingan Efektivitas Lidokain 40 Mg IV Dengan 60 Mg IV Untuk Mencegah Nyeri Akibat Penyuntikan Rokuronium 1 Mg Kg IV Pada Pembedahan Elektif Di RSUP. H. Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 memilikimkemampuan menekan asupan nyeri dikornu posterior. Kornu posterior ini diibaratkan sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup atau terbuka dalam menyalurkan asupan nyeri. Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, motifasi, pendidikan, status emosional, kultur,serta makna suatu kerusakan jaringan. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang perorang dan sangat ditentukan oleh makna atau arti suatu asupan nyeri. 4. Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang menghasilkan suatu perasaan yang subyektifyang dikenal sebagai persepsi nyeri. Mekanisme Cedera Akut dan Terapi Gambar 2.4 Skema Cedera Akut dan Terapi

2.5. Anestesi Lokal

Dokumen yang terkait

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

3 119 93

Efek Penambahan Natrium Bikarbonat 1 mEq Kedalam Lidokain 40 Mg Intravena Dibandingkan Dengan Lidokain 40 Mg Intravena Untuk Mengurangi Nyeri Pada Saat Induksi Propofol MCT/LCT

1 74 97

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

3 60 112

Perbandingan Kombinasi Ketorolak 30 Mg Dan Fentanyl Patch 12,5 µg/ Jam , Ketorolak 30 Mg Dan Fentanyl Patch 25 µg/Jam, Ketorolak 30 Mg Dan Placebo Patch Untuk Penatalaksanaan Nyeri Setelah Pembedahan Laparatomi

2 57 91

Perbandingan Penambahan Petidin 0,1mg/Kgbb Dengan 0,2mg/Kgbb Ke Dalam Bupivacain Hiperbarik 20 Mg Untuk Mencegah Menggigil Pada Anestesi Intratekal

0 43 114

Perbandingan Penambahan Midazolam 1 Mg Dan Midazolam 2 Mg Pada Bupivakain 15 Mg Hiperbarik Terhadap Lama Kerja Blokade Sensorik Anestesi Spinal

1 38 69

Perbandingan Efektivitas Lidokain 40 Mg IV Dengan 60 Mg IV Untuk Mencegah Nyeri Akibat Penyuntikan Rokuronium 1 Mg /Kg IV Pada Pembedahan Elektif Di RSUP. H. Adam Malik Medan

1 67 59

Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG - Perbandingan Mula Dan Durasi Kerja Levobupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg Dan Bupivacaine Hiperbarik 12,5 Mg + Fentanyl 25 μg Pada Anestesi Spinal Untuk Operasi Ekstremitas Bawah Di RSUP. H. Adam Malik Medan

0 0 8

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

0 3 17