9. Resiko dan hutang-hutang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.
10. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik, dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank sangat kecil.
C. Perkembangan Usaha Kecil Menengah Di Indonesia
Secara umum, ada dua aspek yang di gunakan untuk mengetahui besarnya potensi UMKM dalam mengembangkan pasar modal melalui proses go public di
pasar modal. Pertama, kontribusi UMKM terhadap makro ekonomi Indonesia karena berkaitan langsung dengan signifikansi UMKM untuk masuk pasar modal
Indonesia. Kedua, melalui berbagai survei yang menjelaskan mengenai kondisi UMKM di Indonesia di tinjau dari berbagai aspek. Potensi UMKM yang relatif
besar dapat terlihat dari kontribusi sektor UMKM terhadap PDB nasional. Pada tahun 2009, PDB nasional atas h arga konstan tahun 2000 adalah sebesar
Rp.2.088,29 trilyun, UMKM berkontribusi sekitar Rp.532,26 trilyun atau 37,83 tidak termasuk PDB Usaha Mikro, sedangkan PDB Usaha Besar tercatat sebesar
Rp.873,57 trilyun 62,17. Angka ini cenderung konstan dari t ahun 2006 sampai dengan 2009. Jika memasukkan kategori Usaha Mikro, maka kontribusi
keseluruhan UMKM dapat mencapai Rp.1.214,73 trilyun atau mencapai 58,17 total PDB nasional.
14
Perkembangan jumlah unit UMKM periode 2006 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan sebesar 15,40 tidak termasuk Usaha Mikro, yaitu dari
509.365 unit di tahun 2006 menjadi 587,808 unit di tahun 2009 Pada periode yang
14
Laporan Studi Potensi Perusahaan UMKM Untuk Go Public, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Tahun Anggaran
2011, hlm 29
Universitas Sumatera Utara
sama, jumlah unit UMKM yang berdiri masih mendominasi sekitar 99,21 dari keseluruhan unit bisnis UMKM dan Usaha Besar yang berdiri di Indonesia.
15
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, peran UMKM sangat vital. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini yang menunjukkan bahwa pada tahun 2009,
penyerapan tenaga kerja kategori Usaha Kecil berada pada angka 3.521.073 lapangan pekerjaan atau sekitar 39,68 dari total lapangan kerja UMKM dan
Usaha Besar. Sedangkan Usaha Menengah dan Usaha Besar masing masing terhitung sebanyak 2.677.565 dan 2.674.671 lapangan kerja, atau 30,18 dan
30,14. Jika memasukkan kategori usaha m ikro, angka penyerapan kerja Usaha Mikro tergolong sangat tinggi, berkisar di angka 90.012.694 lapangan pekerjaan
atau sekitar 91 dari total angkatan kerja.
16
Usaha Kecil juga memiliki angka pertumbuhan penyerapan tenaga kerja paling tinggi. Dari tahun 20 06 sampai dengan 2009, penyerapan tenaga kerja
Usaha Kecil tumbuh 12,15 dari angka 3.139.711 ke 3.521.073 tenaga kerja. Sementara itu, penyerapan tenaga Usaha Menengah mengalami sedikit penurunan
dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu turun 0,78 dari angk a 2. 698.743 ke angka 2.677.565 tenaga kerja. Usaha Besar mengalami pertumbuhan penyerapan
tenaga kerja, yaitu tumbuh 10,93 dari angka 2.411.181 ke angka 2.674.671 tenaga kerja.
17
Secara umum kontribusi UKM dalam penciptaan ekspor non -migas relative kecil karena perusahaan UKM kebanyakan masih bergerak pada industry
hulu. Pada tahun 2009 kontribusi ekspor UKM tercatat sebesar Rp.147,88 trilyun atau sekitar 15,75, sedangkan Usaha Besar tercatat sebesar Rp. 790,84 trilyun
15
Ibid., hlm. 30
16
Ibid., hlm. 31
17
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
atau meliputi sekitar 84,25 total e kspor non migas Indonesia. Satu hal yang patut dicermati, pertumbuhan ekspor UKM dar dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2009 relatif cukup tinggi, yaitu tumbuh 31,94 dari Rp.112,08 trilyun pada tahun 2006 menjadi Rp.147,88 trilyun pada tahun 2009.
18
D. Perkembangan Peraturan Hukum Tentang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah