Peraturan Hukum Tentang Kepemilikan Waralaba Di Indonesia

penerima waralaba utama yang bertindak sebagai pemberi waralaba memutuskan perjanjian waralaba dengan penerima waralaba lanjutan yang lama, sebelum berakhir masa berlakunya perjanjian waralaba , dan kemudian menunjuk penerima waralaba lanjutan yang baru, penerbitan STPUW bagi penerima waralaba lanjutan yang baru hanya diberikan kalau penerima waralaba utama telah menyelesaikan segala permasalahan yang timbul sebagai akibat dari pemutusan tersebu t dalam bentuk kesepakatan bersama melalui penyelesaian secara tuntas Clean Break.

D. Peraturan Hukum Tentang Kepemilikan Waralaba Di Indonesia

Dewasa ini lembaga waralaba diakui tidak saja sebagai alat untuk mendorong investasi pada skala internasional, t etapi juga sebagai tekhnik pemasaran yang membantu perkembangan bisnis kecil lokal. Untuk Indonesia, kondisi itu dipengaruhi banyak regulasi yang dilakukan pemerintah dalam bidang bisnis. Sebelum munculnya perangkat hukum yang mengatur waralaba di Indonesia, menurut Prof. Sudargo Gautama, perlindungan tetap bisa dilakukan melalui kontrak waralaba yang dilakukan melalui kontrak waralaba yang dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat. Hal tersebut sesuai dengan KUH Perdata yang secara tegas mengakui bahwa perjanj ian yang disepakati beberapa pihak, mengikat sebagai hukum. 33 Selanjutnya, pada tahun 1997 dibuat Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007 tentang Waralaba. Adanya peraturan tersebut memberikan kepastian usaha dan kepastian hukum bagi dunia usaha yang menjalankan waralaba. Peraturan Pemerintah tersebut diperkuat Dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12M -DagPer32006 tentang Ketentuan dan Tata 33 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 25 Universitas Sumatera Utara Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Warala ba diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Sesuai dengan perkembangan hukum dan masyarakat, maka hukum waralaba juga ikut mengalami perubahan dan perkembangan, yakni sebagai berikut: 1. Pengaturan waralaba sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1997 tentang Waralaba Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, eksistensi bisnis waralaba diindonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan serta telah mendapat pengakuan da ri berbagai kalangan pelaku usaha dan pakar hukum bisnis. Namun para ahli hukum ekonomi terus menerus melakukan bernagai kajian dan seminar mengenai waralaba, misalnya pada tahun 1991 dilakukan seminar di universitas trisakti, Jakarta dimana setiawan memberikan ceramah mengenai aspek -aspek hukum waralaba. Walaupun sistem waralaba telah berkembang pesat diindonesia, namun pada saat itu masih sering dipersoalkan mengenai dasar hukumnya. Masih banyak berbagai kalangan yang berpendirian bahwa suatu lembaga bar u belum diakui keberadaannya jika belum ada dasarnya. Seolah -olah semua kegiatan kemasyarakatan hanya dapat dibenarkan serta harus menunggu untuk eksis dan berkembang setelah ada peraturan perundang -undangan. Meskipun belum ada dasar hukumnya, tetapi kenya taannya pelaksanaan waralaba melalui suatu perjanjian telah diatur dalam Buku III KUH Perdata sehingga semua perjanjian dapat dibenarkan selama diadakan secara sah serta tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan. Universitas Sumatera Utara 2. Pengaturan waralaba berdasarka n Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang Waralaba Pengaturan waralaba di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang waralaba. Peraturan pemerintah ini dilahirkan untuk mengembangkan kegiatan waralaba sebagai upaya me mperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan alih tekhnologi. Peraturan tersebut juga dibuat dalam upaya memberikan kepastian usaha dan kepastian hukum bagi dunia usaha yang menjalankan waralaba, teru tama dalam upaya pengaturan, pembinaan, dan pengembangan waralaba. 34 Adapun rumusan waralaba yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun1997 tentang Waralaba yakni sebagai berikut: 35 a. Waralaba merupakan suatu perikatan. Rumusan tersebut menya takan bahwa sebagai suatu perikatan. Waralaba tunduk pada ketentuan umum mengenai prikatan yang diatur dalam KUH Perdata. b. Waralaba melibatkan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan atas hak kekayaan intelektual atau penemuan ciri khas usaha. Adapun hak at as kekayaan intelektual meliputi merk, nama dagang, logo, desain, hak cipta, rahasia dagang dan paten. Sedangkan penemuan ciri khas usaha, misalnya sistem manajemen, serta cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusu s dari pemiliknya. Ketentuan ini mengakibatkan bahwa pada samapai derajat tertentu, waralaba tidak 34 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba 35 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 31 Universitas Sumatera Utara berbeda dengan lisensi, khususnya waralaba nama dagang atau merek, baik untuk produk berupa barang atau jasa. c. Waralaba diberikan dengan suatu imbalan berdasa rkan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Ketentuan ini pada dasarnya menekankan kembali bahwa waralaba tidaklah diberikan Cuma -Cuma. Pemberian waralaba senantiasa dikaitkan dengan bentuk imbalan tertentu. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahu n 2007 tentang Waralaba Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun1997. Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dilandasi upaya pemerintah meningkatkan pembinaan usa ha waralaba diseluruh Indonesia sehingga perlu mendorong pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai franchisor nasional yang andal dan mempunyai daya saing baik didalam maupun diluar negeri khususnya dalam rangksa memasa rakan produk dalam negeri. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tersebut terdapat definisi waralaba, yakni waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha memasarkan barang dan jasa yang telah terbukti berhasil dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Sesuai peraturan tersebut diharapkan bisnis waralaba yang dijual kepasar benar -benar bisnis yang telah solid dan terbukti layak untuk dikembangkan o leh franchisee. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 memuat salah satu poin penting, yaitu persyaratan bisnis yang bisa diwaralabakan, yang dimuat pada Pasal 3, adapun persyaratannya ialah bisnis memiliki ciri khas usaha, terbukti telah memberikan Universitas Sumatera Utara keuntungan, memiliki standart pelayanan barang dan atau jasa yang ditwarkan yang dibuat secara tertulis, mudah diajarkan dan diaplikasikan, adanya dukungan yang berkesinambungan, serta hak atas kekayaan intelektual yang telah terdaftar. 4. Peraturan Menteri Perda gangan Nomor 12M-DagPer32006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba Pengertian tentang waralaba dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12M-DagPer32006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat T anda Pendaftaran Usaha Waralaba pada pokoknya hanya pengulangan dari pengertian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Dalam peraturan ini juga dirumuskan mengenai waralaba lanjutan, kewajiban franchisor untuk menyampaika n keterangan yang benar kepada franchisee, serta mengatur isi perjanjian waralaba. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12M -DagPer32006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba Pasal 1 Angka 4, pember ian waralaba dapat dilakukan dengan pemberian hak lebih lanjut kepada penerima waralaba utama untuk mewaralabakannya kemali kepada penerima waralaba lanjutan. Pada praktiknya hal ini biasa disebut dengan istilah master franchisee, yang kesepakatan pemberian waralabanya dibuat dalam perjanjian penerima waralaba lanjutan master franchise agreement. Namun, dalam peraturan ini tidak dirumuskan pengertian dari master franchise agreement, hanya diberikan pengertian perjanjian waralaba yang dibedakan dari perjan jian waralaba lanjutan. Universitas Sumatera Utara Selain peraturan-peraturan diatas terdapat juga peraturan pendukung lainnya yang berkaitan dengan waralaba seperti, Peraturan Menteri Perdagangan No. 07M-DAGPER22013 tentang Pengembangan Kemitraan Dalam Waralaba Untuk Jenis Usaha Makanan dan Minuman, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259MPPKEP71997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31M -DAGPER82008 tentang Penyelenggaraan Waralaba, Undang -Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan Undang -Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

E. Upaya Yang Dapat Dilakukan Pemerintah Untuk Pemberdayaan Usa ha

Dokumen yang terkait

Implementasi Kredit Usaha Rakyat dalam Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Stabat

9 138 130

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Pengaruh Pengalokasian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank X Sentra Kredit Kecil Polonia Medan

2 40 87

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

HARMONISASI UNDANG-UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH UNTUK MEMPEROLEH KEMUDAHAN MODAL USAHA BAGI PELAKU USAHA MIKRO.

0 0 1

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN.

0 0 17

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

0 0 44

Usaha Kecil Menengah Merupakan Motor Pen

0 0 1

BAB II PERMASALAHAN YANG MENGHAMBAT PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH A. Pengertian Usaha dan Wirausa ha - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 0 15