Sikap Petani Terhadap Rantai Tataniaga Kemenyan dengan Studi Kasus : Desa Matiti II Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

SIKAP PETANI TERHADAP SISTEM TATANIAGA

KEMENYAN

(Desa Matiti II, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

Oleh :

AGUSTINA MARBUN PKP

060309013

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP PETANI TERHADAP SISTEM TATANIAGA

KEMENYAN

(Desa Matiti II, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

Oleh :

AGUSTINA MARBUN PKP

060309013

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana pertaian Universitas Sumatera Utara

Diketahui Oleh Dosen Pembimbing

Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi

NIP :196111151986031002 NIP : 196011101988031003

Ir.M Jufri MSi

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pembuatan Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Judul dari skripsi ini adalah “ Sikap Petani Terhadap Rantai Tataniaga Kemenyan dengan Studi Kasus : Desa Matiti II Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si selaku ketua komisis pembimgbing.

2. Bapak Ir. M. Ju.fri, M.Si selaku anggota komisi pembingmbing

3. Ibu Ir. Salmiah MP, sebagai ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Staff pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian umumnya.

5. Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan seluruh staff yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada Bapak M. Marbun dan Ibu R. Sihombing, atas doa dan kesabarannya dalam hal materi serta dukungan semangat yant tiada berhenti.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sehat juga pandangan yang bersifat membangun dari semua pihak bagi masukan bagi penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih untuk setiap pembaca dan berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Indentifikasi Masalah ... s8 1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 17

2.3 Kerangka Pemikiran ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Pebebtuab Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

3.5.1 Defenisi ... 26

3.5.2 Batasan Operasional ... 28

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.1.1 Letak Geografis, Batas Dan Luas dan Batas Wilayah ... 29


(6)

4.1.3 Penggunaan Tanah ... 31

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 31

4.2 Karakteristik Sampel ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 SistemTataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian ... 35

5.2 Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian ... 37

5.3 Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan Di Daerah Penelitian ... 41

5.4 Kriteria Penggolongan Mutu/Kualitas Kemenyan Di Daerah Penelitian dan Perbedaannya dengan Mutu/Kualitas SII ( Standart Industri Indonesia) ... 42

5.5 Materi Penyuluhan Yang Pernah Diberikan Oleh Penyuluh Pertanian Mengenai Komoditi Kemenyan Di Daerah Penelitian ... 49

5.5 Materi Penyuluhan Yang Dibutuhkan Petani Dalam Rangka Peningkatan Pengetahuan Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan ... 50

5.6 Kebijakan - Kebijakan Yang diberikan Oleh Pemerintah Dalam Mengembangkan Komoditi Kemenyan di Daerah Penelitian. ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 56

6.2.1 Kepada Pemerintah ... 56

6.1.3 Kepada Petani ... 57

6.1.4 Kepada Lembaga Tataniaga ... 57

6.1.5 Kepada Peneliti Selanjutnya ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kemenyan

Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008. ... 7

2. Standarisasi Mutu kemenyan berdasarkan SII ... 16 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok

Umur di Desa Matiti II, Tahun 2011 ... 28

4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

Penduduk di Desa Matiti II, Tahun 2011 ... 29

5. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah Desa Parbubu I,

Tahun 2011 ... 30

6. Sarana dan Prasarana di Desa Matiti II tahun 2011 ... 31

7. Karakteristik Petani Sampel ... 32

8. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan... 38

9. Standarisasi Mutu Kemenyan Berdasarkan SII(

Standart Industri Indonesia) ... 39

10. Karakteristik dan sifat fisio kemenyan di Sumatera Utara

Sifat fisik kemenyan 7ocal (Sumatera Utara) ... 40


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 22

2. Skema Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian ... 35

3. Skema I. Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian ... 35


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Matiti II

2. Pernyataan Positif dan Negatif

3. Pernyataan Sikap Petani Terhadap Rantai tataniaga Kemenyan

4. Tabel Skor Prenatal Sikap Positif dan Sikap Negatif Petani terhadap Rantai Tata Niaga

5. Frekuensi Prenatal Sikap Positif Dan Negatif

6. Proporsi Kumulatif Untuk Prenatal Positif dan Negatif

7. Nilai Skala Kategori Jawaban


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu bagian dari pembagunan bidang ekonomi bangsa haruslah mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat desa sekitar hutan, sekaligus tetap menjaga kelestarian sember daya alam dan kelangsungan fungsi serta mutu lingkungan hidup.Keberadaan hutan rakyat merupakan salah satu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus tetap menjaga kelestarian hutan tersebut.

Selain itu hutan yang dikelola rakyat ( sistem hutan rakyat ) biasanya merupakan sumber pendapatan bagi rumah tangga dalam bentuk produk hutan non-kayu ( Non- timber forent product). Hasil hutan non kayu telah telah merupakan barang yang telah dipungut secara rutin sejak hutan dikenal manusia, manfaatnya untuk berbagai tujuan. Karena itu, hasil hutan non kayu telah berperan penting dalam membuka kesempatan kerja bagi anggota masyarakat disekitar hutan, merupakan komoditi perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (http//google.co.id. 2001. Hasil Hutan Non Kayu ).

Sumatera Utara mempunyai potensi hutan yang besar dengan luasan yang menyebar di sepanjang daerah ini. Selain kayu, hutan Sumatera Utara memliki potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) cukup tinggi, antara lain berupa kulit kayu, rotan,gondorukem, getah jelutung, minyak eukaliptus, dan getah-getahan. Beberapa jenis komoditi HHBK yang diproduksi oleh masyrakat telah mendapat


(11)

perhatian dari pemerintah daerah antara lain bambu, rotan, arang dan getah tusam, sedangkan HHBK lainnya belum dikelola secara optimal, salah satunya adalah getah kemenyan ( Sasmuko, 1998 : 39-40).

Pohon kemenyan perlu dikembangbiakkan dan ini bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat, karena pohon ini bisa di gunakan untuk bahan bangunan, getahnya bisa di jual ketoko-toko. Pohon kemeyan ini hanya digunakan orang-orang kampung untuk kayu bakar,dan bahan bangunan seperti papan. Pohon kemenyan ada dua jenis,yang berwarna merah dan kuning muda. Pohon yang berwarna merah ini ukurannya besar dan sering diambil untuk kayu bangunan, sedangkan yang kuning diambil getahnya untuk ritual-ritual para dukun (paranormal). Pohon kemenyan ini hampir punah karena tempat tumbuhnya sudah banyak di gunakan masyarakat untuk berladang,dan berkebun sawit.perkebunaan kemenyan.pohon kemenyan ini bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat.

(http//.manfaat-getah-dan-pohon-kemenyan 2008. budidaya kemenyan ).

Kemenyan yang merupakan tanaman hutan hingga saat ini telah dijadikan perkebunan rakyat oleh masyarakat Kabupaten Humbang Hasudutan. Hal ini tampak pada data Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyatakan bahwa luas tanaman kemenyan yang terdapat di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah seluas 4.221 Ha. Dilihat dari luas panennya pada tahun 2008 Kecamatan Dolok Sanggul memiliki luas tanam yang paling besar yaitu 1.403,50 Ha

( BPS Provinsi Sumatera Utara,2009).

Tanaman Kopi Arabika dan Kemenyan adalah komoditas sektor perkebunan yang berpeluang dan telah dikembangkan oleh masyarakat dengan pola kegiatan masih dilakukan dengan investasi usaha secara mandiri. Perumusan


(12)

sistem agribisnis tanaman kopi dan kemenyan dikawasan agribisnis Kabupaten

Humbang Hasundutan dilakukan dengan pola kemitraan dan PIR ( Bappeda Kab. Humbang Hasundutan, 2005).

Usaha agribisnis yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan. Masih pada tingkat usaha tani (on farm) yaitu kegiatan budidaya pertanian untuk produksi hasil panen pertanian seperti padi, palawija dan perkebunan dilahan usaha taninya, sedangkan untuk usaha ditingkat imdustri hulu dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian (on farm bussines) belum banyak dilakukan oleh KUD melainkan usaha perorangan yang ada di Ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan maupun Ibukota Kecamatan

( Bappeda Kab. Humbang Hasundutan, 2005).

Harga jual produk pertanian ditingkat petani di Kabupaten Humbang Hasundutan sangat rendah bila dibandingkan dengan tingkat harga beli oleh kalangan konsumen akhir, sehingga petani pada umunya tidak memperoleh keuntungan yang memuaskan bahkan terkadang mengalami kerugian. Hal ini terjadi akibat pola pendistribusian produksi hasil pertanian samapai kepasar masih melalui mata rantai pemasaran yang cukup panjang yang akhirnya berdampak merugikan terhadap petani, karena penambahan yang beulang-ulang terhadap margin pemasaran yang diperoleh yang mengakibatkan harga komoditi jauh lebih tinggi ditingkat pedagang dibanding pada tingkat petani hanya dinikmati oleh peagang scara sepihak. Akibat fenomena tersebut petani menerima keuntungan yang relatif kecil sehingga daya beli ditingkat petani sangat rendah


(13)

Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang tangguh. Dengan kewenangan regulasi, pemerintah menentukan kebijakan arah dan strategi pengembangan agribisnis. Peranan tataniaga dan distribusi menjadi ujung tombak keberhasilan pengembangan agrisbisnis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara konsumen pengguna yang membutuhkan produk produsen yang menghasilkan produk. Dengan demikian, pengembangan agribisnis yang terpadu harus juga mampu memperkuat peranan dan memberdayakan lembaga tatniaga dan distribusi untuk memasarkan kemenyan, petani menjual kemenyannya kepada pedagang pengumpul yang ada di desa.

Ada kecenderungan petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan permasalahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pengalaman, pendidikan, atau faktor budaya lainnya. Terbatasnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk berusaha tani yang lebih baiksehingga kualitas, kuantitas produksi pertanian berkurang dan tidak berorientasi agribisnis. Hal ini ditandai dengan rendahnya produktifitas komoditas pertanian sehingga belum mencukupi ketersediaan dan keamanan pangan.

Peranan dari penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani dan nelayan akan pentingnya berusaha tani dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. Kesalahan dalam memberikan


(14)

penyuluhan kepada petani dan nelayan akan menimbulkan dampak negatif dan merusak lingkungan. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan yang polivalen. Dengan demikian penyuluhan pertanian sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluargannya, sehingga memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan dalam memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus merusak lingkungan di sekitarnya

( http:// peranan-penyuluh-pertanian 2009.penyuluh-pertanian ).

Peran seorang penyuluh dilapangan antara lain adalah sebagai pelatih bagi petani. Pelatih yang efektif haruslah mengetahui dan menguasai materi yang akan dilatihkannya serta jenis pengalaman belajar yang diperlukan, serta hal-hal lain yang sangat membantu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar dapat atau mampu mencapai tujuan yang diinginkannya. Dengan demikian hal yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan kegiatan penyuluhan adalah menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman baru bagi orang yang belajar antar lain berupa keterampilan baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang diperluakn untuk membantu mereka guna memecahkan masalah yang dihadapinya baik dilapangan ataupun di dalam rumah tangganya (Suhardiyono, 1992:14).


(15)

Institusi penyuluhan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara lembaga penelitian dan petani. Disamping itu institusi yang berperan melakukan alih pengetahuan dan keterampilan dari petugas atau penyuluhan lapangan kepada petani. Agar kehadiran penyuluh lapangan dapat memberikan arti bagi kehidupan petani, maka penyuluh lapangan harus mampu mengenali masalah-masalah yang dihadapi oleh petani baik berupa masalah teknis maupun non teknis dan mampu untuk mencarikan jalan untuk memecahkan masalah yang dihadapi tersebut, karena tanpa adanya kemampuan demikian kehadiran penyuluh lapangan tidak dirasakan manfaatnya (Suhardiyono, 1992 : 48 ).

Di desa Matiti II, Kecamatan Dolok Sanggul,Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat penyuluhan pertanian yang berperan membantu petani dalam meningkatkan usaha taninya, namun khusus mengenai penyuluhan untuk komoditi kemenyan belum terdapat program khusus yang dikerjakan, terkhusus dalam budidaya kemenyan dan pengetahuan petani terhadap saluran tataniaga kemenyan itu sendiri.

Peranan lembaga tataniaga distribusi menjadi ujung tombak keberhasilan pengembangan agribisnis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara konsumen pengguna yang membutuhkan produk produsen yang menghasilkan produk. Dengan demikian, pengembangan agribisnis yang terpadu juga harus mampu memperkuat peranan dan memberdayakan lembaga tataniaga dan distribusi untuk memasarkan kemenyannya, petani penjual kemenyan kepada pedagang pengumpul yang ada didesa.

Dalam pengembangan kemenyan petani menggunakan biaya/modal sendiri, biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, karena lahan yang diolah


(16)

adalah lahan sendiri dan budidaya kemenyan juga tidak terlalu rumit, yang paling penting kemenyan bersih dari gulma. Resiko yang ditanggung petani adalah resiko harga, harga kemenyan selalu berfluktuasi setiap minggunya, petani harus siap menerima harga yang tiba-tiba turun drastis. Hal ini disebabkan salah satunya adalah,karena panjangnya mata rantai tataniaga yang terdapat pada proses penjualan kemenyan. Selain itu kadang-kadang patani juga melakukan fungsi tataniaga yang membuat penambahan biaya produksi.

Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 kecamatan, dan usaha tani kemenyan tersebar di delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut. Luas panen, Produksi dan rata-rata produksi kemenyan menurut Kecamatan dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kemenyan Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan 2010.

No. Kecamatan Luas panen

(Ha)

Luas Panen (%)

Produk si (ton)

Rata-Rata Produksi

(Kw/Ha)

1 Pakkat 57,00 1,30 16,53 2,90

2. Onan Ganjang 1039,00 24,65 294,56 2,84

3 Sijamapolang 592,00 14,02 125,25 2,12

4 Lintong Nihuta - 0 - -

5 Paranginan - 0 - -

6 Dolok Sanggul 1403,50 33.30 416,99 2,97

7 Pollung 284,00 6,71 84,21 2,97

8 Parlilitan 818,50 19,41 357,09 4,36

9 Tarabintang 27,00 0,61 10,50 3,89

10 Bakti Raja - 0 - -

Total 4211.00 100 1305,13 3.09


(17)

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki luas tanam, yang paling besar di Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu 1403,50 Ha dengan produksi 416,99 ton.Kecamatan Dolok Sanggul terdiri dari 27 desa, namun hanya 9 desa yang memiliki usaha tani kemenyan.

Dengan didukung oleh lahan kemenyan yang luas, produksi yang cukup tinggi dan saat ini daerah penelitian juga merupakan wilayah pengembangan tanaman kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pendapat dan sikap petani terhadap saluran pemasaran tataniaga kemenyan serta hal apa saja yang seharusnya di penuhi penyuluh pertanian dalam rangka memenuhi pengetahuan petani terhadap saluran tataniaga kemenyan di daerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan masalah- masalah yang sesuai dengan penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian ? 2. Bagaimana mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian ?

3. Bagaimana sikap petani terhadap sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian?

4. Bagaimana kriteria penggolongan mutu kemenyan di daerah penelitian dan Perbandingannya dengan mutu kemenyan standar SII (Standar Industri Indonesia)?


(18)

5. Materi penyuluhan apa saja yang dibutuhkan petani dalam rangka peningkatan pengetahuan petani terhadap sistem tataniaga kemenyan.? 6. Materi penyuluhan apa saja yang sudah pernah diberikan oleh penyuluh

pertanian yang berkaitan dengan komoditi kemenyan di daerah penelitan? 7. Apa saja kebijakan yang diberikan oleh pemerintah untuk

mengembangkan komoditi kemenyan didaerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui bagaimana mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian

3. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui bagaimana kriteria penggolongan mutu kemenyan di daerah penelitian.perbandingannya antara mutu kemenyan petani dengan mutu kemenyan standart SII ( Standart Industri Indonesia ).

5. Untuk mengetahui materi penyuluhan apa saja yang dibutuhkan petani dalam rangka peningkatan pengetahuan petani terhadap sistem tataniaga kemenyan.

6. Untuk mengetahui materi penyuluhan apa saja yang sudah pernah diberikan oleh penyuluh pertanian mengenai komoditi kemenyan di daerah penelitan.


(19)

7. Untuk mengetahui apa saja kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan komoditi kemenyan didaerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk pengembangan agribisnis kemenyan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, kuhususnya yang berhubungan dengan sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kemenyan (Stryrax sp) yang termasuk famili Stryraccaceae dari ordo Ebenelesdiusahakan oleh rakyat Sumatera Utara di tujuh Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, dan Toba Samosir. Tanaman ini juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan

Kemeyan adalah salah satu pohon yang tumbuh di hutan belantara dan sering kita jumpai di hutan-hutan di daerah pegunungan,kebun karet,dan hutan tua (rame atau kompong). Pohon ini tumbuhnya bisa di sembarang tempat.pertumbuhan pohon kemenyan ini dari biji yang jatuh atau yang di makan oleh binatang seperti tupai.dengan mudahnya tumbuh maka pohon kemeyan ini tidak ada orang yang mau memgembangkannya,sehingga sampai sekarang pohon kemenyan ini sudah hampir punah.banyak di tebang oleh warga yang membikin ladang dan jarang orang tahu banyak tentang manfaat pohon ini

Getah kemenyan memiliki banyak manfaat bagi manusia dan juga merupakan komoditi ekspor yang sangat penting, getah kmenyan mengandung ± 36,5 % asam sinamat sebagai bahan baku industri kosmetik dan farmasi . pohon kemenyan dapat dimanfaatkan untuk tanaman reboisasi, penghara pabrik pulp,


(21)

rehabilitasi lahan, sekat baker dan pohon ornament. Kemenyan berguna pula sebagai bahan pengawet dan baku farmasi obat-obatan. Selain itu kemenyan dapat dipakai pula sebagai bahan campuran dalam pembuatan keramik agar lebih kuat dan tidak mudah pecah. Bahkan di negara-negara Eropa kemenyan digunakan sebagai campuran pada pemanas ruangan (Sasmuko, 2001: 29-40).

Indonesia mempunyai tujuh jenis styrax yang menghasilkan getah kemenyan, tetapi hanya dua jenis yang diusahakan di Sumatera Utara, yakni

Styrax sumatrana Dryand (kemenyan durame) dan Styrax sumatrana J.J.SM. yang

disebut dengan kemenyan toba. Kedua jenis tersebut termasuk kedalm famili Styracaceae, tanaman nerbiji du serta kemenyan termasuk jeni pohon berukuran besar. Adapun urutan sistematika kemenyan adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Superdivision : Spermatophyta Division : Angiospermae

Class : Dikotil

Ordo : Styracales

Family : Styracaceae

Genus : Styrax

Spesies : Styrax sumatranaDryand dan Styrax sumatranaJ. J. SM Tanda-tanda umum dari kemenyan tersebut ialah berdaun tunggal tersusun secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan, pinggiran daun merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet tetapi lebih kuat batang tanaman kemenyan. Berbungan selalu teratur yakni sekali dalam setahun,


(22)

berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing lima buah, benang sari 10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jadi kaki.

( Sasmuko,2000 : 29- 40).

Kemenyan tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut, bersuhu antara 28-30 derajat Celsius di tanah podsolik merah kuning dan latosol. Keasaman tanah antara 5,5 hingga 6,5 dengan kemiringan tanah maksimal 25 derajat.

Tanaman tahunan ini mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun. Ada 20 jenis pohon kemenyan, tetapi yang banyak tumbuh di Sumatera Utara adalah kemenyan jenis durame (Styrax Benzoine) dan kemenyan toba (Styrax Sumatrana). Kemenyan durame lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan jenis toba. Durame bisa disadap sejak umur 6-7 tahun dengan warna getah cenderung hitam, sedangkan toba baru disadap umur 10-13 tahun dengan jenis getah putih

Pohon kemenyan durame, lebih cepat tumbuh dibanding dengan pohon kemenyan toba. Kemenyan durame sudah bisa disadap getahnya pada umur 6 - 7 tahun. Sementara kemenyan toba, baru layak sadap pada umur antara 10 - 13 tahun. Kemenyan durame maupun toba, paling banyak dihasilkan di pulau Sumatera, khususnya di Sumatera Utara, dengan konsentrasi di Kabupaten Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan. Selama ini kemanyan lebih banyak dihasilkan dari pohon genus Styrax yang banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan.Kemenyan sangat berpeluang sebagai komoditas unggulan, asalkan dibudidayakan secara serius berupa Hutan Tanaman Industri (HTI).sehingga


(23)

eksplorasi penyadapan bisa dilakukan secara lebih intensif, lebih mudah, dan dengan hasil yang lebih tinggi

( http// F:/detailberita-10527868.html,2010. komoditas kemenyan).

Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996 Di beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture, budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman( htp://infokehutananjambi.or.id. 2010. Kemenyan).

Getah-getah kemenyan bisa dikelompokkan sedikitnya dalam tujuh macam dari yang paling mahal hingga termurah, yakni mata kasar, kacang, jagung, besar, pasir kasar, pasir halus, hingga abu kesemuanya memiliki tingkat harga berbeda.

Pola pemasarannya sampai saat ini masih bersifat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang tertur sehingga para petani masih merasa kurang beruntung. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurrochmat (2000) dikecamatan Pahe Julu dsan Sosor Tambok yang menyatakan bahwa tengkulak atau pedagang perantara sering kali menjadi tempat bergantung para petani dalam menhadapinkesulitan financial. Hal ini merupakan salah satu factor yang menjadi sebab rendahnya


(24)

posisi tawar petani dalam perdagangan kemenyan, disamping faktor lainnya seperti kurangya akses informasi. tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.

Menurut hasil penelitian Kiajar Rajagukguk di kecamatan Tempahan Kabupaten Tobasa (2009) labilnya harga kemenyan sangat mempengaruhi minat minat masyarakat dalam mengelola kemenyan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan cara meningkatkan akses pasar. Pemasaran getah sangat penting diperluas baik didalam daerah maupun luas daerah. Untuk menghindari permainan harga oleh agen-agen setempat maka jaringan informasi penting terus dikontrol.

Pemasaran juga akan lebih menguntungkan jika dilakukan secara kerjasama yaitu dikumpulkan oleh kelembagaan petani kemudian dipasarkan langsung kepabrik tanpa melalui pengumpul. Hal ini juga dikatakan dalam Sasmuko 2003 bahwa umtuk mengurangi kerugian akibat rantai pemasaran kemenyan di Tapanuli Utara dsan untuk meningkatkan pendapatan/.kesejagteraan petani dapat diatasi dengan memperpendek rantai pemasaran.

Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem tataniaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi suatu sistem tataniaga terdiri dari berbagai sistem ataupun sub sistem pengorganisasiannya.Misalnyasuatu saluran tata niaga, atau suatu mata rantai tata niaga(channel of marketing)bisaterdiri dari satu atau beberapa lembaga


(25)

tata niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal(sole agent)atau koperasi( htp://pengertian ruanglingkup tataniagaor.id. 2010. Kemenyan).

Menurut Standar Industri Indonesia (SII) kemenyan terbagi dalam beberapa kualitas yang didasarkan pada sifat-sifat fisis dan kimia getah. Kemenyan sumatera utara yang diperdagangkan terbagi dalam 2 macam yaitu kemenyan toba dan durame. Kedua kemenyan itu mempunyai sifat visual yang berbeda baik warna dan aromanya. Dalam perdagangan dunia, dikenal kemenyan laos yang mempunyai kualitas lebih baik dan cenderung lebih disukai oleh konsumen dibandingkan dengan kemenyan sumatera utara. Untuk membedakan beberapa macam kemenyan tersebut, dapat diketahui dengan melakukan analisis baik sifat fisis maupun kimia. Selain ketiga macam kemenyan di atas, dalam penelitian ini dilakukan juga analisis terhadap kemenyan lainnya yaitu kemenyan aek nauli. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemenyan toba mempunyai aroma lebih tajam dibandingkan dengan ketiga kemenyan lainnya yang beraroma lembut menyerupai aroma vanili. Sifat fisis ke empat macam kemenyan relatif berbeda. Berdasarkan SII (Standart Industri Indonesia) menyatakan bahwa Standart Mutu Kemenyan adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Standarisasi Mutu kemenyan berdasarkan SII, 1987

No Kriteria Syarat

Mutu I Mutu II

1

2 3 4 5

Warna

Kadar Air, % Kadar Abu % Kadar Kotoran

Kadar Asam Balsamat, %

Putih Kekuning-kuningan Maks. 10 Maks. 1,0

Maks.1,0 Min 30,0

-

Maks.10 Maks.2,0 Maks.5,0 Maks.25,0


(26)

Dipasaran Sumatera Utara, ada 6 kualitas kemenyan yang diperdagangkan yaitu kualitas I s/d VI. Pembagian kualitas didasarkan pada besar kecilnya bongkahan kemenyan. Sebagai contoh, kemenyan kualitas I berwarna putih sampai putih kekuningan berdiameter lebih besar dari 2 cm, sedangkan kualitas II kemenyan berwarna putih sampai putih kekuningan dengan diameter 1-2 cm.

(

kualitas kemenyan hanya berdasarkan penampilan fisik.

2.2 Landasan Teori

Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Sikap adalah kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap sesuatu objek, mendekati atau menjauhi. Oleh karena itu sikap seseorang akan dipengaruhi oleh kadar pendidikannya dan terbawa dalam perbuatannya, melealui faktor pembawaan sejak lahir, karena pendapat atau keyakinan bisa ditanamkan dalam pendidikan, misalnya dalam keluarga atau dalam masyarakat dimana indivisu hidup atau tinggal, sehingga melalui pendidikan baik formal ataupun non formal sikap seseorang akan dapat terbentuk . sikap dapat bersifat negatif atau positif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi atau mendekati, memerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek ( Azwar,1998 : 46).


(27)

Pada dasarnya perilaku petani, sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Umunya karena tingkat hidupnya dan lingkungan tempat tinggal yang masih menyedihkan dan menyebabkan pengetahuan dan kecakapan tetap berada pada tingkat rendah, dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Petani ingin meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Akan tetapi hal-hal diatas merupakan penghalang sehingga cara berfikir, cara kerja, cara hidup mereka lama dan tidak mengalami perubahan ( Handoko,1992 : 9).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif ( cognitive). Komponen afektif ( affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen kognitif merupakan aspek kesenderungan perilaku tentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar,1995 : 46).

Sikap yang ditunjukkan seseorang tergantung jalan fikiran dan perasaan individu terhadap situasi tertentu. Jalinan pikiran dan perasaan tersebut dimunculkan dalam bentuk tingkah laku positif dan negatif. Pengukuran sikap dengan cara tersebut menggunakan skala Likert. Metode pelaksanaannya dengan membuat pernyataan sikap berdasarkan pada pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif dalam lima macam kategori jawaban. Kategori jawaban pernyataan positif yaitu :

sangat setuju (SS) bernilai 4, setuju (S) bernilai 3, ragu-ragu (R) bernilai 2,tidak setuju (TS) bernilai 1 dan sangat tidak setuju (STS) bernilai 0. Untuk pernyataan


(28)

negative : sangat setuju (SS) bernilai 0 setuju (S) bernilai 1, ragu-ragu (R) bernilai 2,tidak setuju (TS) bernilai 3 dan sangat tidak setuju bernilai 4. Pernyataan favorable memiliki skor tertinggi pada jawaban sangat setuju (SS) bernilai 4, sedangkan pernyataan unfavorable memiliki skor tertinggi pada jawaban sangat tidak setuju (STS) bernilai 4 (Azwar,1988 : 140).

Tataniaga adalah proses yang merupakan serangkaian kegiatan berturut-turut yang terjadi selama perjalanan suatu barang atau komoditi mulai dari produsen primer sampai ketangan konsumen. Produsen primer adalah mata rantai pertama dalam rantai produksi. Dalam menyalurkan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, kita akan melihat adanya rangkaian mata rantai tataniaga. Dari satu mata rantai tataniaga, apabila komoditi tertentu memerlukan proses lebih dahulu, maka mata rantai tataniaga tersebut akan lebih panjang. Pada setiap mata rantai tataniaga, umumnya komoditi tersebut akan mengalami penambahan nilai karena waktu, tempat dan bentuk

( Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian Deptan, 1986 : 54-59 ).

Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karena penawarannya sedikit, kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya sering kurang tahan lama, pengangkutan sering sukar, petani sering sekali kurang dalam memperoleh informasi tentang harga, dan pengaruh kebutuhan kredit terhadap posisi tataniaga. Dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai merupakan factor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani ( Badan Diklat dan Penyuluhan Pertanian Deptan, 1986 : 80-81 ).

Terdapat tujuh jenis kemenyan yang menhhasilkan getah tetapi hanya empat jenis yang secara umum lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu :


(29)

a. Kemenyan Durame (S. benzoine DRYAND) b. Kemenyan Bulu (S. benzoine var hiliferum ) c. Kemenyan Toba ( S. sumatrana J.J.. Sm ) dan d. Kemenyan Siam ( S. tokonensis)

Dalam hal ini kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di Sumatera Utara.

2.3. Kerangka Pemikiran

Tataniaga merupakan kegiatan yang sangat berguna dalam membangun kegiatan pertanian, karena dalam kegiatan tataniaga terjadi perpindahan barang/komoditi dari produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayar sejumlah harga/uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperoleh.

Dalam hal ini panjangnya rantai tataniaga kemenyan yang terjadi akan sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap pihak, terlebih pada petani kemenyan. Semakin panjang rantai tataniaga, biaya yang dikeluarkan juga akan semakin besar, sebaliknya rantai tataniaga yang semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tatniaga yang besar.

Selain adanya rantai tataniaga, adanya penetapan harga yang ditentukan oleh setiap rantai tataniaga, sistem pembayaran dan lain sebagainya dapat dilihat bagaimana sikap yang dimiliki oleh petani terhadap system tataniaga itu sendiri yang terjadi baik itu sikap, apakah semakin positif atau malah berubah menjadi negatif, hal ini tentu tergantung pada pada pribadi masing-masing.

Selain adanya sikap terhadap harga ataupun tehnik pemasaran dalam memasarkan kemenyan, petanipun sangat memperhatikan produk dalam hal mutu


(30)

kemenyan. Hal ini dikarenakan mutu kemenyan sangat mempengaruhi harga. Kemenyan yang dipasarkan petani pada umunya masih berupa bahan mentah ( raw material). Dari saat panen dari pohonnya hingga siap dijual petani tidak melakukan pengolahan dalam upaya meningkatkan mutu. Petani hanya melakukan kegiatan yang bersifat mebersihkan ataupun pengeringan saja sebelum dijual kepedagang pengumpul. Dalam kata lain mutu yang dijual oleh petani masih sangat rendah. Oleh karena itu dalam menjalankan pemasaran melalui rantai tataniaga terus terjadi perubahan mutu yang lebih baik lagi. Dalam menunjang penambahan harga.

Hal yang diperhatikan selain itu adalah apakah sistem penentuan kualitas yang digunakan oleh petani ataupun pedagang telah sesuai dengan kualitas berdasarkan standart SII ( Standart Industri Indonesia) sehingga melalui uji mutu tersebut petani dan pedagang mampu meningkatkan kualitas kemenyan yang akan dibudayakan dan diperdagangkan.


(31)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema Kerangka Pemikiran

Gambar. 1

Keterangan :

Sikap

Negatif Sistem Tataniaga

Positif

Petani

Pedagang pengumpul desa

Pedagang pengumpul kecamatan

Pedagang pengumpul kabupaten Budidaya kemenyan

Standarisasi kualitas kemenyan


(32)

: Menyatakan Hubungan

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan indentifikasi masalah dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian. 2. Terdapat beberapa mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian. 3. Sikap petani terhadap sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian

adalah positif

4. Terdapat kriteria penggolongan mutu kemenyan di daerah penelitian.perbandingannya antara mutu kemenyan petani dengan mutu kemenyan standart SII ( Standart Industri Indonesia ).

5. Terdapat materi penyuluhan yang dibutuhkan petani dalam rangka

peningkatan pengetahuan petani terhadap sistem tataniaga kemenyan.

6. Terdapat materi penyuluhan yang pernah diberikan oleh penyuluh

pertanian yang berkaitan dengan komoditi kemenyan di daerah penelitan.

7. Terdapat kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Matiti II Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki luas pertanaman kemenyan yang cukup besar yaitu seluas 80,5 ha dan 80 % KK di desa ini adalah petani kemenyan. (Kantor Kecamatan Dolok Sanggul). Selain itu Desa Matiti merupakan wilayah penghasil kemenyan yang memiliki jarak yang dekat dari Pusat Kota Humbang Hasundutan sebagai tempat untuk memperdagangkan kemenyan yaitu dengan jarak ± 8 km ( Kantor Kepala Desa Matiti II )

3.2. Metode Penentuan Sampel/Responden

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode simple random sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu atau dengan sengaja. Sample merupakan petani di Matiti II yang merupakan petani dan pedagang kemeyan.Desa Matiti II memiliki 356 KK dan dari jumlah tersebut terdapat sekitar 285 KK yang merupakan petani kemenyan.. Jadi petani kemenyan yang terdapat di desa ini berjumlah sekitar 80 % petani kemenyan. Jumlah sample yang diambil sebanyak 30 petani sample. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sample yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sample, sedangkan untuk sample pedagang masing-masing diambil tiga orang untuk pedagang desa, kecamatan, dan kota.


(34)

3.3 Metode Pemngumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya,sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika, Dinas Pertanian, Kantor Kecamatan Dolok Sanggul, Kantor Kepala Desa Matiti II serta instansi terkait lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat bagaimana sistem tataniaga kemenyan di daerah penelitian

Hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat bagaimana mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian

Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan tehnik penskalaan Likert dengan memberikan skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif : sangat setuju (SS) bernilai 4, setuju (S) bernilai 3, ragu-ragu bernilai 2 ,tidak setuju (TS) bernilai 1 dan sangat tidak setuju (STS) bernilai 0. Untuk pernyataan negatif : sangat setuju (SS) bernilai 0, setuju (S) bernilai 1, ragu-ragu bernilai 2,tidak setuju (TS) bernilai 3 dan sangat tidak setuju bernilai 4.

Mengukur sikap digunakan dengan skala pengukuran Likert dengan rumus :

T = 50+ 10

XS.X

(Azwar,1988 : 140) Keterangan :

T = Skor standar

X = Skor Responden

X = Rata-rata skor kelompok S = Deviasi standar kelompok


(35)

Kriteria uji apabila : T > 50 = sikap positif T < 50 = sikap negatif

Hipotesis 4 dianalisis dengan menggnakan metode deskriptif yaitu dengan melihat kriteria penggolongan mutu kemenyan di daerah penelitian dan Perbandingannya dengan mutu kemenyan standar SII (Standar Industri Indonesia)

Hipotesis 5 dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melihat Materi penyuluhan apa saja yang dibutuhkan petani dalam rangka peningkatan pengetahuan petani terhadap sistem tataniaga kemenyan.

Hipotesis 6 dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melihat Materi penyuluhan apa saja yang sudah pernah diberikan oleh penyuluh pertanian yang berkaitan dengan komoditi kemenyan di daerah penelitan.

Hipotesis 7 dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melihat kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengembangkan komoditi kemenyan didaerah penelitian.

3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional

3.5.1 Defenisi

1. Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat.


(36)

2. .Mata rantai tataniaga adalah saluran pemasaran/tataniaga dimana didalamnya terjadi perpindahan barang/komoditi dari produsen kepada konsumen, dimana dalam seiap perpindahan komoditi dari produsen kepada konsumen akan membayarkan sejumlah harga/uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperoleh.

3. Sikap petani adalah pencerminan dorongan - dorongan yang datang dari dalam diri petani dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka kepositifan dan kenegatifan terhadap suatu objek.

4. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, dan menerima bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu.

5. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan objeck tertentu.

6. Menurut Standar Industri Indonesia (SII) kemenyan terbagi dalam beberapa kualitas yang didasarkan pada sifat-sifat fisis dan kimia getah. Kemenyan sumatera utara yang diperdagangkan terbagi dalam 2 macam yaitu kemenyantoba dan durame. Kedua kemenyan itu mempunyai sifat visual yang berbeda baik warna dan aromanya.


(37)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian diadakan di Desa Matiti II, Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Waktu Penelitian adalah tahun 2011.

3. Sampel adalah petani kemenyan yang berada di Desa Matiti Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.


(38)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1 Deskrptif Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas dan Batas Wilayah

Desa Matiti II berada di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan , Provinsi Sumatera Utara. Desa Matiti II terletak pada ketinggian ±1350 m diatas permukaan laut (dpl) dengan jarak ± 8km ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan. Dari jarak tersebut dapat diasumsikan bahwa desa ini sudah dapat menerima arus informasi dari luar daerah dengan cepat. Luas Desa Matiti II adalah 7,98 km².

Secara administratif Desa Matiti II memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Hutagurgur

Sebelah Selatan : Desa Sosor Tambok Sebelah Timur : Desa Hutabagasan Sebelah Barat : Desa Matiti I

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Matiti II tahun 2010 terdiri dari 1.524 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 356 KK dan tingkat kepadatan penduduk 1.598 jiwa/ km², untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 . Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Matiti II, 2010

No. Kelompok Umur

( tahun) Jumlah ( Jiwa) Persentase (%)

1 2 3

0-3 4-6 7-14

112 125 271

7,00 7,82 16,95


(39)

4 5 6 7 8

15-24 25-44 45-54 55-60 > 60

311 378 230 101 70

19,47 23,65 14,40 6,32 4,39

Total 1.598 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif ( 15-60) di desa Matiti II sebanyak 1.020 jiwa (63,9 %). Dan kelompok usia tidak produktif sebanyak 578 jiwa (36,1%). Hal ini memberikan indikasi bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Matiti II cukup besar.

Sebagai daerah pertanian, penduduk didaerah penelitian pada umumnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian, baik itu dilahan sendiri maupun pada lahan yang disewa. Selain itu, sebagian penduduk bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, pertukangan dan lainnya. Untuk lebih jelasnya, pada tabel dapat dilihat distribusi penduduk di Desa Matiti II berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Penduduk di DesaMatiti II, 2010

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa) Persentase (%)

1 2 3 4 5

Petani

Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Pertukangan Pensiunan

654 88 15 21 42

79,76 10,73 1,82 2,57 5,12

Total 820 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 79,76 % penduduk mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian. Sumber daya yang tersedia baik dari alam


(40)

maupun manusia yang paling mendukung adalah sektor pertanian sehingga pekerjaan di sektor ini yang potensial untuk dikembangkan.

4.1.3 Penggunaan Tanah

Luas wilayah Desa Matiti II adalah 798 Ha yang terbagi menurut fungsinya menjadi areal pemukiman, tanah sawah, tanah kering, perkuburan, jalan, bangunan dan lain-lain.

Tabel 5. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah Desa Matiti II, 2010

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4

Pemukiman Tanah Sawah Tanah Kering Perkuburan, Jalan, Bangunan,dll

150 400 198 50

18,80 50,12 24,81 6,27

Total 798 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa , 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan tanah untuk lahan pemukiman yaitu 150 Ha ( 18,80 %), dan tanah kering 198 Ha (24,81%), dan untuk penggunaan tanah yang paling luas yaitu untuk sawah, yaitu 400 Ha (50,12 %) dan untuk pekuburan, jalan, bangunan dan lain-lain seluas 50 Ha (6,27%)

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana desa sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan desa. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka dapat memfasilitasi desa untuk melakukan laju pembangunan dari desa tersebut.


(41)

Distribusi sarana dan prasarana yang ada di Desa Matiti II, dapat dilihat pada tabelberikut :

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Matiti II 2010

No Uraian Jumlah/Unit

1 2

3

4

5

6

7

Sarana Peribadatan - Gereja Sarana Kesehatan

- Posyandu

- Balai Pelayanan Masyarakat Sarana Pendidikan

- Sekolah Dasar (SD)

- Sekolah Menengah Pertama - Sekolah Menengah Atas (SMA) Sarana Perhubungan

- Jalan Desa - Kabupaten Prasarana Komunikasi

- Pemilikan Pesawat TV - Pemilikan Radio

- Pemilikan Antena Parabola Prasarana Transportasi

- Sepeda Motor - Oplet/Mikrolet - Mobil Pribadi Prasarana Keamanan Desa

- Poskamling

5

1 1 3 1 1 1 1 340 200 340 150 6 4 1

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2011

Dari ketersediaan sarana dan prasarana didaerah penelitian, maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan masyarakat sudah cukup terpenuhi, dibidang keagamaan, perhubungan, komunikasi, komunikasi, transportasi dan keamanan desa, kesehatan dan pendidikan. Dengan sumber daya yang tersedia, maka masyarakat mampu mengolah dan memanfaatkan untuk hal yang berguna.


(42)

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani yang dimaksud disini meliputi karakteristik petani yang terdiri dari umur, pendidikan, lama bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, produksi/ha, pendapatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel

No Karakteristik Petani Satuan Range Rataan

1 2 3 4 5

Umur

Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani

Jumlah Tanggungan Keluarga Luas Lahan

Tahun Tahun Tahun Jiwa

Ha

40 - 73 6 - 12 10 - 45 2 - 8 0,5 - 5

56,20 8,00 24,40 3,56 1,16

Sumber : Lampiran 1

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa umur petani berkisar antara 40-73 tahun dengan rataan sebesar 56,20 tahun. Lama pendidikan 6-12 tahun dengan rata-rata 8,00 tahun, petani sampel rata-rata tamat SMP/SLTP sehingga wawasan pengetahuan dan pola pikir petani sudah cukup baik dalam mengelola usaha taninya.

Pengalaman bertani petani sampel berkisar 10 – 45 tahun, dengan rataan 24,40 tahun.dari rataan tersebut dapat dikatakan bahwa petani sampel telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam mengelola usaha taninya, sehingga wawasan dan pola berfikir dari petani sampel sudah cukup baik.

Jumlah tanggungan keluarga petani sampel berkisar 2-8 jiwa, dengan rataan sebesar 3,56 jiwa. Dari rataan tersebut, jumlah tanggungan petani sampel tidak begitu besar.


(43)

Untuk luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,5 – 5 ha dengan rataan 1,16 ha. Dari rataan luas lahan yang dimiliki petani sampel, dapat dikatakan bahwa luas lahan yang diusahakan sudah cukup luas.


(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian

Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat.

Dalam hal ini sistem tataniaga kemenyan yang terdapat di DesaMatiti II Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu cara atau strategi penyampaian komoditi kemenyan dari produsen sampai kepada kosnsumen.

Proses tataniaga yang terjadi antara para petani dengan pedagang pengumpul ataupun pedagang besar kemenyan memiliki sistem yang sama .Adapun secara ringkasnya petani membawa kemenyan mereka dan menanyakan harga kepada pedagang, jika petani tersebut merasa cocok dengan harga yang ditawarkan, kemudian pedagang pengumpul/besar melakukan beberapa pemeriksaan terhadap kemenyan, apabila kemenyan tersebut memenuhi standart yamg diinginkan barulah pedagang akan menimbang kemenyan sesuai yang mereka inginkan dan terjadilah proses pembayaran kemenyan.

Dalam proses penyampaian kemenyan petani hingga pedegang pengumpul dan pedagang besar terdapat beberapa sistem yang dilakukan yaitu mulai dari tehnik penjualan,pembayaran, penimbangan, pengolahan,standarisasi, penetapan harga,informasi pasar dari petani hingga pedagang besar.


(45)

Sistem penjualan dilakukan secara langsung antara pedagang dengan petani pada saat pekan di pasar kemenyan ataupun di desa, dimana petani membawa kemenyan mereka kepasar kemenyan ataupun kepada pedagang pengumpul yang ada di desa.

Dalam hal ini penjualan kemenyan dari petani bisa terjadi dalam tempat yang berbeda, yaitu pada umumnya petani membawa kemenyan mereka ke pasar pusat kemenyan yang terdapat di Kecamatan Dolok Sanggul, kondisi ini terjadi jika kemenyan yang dijual oleh petani adalah dalam jumlah yang banyak,bahkan pedagangpun terkadang hanya membawa barang contoh kepada pedagang jika jumlah kemenyan yang akan dijual sangat banyak, sedangkan jika jumlah kemenyan yang akan dijual sedikit, biasanya petani akan menjual kemenyan mereka ke pedagang pengumpul yang ada didesa mereka.

Sistem pembayaran juga dilakukan secara langsung antara petani dan pedagang pengumpul/besar, biasanya ketika telah selesai penawaran dan harga dirasa cocok, maka pedagang akan langsung membayar kemenyan yang mereka beli.

Sistem penimbangan dilakukan ketika harga telah dirasa cocok sehingga pedagang akan menimbang kemenyan yang ingin dibeli. Timbangan yang dipakai pada umunya adalah timbangan yang terdapat di pasar kemenyan, dan cara ini dirasakan cukup baik, sedangkan jika penjualan dilakukan didesa, timbangan yang dipakai biasanya timbangan pedagang pengumpul, atau meminjam timbangan pengumpul lain.


(46)

Standarisasi yang dilakukan pada umumnya standarisasi yang sederhana yang dilakukan oleh petani dan pedagang yaitu dengan melihat kualitas kemenyan yang akan dibeli, dengan cara melihat bentuk dan tekstur dari kemenyan tersebut.

Pengolahan yang dilakukan dalam hal ini hanya dilakukan oleh pedagang besar yang terdapat di Kecamatan Dolok Sanggul yaitu dengan mengubah bentuk kemenyan menjadi bentuk dan ukuran yang lebih baik,sehingga dapat menambah nilai tambah dan harga dari kemenyan.

Dalam hal penetapan harga dan informasi pasar, petani memperoleh informasi harga melalui pedagang pengumpul/besar yang menghubungi eksportir dan menanyakan harga yang berlaku saat itu, sehingga pedagang bisa menentukan harga kemenyan ditingkat pedesaan, resiko yang ditanggung petani ialah resiko harga, harga kemenyan selalu berfluktuasi dalam setiap penjualan

5.2 Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian

Kecamatan Dolok Sanggul merupakan wilayah yang dimana petani kemenyannya masih menjual kemenyan dalam bentuk kasar, dalam arti belum begitu banyak olahan yang dilakukan untuk mempertinggi harga kemenyan tersebut, hal ini diakibatkan petani pada umumnya hanya menjul kemenyannya dalam jumlah kecil kepada pedagang pengumpul atau yang sering mereka sebut agen atau pedagang pemngumpul desa.

Di Kecamatan Dolok Sanggul, tepatnya di desa Matiti II terdapat banyak agen desa atau pedagang pengumpul ditingkat desa yang bekerjasama dengan petani dalam memperdagangkan kemenyan ke Kecamatan Dolok Sanggul. Hal ini sangat membantu kegiatan petani dalam menjual kemenyan.


(47)

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa ada tiga jenis mata rantai tataniaga kemenyan di pasar yang khusus melakukan transaksi penjualan kemenyan di Kecamatan Dolok Sanggul. Petani yang menjual kemenyan didaerah penelitian tidak hanya berasal dari desa Matiti II dan kecamatan Dolok Sanggul, tetapi juga ada yang datang dari desadan kecamatan lain diantaranya dari kecamatan Parlilitan, Onan Ganjang, dan lain-lain.

Secara ringkas mata skema rantai tataniaga kemenyan di kecamatan Dolok Sanggul adalah sebagai berikut :

Gambar : Skema Mata Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian

Ket :: Dijual Kepada

Terdapat dua jenis mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian yaitu a. Rantai I :PetaniPedagang Pengumpul Pedagang Besar Eksportir

Gambar : Skema Rantai I Tataniaga Kemenyan di Derah Penelitian Petani Kemenyan

Pedagang Pengumpul Pedagang Besar

Petani Kemenyan

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Eksportir


(48)

Pada mata rantai ini, petani menjual kemenyan mereka ke pedagang pengumpul yang ada di Desa Matiti II, selanjutnyapedagang pengumpul Desa menjual kembali kemenyan tersebut ke Pedagang Besar dan akhirnya Pedagang Besar mengekspor kemenyan ke luar pulau Sumatera

b. Rantai II : Petani Pedagang Besar Eksportir

Gambar : Skema Mata Rantai II Tata Niaga Kemenyan di Daerah Penelitian

Ket : : Dijual Kepada

Pada mata rantai ini, petani menjual kemenyan mereka kepedagang pengumpul langsung kepada pedagang besar yang yang ada di Kabupaten, selanjutnya pedagang besar mengekspor kemenyan keluar pulau Sumatera.

Dalam hal ini kota Dolok Sanggul merupakan ibukota kecamatan merangkap ibukota kabupaten sehingga khusus untuk Kecamatan Dolok Sanggul. Agen pengumpul tingkat kecamatan merangkap pengumpul di kabupaten. Pengumpul tingkat kabupaten inilah yang selanjutnya memasarkan kepihak pengolah yang sekaligus adalah eksportir yang berada diluar pulau Sumatera.

Dalam penjualan getah kemenyan, hasil panen petani kemenyan dikelompokkan ke dalam dua kelas yaitu kualitas pertama yang dikenal dengan “mata kasar” dan kualitas kedua yang dikenal dengan istilah “tahir”. Pada saat

Petani Kemenyan

Pedagang Besar


(49)

pelaksanaan penelitian ini harga getah kualitas kemenyan untuk kualitas pertama dihargai Rp 100.000 per kilogram sedangkan untuk kualitas kedua dihargai Rp 70.000 per kilogram. Secara umum petani melakukan penyortirandan pengeringan getah kemenyan terlebih dahulu sebelum dijual karena akan memperoleh harga yang lebih tinggi, namun pada saat tertentu karena terdesak memenuhi kebutuhan keluarga, petani menjual langsung getah tanpa melakukan penyortiran dan pengeringan.

Pedagang pengumpul membeli kemenyan secara langsung dari petani dengan sistem pembayaran tunai. Biasanya petani menjual dalam jumlah yang tidak begitu besar dan dalam waktu yang tidak rutin dan ketika pedagang ini telah berhasil mengumpulkan kemenyan dari sejumlah petani dalam jumlah yang cukup banyak, barulah pedagang pengumpul menjual kemenyan tersebut kepedagang besar.

Pedagang besar membeli kemenyan juga secara langsung dari pedagang pengumpul. Harga yang ditawarkan pedagang besar kepada petani berbeda dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul. Perbedaan harga yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul.

5.3. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian

Adanya sistem tataniaga yang terjadi pada perdagangan kemenyan didaerah penelitian dapat memberikan pandangan kepada petani bagaimana petani memberikan tanggapan terhadap bagaimana sistem tataniaga yang berlangsung didaerah penelitian.


(50)

Berdasarkan hasil analisis, adapun hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 2

Positif Negatif

16 14

53,3 46,7

Total 30 100

Dari tabel 7 diatas, dapat diketahui bahwa sikap petani yang positif adalah 53,3 % dan sikap petani yang negatif 46,7 %, sehingga dapat dikatakan bahwa sikap petani terhadap sistem tataniaga kemenyan adalah positif, yang berarti bahwa petani masih lebih banyak memberikan pandangan yang positif tentang sistem tataniaga kemenyan didaerah penelitian, walaupun memang beberapa hal dalam sistem tataniaga ini yang dirasa kurang baik.

Terdapat beberapa alasan mengapa sikap petani terhadap sistem tataniaga positif yaitu :

1. Petani berpendapat bahwa kemenyan yang mereka jual telah berlangsung dengan sistem penjualan yang baik, dimana mereka cukup menjual hasil kemenyan mereka kepedagang pengumpul atau pedagang besar dengan tidak memiliki masalah, dimana mereka masih mendapat keuntungan dari penjualan kemenyan mereka.

2. Sistem pembayaran, tehnik penimbangan, standarisasi/penentuan kualitas kemenyan yang dilakukan oleh petani terhadap penjualan kemenyan masih berlangsung dengan baik dan tidak menimbulkan suatu masalah..


(51)

3. Harga yang diterima petani merka rasakan cukup memuaskan dan tidak merugikan mereka, begitu juga dengan informasi harga yang masih mudah mereka dapatkan melalui pedagang pengumpul/besar.

Sistem tataniaga yang mereka lalui mulai dari awal sampai akhir masih dirasakan masih baik untuk dilakukan, selain masih dirasa menguntungkan, sistem tataniaga ini juga telah berlangsung lama dari tahun ketahun, sehingga para pihak yang melaksanakan sistem tataniaga inipun merasa nyaman untuk mengerjakannya.

5.4Kriteria Penggolongan Mutu/Kualitas Kemenyan Di Daerah Penelitian

dan Perbedaannya dengan Mutu/Kualitas SII ( Standar Industri Indonesia)

Berdasarkan SII (StandarIndustri Indonesia) menyatakan bahwa Standar Mutu Kemenyan adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Standarisasi Mutu Kemenyan Berdasarkan SII( StandarIndustri Indonesia) 1987

No Kriteria Syarat

Mutu I Mutu II

1 2 3 4 5

Warna Kadar Air % Kadar Abu % Kadar Kotoran

Kadar Asam Balsamat %

Putih Kekuning-kuningan Maks. 10

Maks 1,0 Maks.1,0 Min 30,0

- Maks.10 Maks.2,0 Maks.5,0 Maks.25,0 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Totok K waluyo, Poedji Hastoeti dan T. Prihatiningsih dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan,vol 24 no.1 Februari 2006: 47-61 meneliti karakteristik dan sifat fisio kemenyan di Sumatera Utara menunjukkan hasil sebagai berikut :


(52)

Tabel 10. Karakteristik dan Sifat Fisio Kemenyan di Sumatera Utara No Sifat fisiko-kimia Kualitas Kemenyan

I II III IV V VI

1 Warna

SII 2044-87 Putih I Putih dan putih kuning- an II Putih kekuning dan coklat kemerah-an - Coklat Kemera- han - Coklat Kemera han - Coklat kemera han - 2 Kadar

air (%) SII 2044-87 2,30 I 2,40I I 2,28 I 2,22 I 2,14 I 3,10 I 3 Kadar

Abu (%) SII 2044-87 0,06 I 0,15 I 0,11 I 0,17 I 0,11 I 1,67 II 4 Kadar

Kotoran (%) SII 2044-87 3,05 I 3,88 I 3,83 I 3,67 I 6,08 - 11,47 - 5 Kadar

Asam Balsama t (%) SII 2044-87 33,73 I 33,87 I 32,80 I 31,05 I 31,90 I 24,98 -

Sumber : Standart Industri Indonesia

Keterangan : - tidak termasuk kualifikasi berdasarkan SII 2044-87

Sedangkan untuk hasil dari pengamatan dan sifat fisik kemenyan lokal (Sumatera Utara) adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Sifat Fisik Kemenyan Lokal (Sumatera Utara)

No. Kualitas kemenyan

Sifat-sifat kemenyan

Warna Bentuk Ukuran

1 2 3 I II II Putih Putih sampai putih kekuningan Kuning dan Lempengan Lempengan

Lempengan kecil dan

Lebar ≥ 3 cm Panjang ≥ 5 cm Lebar 2-3 cm Panjang 3-5 cm


(53)

4

5

6

IV

V

VI

coklat kemerahan Kuning kemerahan Coklat Kemerahan Coklat kemerahan

Butiran

Butiran

Butiran

Butiran

Lebar ≥ 2cm Panjang ≥ 3cm Diameter 1- 2cm

Diameter ≥ 1 cm

Halus

Sumber : Penelitian karakteristik dan sifat fisiko-kimia kualitas kemenyan Sumatera Utara oleh Totok K waluyo dkk.

Apabila sifat fisiko-kimia kemenyan kualitas I/IV yang ada dipasaran dipadukan dengan standart industri Indonesia (SII) 2044-87 tentang kemenyan maka hasilnya tercantum seperti tabel 10 .

Warna kualitas kemenyan I dan II dipasaran masuk kualitas I berdasarkan SII karena syaratnya berwarna putih kekuning-kuningan, sedangkan kemenyan kualitas III s/d VI berwarna coklat kemerahan dapat masuk kualitas II berdasarkan SII, karena kualitas II tidak ditetapkan persyaratan warna.

Kadar air kualitas I s/d VI dipasaran memenuhi syarat kualitas I (SII), hal ini disebabkan oleh pengeringan kemenyan yang dilakukan masyrarakat cukup lama yaitu sekitar 3 bulan sehingga kadar air kemenyan dipasaran cukup rendah.

Kadar abu kemenyan kualitas I s/d V dipasaran masuk kualitas I (SII), sedangkan kualitas VI masuk kualitas II (SII). Hal ini menunjukkan bahwa kemenyan yang ada dipasaran mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi.

Kadar kotoran kemenyan kualitas I s/d IV dipasaran masuk kualitas II (SII), sedangkan kualitas VI tidak masuk standart. Kalau dilihat dari kadar abu diatas, kemenyan yang ada dipasaran mempunyai tingkat kemurnian yang


(54)

relatiftinggi. Hal ini disebabkan SII kemenyan untuk kadar kotoran persyaratannya cukup tinggi.

Kadar asam balsamat kemenyan kualitas I s/d V masuk kualitas I (SII). Kemenyan kualitas VI tidak memenuhi SII, keadaan ini disebabkan kadar abu dan kadar kotorannya relatif tinggi sehingga akan mempengaruhi kadar asam balsamat yang terkandung didalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Dolok Sanggul dapat dinyatakan bahwa menyatakan bahwa kualitas yang dipasarkan di Dolok Sanggul dikalangan petani, pedagang serta dapat dikatakan belum ada suatu standart yang menjadi dasar umum yang berlaku untuk semua transaksi pedagang. Dalam hal ini beberapa standarisasi yang dilakukan petani dan pedagang didaerah penelitian :

Petani

Adapun standarisasi yang dilakukan oleh petani terhadap kemenyan yang mereka jual ialah mereka memilah atau menyortir kemenyan berwarna putih sampai kuning keemasan dan ukuran yang agak besar. Kemenyan kualitas ini mereka dapatkan biasanya sewaktu masa panen besar yaitu kualitas kemenyan getah mata kasar dan mata halus, dan saat masa panen menurun yaitu getah tahir dan juror dengan ukuran yang agak besar, terakhir pada masa membersihkan pohon kemenyan diperoleh kemenyan juru yang agak coklat muda hingga coklat tua, dan akhirnya pada masa musim menakik diperoleh tagir atau sisa-sisa.

Untuk menentukan mutu kemenyan petani hanya menggunakan perbedaan kualitas berdasarkan kualitas fisik kemenyan, sedangkan untuk kualitas berdasarkan fisiko-kimia, belum dilakukan karena mengingat keterbatasan dan


(55)

pengetahuan yang dimiliki oleh petani untuk mengetahui mutu dan kualitas kemenyan dengan baik, selain itu pengolahan kemenyan untuk bentuk dan olahan yang siap pakaipun belum dilakukan di daerah ini.

Pedagang

Adapun pedagang yang sekaligus adalah pengolah getah kemenyan dari mentah sampai getah kemenyan yang akan disortir dengan lebih baik lagi sesuai permintaan eksportir. Pada mulanya merka membeli kemenyan dari petani berupa kemenyan sam-sam, tahir dan lainnya. Kemudian kemenyan tersebut akan disortir dengan beberapa cara, salah satunya dengan memakai ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu kemenyan yang diinginkan.

Sedangkan untuk mengetahui kualitas kemenyan berdasarkan fisiko-kimianya, pedagangpun belum melakukannya, Karen mengingat daerah ini hanya melakukan pengolahan kemenyan secara fisik bukan pengolahan untuk bahan siap pakai. Sehingga penelitian akan susunan dan kualitas kimianya pun belum diketahui dan dikerjakan.

Adapun kualitas kemenyan yang terdapat didaerah penelitian baik oleh petani dan oleh pedagang adalah :

Kualitas I

Kemenyan Mata Kasar atau Sidungkapi ialah bongkahan kemenyan bewarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata berdiameter 2 cm.

Kualitas II

Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai kekuning-kuningan berdiameter 1-2 cm.


(1)

Lampiran 4 Frekuensi Pernyataan Sikap Positif Dan Negatif

No.

Pernyataan

positif

SS

S

RR

TS

STS

Jumlah

1

3

19

4

4

0

30

2

4

24

2

0

0

30

3

3

22

3

5

0

30

4

3

27

0

0

0

30

5

3

18

0

9

0

30

6

1

18

2

6

3

30

7

0

22

1

6

1

30

8

0

19

2

8

1

30

9

0

18

3

8

1

30

10

3

21

2

3

1

30

11

1

23

2

4

0

30

12

1

16

3

7

3

30

13

2

19

2

6

1

30

14

0

20

2

7

1

30

15

0

18

2

7

3

30

Total

24

304

30

80

15

450

No.

Pernyataan

positif

SS

S

RR

TS

STS

Jumlah

1

0

20

3

6

1

30

2

0

0

5

21

4

30

3

0

3

4

21

2

30

4

0

1

5

21

3

30

5

3

20

3

1

3

30

6

3

15

2

8

2

30

7

3

14

2

9

2

30

8

3

14

1

11

1

30

9

2

13

1

13

1

30

10

4

16

1

7

2

30

11

1

16

3

9

1

30

12

1

18

3

6

2

30

13

3

17

2

6

2

30

14

7

20

3

0

0

30

15

3

22

4

0

0

30


(2)

No. Perny ataan positif

Proporsi (P) Proporsi Kumulatif Proporsi Kumulatif Tengah Z tabel

P = F/n (1/2 pk + pkb)

STS TS RR S SS STS TS RR S SS STS TS RR S SS STS TS RR S SS 1 0.00

0 0.00 0 0.06 7 0.80 0 0.13 3 0.00 0 0.00 0 0.06 7 0.86 7 1.00 0 0.00 0 0.00 0 0.03 3 0.46 7 0.93 3 -3.49 -1.50 -0.84

0.21 1.65 2 0.00

0 0.16 7 0.10 0 0.73 3 0.10 0 0.00 0 0.16 7 0.26 7 1.00 0 1.10 0 0.00 0 0.08 3 0.21 7 0.63 3 1.05 0 -3.49 -3.49 -1.83 -0.10 1.50 3 0.00

0 0.00 0 0.00 0 0.90 0 0.10 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.90 0 1.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.45 0 0.95 0 -3.49 -1.38 -1.38

0.34 3.49 4 0.00

0 0.30 0 0.00 0 0.60 0 0.10 0 0.00 0 0.30 0 0.30 0 0.90 0 1.00 0 0.00 0 0.15 0 0.30 0 0.60 0 0.95 0 -3.49 -3.49 -3.49 -0.12 1.65 5 0.10

0 0.20 0 0.06 7 0.60 0 0.03 3 0.10 0 0.30 0 0.36 7 0.96 7 1.00 0 0.05 0 0.20 0 0.33 3 0.66 7 0.98 3 -3.49 -1.04 -0.52

0.26 1.65 6 0.03

3 0.20 0 0.03 3 0.73 3 0.00 0 0.03 3 0.23 3 0.26 7 1.00 0 1.00 0 0.01 7 0.13 3 0.25 0 0.63 3 1.00 0 -1.64 -0.84 -0.43

0.43 2.12 7 0.03

3 0.26 7 0.06 7 0.63 3 0.00 0 0.03 3 0.30 0 0.36 7 1.00 0 1.00 0 0.01 7 0.16 7 0.33 3 0.68 3 1.00 0 -2.12 -1.11 -0.67

0.34 3.49 8 0.03

3 0.26 7 0.10 0 0.60 0 0.00 0 0.03 3 0.30 0 0.40 0 1.00 0 1.00 0 0.01 7 0.16 7 0.35 0 0.70 0 1.00 0 -2.12 -0.97 -0.38

0.48 3.49 9 0.03

3 0.10 0 0.06 7 0.70 0 0.10 0 0.03 3 0.13 3 0.20 0 0.90 0 1.00 0 0.01 7 0.08 3 0.16 7 0.55 0 0.95 0 -2.12 -0.97 -0.39

0.53 3.49 10 0.00

0 0.13 3 0.06 7 0.76 7 0.03 3 0.00 0 0.13 3 0.20 0 0.96 7 1.00 0 0.00 0 0.06 7 0.16 7 0.58 3 0.98 3 -2.12 -1.38 -0.97

0.13 1.65 11 0.10

0 0.23 3 0.10 0 0.53 3 0.03 3 0.10 0 0.33 3 0.43 3 0.96 7 1.00 0 0.05 0 0.21 7 0.38 3 0.70 0 0.98 3 -3.49 -1.50 -0.97

0.21 2.12 12 0.03

3 0.20 0 0.06 7 0.63 3 0.06 7 0.03 3 0.23 3 0.30 0 0.93 3 1.00 0 0.01 7 0.13 3 0.26 7 0.61 7 0.96 7 -1.64 -0.78 -0.30

0.53 2.12 13 0.03

3 0.23 3 0.06 7 0.66 7 0.00 0 0.03 3 0.26 7 0.33 3 1.00 0 1.00 0 0.01 7 0.15 0 0.30 0 0.66 7 1.00 0 -2.12 -0.62 -0.62

0.30 1.84 14 0.10

0 0.23 3 0.06 7 0.60 0 0.00 0 0.10 0 0.33 3 0.40 0 1.00 0 1.00 0 0.05 0 0.21 7 0.36 7 0.70 0 1.00 0 -2.12 -0.52 -0.52

0.43 3.49 15 0.03

3 0.17 8 0.06 7 0.67 6 0.05 3 0.03 3 0.21 1 0.27 8 0.95 3 1.00 7 0.01 7 0.12 2 0.24 4 0.61 6 0.98 0 -1.64 -1.38 -1.38


(3)

No. Pernyat

aan positif

Proporsi (P) Proporsi Kumulatif Proporsi Kumulatif Tengah Z tabel

P = F/n (1/2 pk + pkb)

SS S RR TS STS SS S RR TS STS SS S RR TS STS SS S RR TS STS 1 0.00

0 0.00 0 0.16 7 0.70 0 0.13 3 0.00 0 0.00 0 0.16 7 0.86 7 1.00 0 0.00 0 0.00 0 0.08 3 0.51 7 0.93 3 -3.49 -0.43

0.57 1.11 2.12 2 0.00

0 0.10 0 0.13 3 0.70 0 0.06 7 0.00 0 0.10 0 0.23 3 0.93 3 1.00 0 0.00 0 0.05 0 0.16 7 0.58 3 0.96 7 -3.49 -3.49 -1.38

0.04 1.50 3 0.00

0 0.03 3 0.16 7 0.70 0 0.10 0 0.00 0 0.03 3 0.20 0 0.90 0 1.00 0 0.00 0 0.01 7 0.11 7 0.55 0 0.95 0 -3.49 -1.64 -0.97

0.21 1.84 4 0.10

0 0.66 7 0.10 0 0.03 3 0.10 0 0.10 0 0.76 7 0.86 7 0.90 0 1.00 0 0.05 0 0.43 3 0.81 7 0.88 3 0.95 0 -3.49 -2.12 -1.19

0.13 1.65 5 0.10

0 0.50 0 0.06 7 0.26 7 0.06 7 0.10 0 0.60 0 0.66 7 0.93 3 1.00 0 0.05 0 0.35 0 0.63 3 0.80 0 0.96 7 -1.64 -0.17

0.91 1.19 1.65 6 0.10

0 0.46 7 0.06 7 0.30 0 0.06 7 0.10 0 0.56 7 0.63 3 0.93 3 1.00 0 0.05 0 0.33 3 0.60 0 0.78 3 0.96 7 -1.64 -0.39

0.34 0.85 1.84 7 0.10

0 0.46 7 0.03 3 0.36 7 0.03 3 0.10 0 0.56 7 0.60 0 0.96 7 1.00 0 0.05 0 0.33 3 0.58 3 0.78 3 0.98 3 -1.64 -0.43

0.26 0.78 1.84 8 0.06

7 0.43 3 0.03 3 0.43 3 0.03 3 0.06 7 0.50 0 0.53 3 0.96 7 1.00 0 0.03 3 0.28 3 0.51 7 0.75 0 0.98 3 -1.64 -0.43

0.21 0.78 2.12 9 0.13

3 0.53 3 0.03 3 0.23 3 0.06 7 0.13 3 0.66 7 0.70 0 0.93 3 1.00 0 0.06 7 0.40 0 0.68 3 0.81 7 0.96 7 -1.83 -0.57

0.04 0.68 2.12 10 0.03

3 0.53 3 0.10 0 0.30 0 0.03 3 0.03 3 0.56 7 0.66 7 0.96 7 1.00 0 0.01 7 0.30 0 0.61 7 0.81 7 0.98 3 -1.50 -0.25

0.48 0.91 1.84 11 0.03

3 0.60 0 0.10 0 0.20 0 0.06 7 0.03 3 0.63 3 0.73 3 0.93 3 1.00 0 0.01 7 0.33 3 0.68 3 0.83 3 0.96 7 -2.12 -0.52

0.30 0.91 2.12 12 0.10

0 0.56 7 0.06 7 0.20 0 0.06 7 0.10 0 0.66 7 0.73 3 0.93 3 1.00 0 0.05 0 0.38 3 0.70 0 0.83 3 0.96 7 -2.12 -0.43

0.48 0.34 1.84 13 0.23

3 0.66 7 0.10 0 0.00 0 0.00 0 0.23 3 0.90 0 1.00 0 1.00 0 1.00 0 0.11 7 0.56 7 0.95 0 1.00 0 1.00 0 -1.64 -0.30

0.53 0.34 1.84 14 0.10

0 0.73 3 0.13 3 0.00 0 0.00 0 0.10 0 0.83 3 0.96 7 0.96 7 0.96 7 0.05 0 0.46 7 0.90 0 0.96 7 0.96 7 -1.19

0.17 1.65 3.49 3.49 15 0.07

3 0.46 4 0.09 3 0.30 9 0.05 8 0.07 3 0.53 8 0.63 1 0.94 0 0.99 8 0.03 7 0.30 6 0.58 4 0.78 6 0.96 9 -1.64 -0.10


(4)

Lampiran 6. PerhitunganNilaiSkalaKategoriJawabanSkorRespomden

NomorPernyataam

PernyataanPositif

PernyataanNegatif

NilaiKategoriJawaban

NilaiKategoriJawaban

STS

TS

RR

S

SS

SS

S

RR

TS

STS

1

0

2

3

4

5

0

3

4

5

6

2

0

0

3

3

5

0

0

2

4

5

3

0

2

2

4

7

0

2

3

4

5

4

0

0

0

3

5

0

1

2

4

5

5

0

2

3

4

5

0

1

3

3

3

6

0

1

1

2

4

0

1

2

2

3

7

0

1

1

2

6

0

1

2

2

3

8

0

1

2

3

6

0

1

2

2

4

9

0

1

2

3

6

0

1

2

3

4

10

0

1

1

2

4

0

1

2

3

3

11

0

2

2

4

6

0

2

2

4

4

12

0

1

1

2

4

0

2

3

4

4

13

0

1

1

2

4

0

1

2

3

3

14

0

2

2

3

6

0

1

3

5

5


(5)

Lampiran 7. Tabel Skor Pernyataan Sikap Positif dan Sikap Negatif Petani terhadap Rantai Tata Niaga

N

o.

PERNYATAAN

Total

Skor

Sikap

Positif (+)

Negatif (-)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

4 3 4 5 4 1 2 3 3 2 4 2 2 2 0 3 4 5 4 1 1 2 1 1 1 4 2 3 0 2

75

2

5 3 2 3 4 1 1 1 3 2 4 2 2 2 2 3 4 4 4 0 1 2 0 1 0 4 2 0 1 2

65

3

5 3 4 3 0 1 0 3 3 2 4 0 1 2 1 3 5 4 5 0 0 1 1 1 0 2 2 1 1 2

60

4

4 3 2 3 4 1 1 3 1 4 4 2 2 3 2 3 5 3 2 1 0 1 1 3 0 2 2 1 0 2

65

5

4 3 4 5 4 2 2 0 3 4 6 1 2 0 0 4 4 4 4 1 1 0 2 3 3 2 4 3 0 2

77

6

4 3 2 3 4 2 1 1 3 2 4 2 2 3 0 3 4 4 4 1 1 3 2 3 3 2 4 3 1 2

76

7

2 3 2 3 4 0 2 1 3 0 4 2 2 3 2 3 2 3 4 1 1 1 2 3 1 4 2 0 0 0

60

8

4 3 4 3 2 0 2 3 2 2 4 1 1 2 0 3 2 4 2 3 2 1 2 1 1 4 4 3 0 3

68

9

3 3 2 3 4 2 2 3 3 1 4 2 2 2 1 5 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 3 3 1 3

74

10 3 3 4 3 4 2 1 1 1 2 4 1 1 2 2 5 4 5 4 1 1 2 1 1 3 4 4 1 1 2

73

11 3 3 4 3 4 2 2 3 1 2 6 1 2 3 0 5 4 4 4 1 2 2 2 0 3 2 4 1 1 2

76

12 4 5 4 3 2 0 2 3 3 1 4 4 4 3 2 3 4 4 4 1 2 2 1 4 3 2 2 1 1 2

80

13 4 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 3 4 4 5 1 1 2 1 3 1 2 2 1 1 0

62

14 4 3 4 3 2 2 2 3 3 2 4 2 2 3 2 3 4 4 5 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 3

76

15 4 5 2 3 4 1 1 3 3 2 2 0 2 3 2 3 2 3 1 3 1 2 0 2 0 2 4 0 1 3

64

16 5 3 4 3 4 1 1 2 1 4 4 2 2 3 0 5 4 4 2 3 1 2 0 2 1 2 2 2 1 0

70

17 4 3 4 3 4 2 2 3 3 1 4 2 2 3 2 3 4 4 4 0 3 2 1 1 3 2 2 3 0 2

76

18 4 3 4 3 5 2 2 2 1 2 4 1 2 3 2 3 2 4 4 0 2 2 2 1 1 4 3 1 0 2

71

19 4 3 4 3 5 2 2 3 3 2 4 2 1 3 0 5 4 2 4 1 0 1 2 1 1 0 2 1 3 3

71

20 5 3 4 3 5 2 2 3 3 2 4 2 1 2 0 4 5 2 4 1 2 1 2 3 1 2 2 1 3 2

76

21 2 3 2 3 4 4 2 1 3 2 2 1 2 2 1 6 4 2 4 1 3 1 1 0 3 2 4 1 1 2

69

22 4 3 4 3 2 1 2 1 1 2 4 2 4 3 2 4 4 4 2 3 1 2 1 3 3 4 2 3 1 2

77

23 4 5 4 3 2 2 2 3 3 2 4 1 0 3 2 3 4 4 4 1 2 1 1 3 1 2 2 1 1 2

72

24 2 5 4 5 4 2 2 3 3 2 4 1 2 3 2 3 2 3 4 1 2 3 1 1 1 2 3 1 1 2

74

25 4 3 4 3 4 2 2 3 2 2 2 1 0 3 2 3 4 4 4 1 1 0 2 1 3 4 0 3 1 2

70

26 3 3 4 3 2 2 2 3 0 2 2 2 2 3 2 3 4 4 4 1 2 1 0 3 1 2 4 2 1 2

69

27 4 3 4 3 2 2 1 1 2 2 3 0 2 3 0 3 4 4 4 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 2

64

28 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 4 2 2 3 2 3 4 4 4 3 1 1 1 1 3 4 2 1 1 2

78

29 2 3 4 3 4 2 2 3 1 2 4 2 1 3 0 5 5 4 2 0 2 1 1 1 1 2 2 1 3 2

68


(6)

Lampiran 8. Skor Sikap dan Interprestasinya

No. Sampel

Skor Sikap

Nilai

Interprestasinya

1

75

57.57

Positif

2

65

39.55

Negatif

3

60

30.54

Negatif

4

65

39.55

Negatif

5

77

61.17

Positif

6

76

59.37

Positif

7

60

30.54

Negatif

8

68

44.95

Negatif

9

74

55.77

Positif

10

73

53.96

Positif

11

76

59.37

Positif

12

80

66.58

Positif

13

62

34.14

Negatif

14

76

59.37

Positif

15

64

37.75

Negatif

16

70

48.56

Negatif

17

76

59.37

Positif

18

71

50.36

Positif

19

71

50.36

Positif

20

76

59.37

Positif

21

69

46.76

Negatif

22

77

61.17

Positif

23

72

52.16

Positif

24

74

55.77

Positif

25

70

48.56

Negatif

26

69

46.76

Negatif

27

64

37.75

Negatif

28

78

62.97

Positif

29

68

44.95

Negatif

30

68

44.95

Negatif

Total

2124

1.500.00