Standarisasi yang dilakukan pada umumnya standarisasi yang sederhana yang dilakukan oleh petani dan pedagang yaitu dengan melihat kualitas kemenyan
yang akan dibeli, dengan cara melihat bentuk dan tekstur dari kemenyan tersebut. Pengolahan yang dilakukan dalam hal ini hanya dilakukan oleh pedagang
besar yang terdapat di Kecamatan Dolok Sanggul yaitu dengan mengubah bentuk kemenyan menjadi bentuk dan ukuran yang lebih baik,sehingga dapat menambah
nilai tambah dan harga dari kemenyan. Dalam hal penetapan harga dan informasi pasar, petani memperoleh
informasi harga melalui pedagang pengumpulbesar yang menghubungi eksportir dan menanyakan harga yang berlaku saat itu, sehingga pedagang bisa menentukan
harga kemenyan ditingkat pedesaan, resiko yang ditanggung petani ialah resiko harga, harga kemenyan selalu berfluktuasi dalam setiap penjualan
5.2 Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian
Kecamatan Dolok Sanggul merupakan wilayah yang dimana petani kemenyannya masih menjual kemenyan dalam bentuk kasar, dalam arti belum
begitu banyak olahan yang dilakukan untuk mempertinggi harga kemenyan tersebut, hal ini diakibatkan petani pada umumnya hanya menjul kemenyannya
dalam jumlah kecil kepada pedagang pengumpul atau yang sering mereka sebut agen atau pedagang pemngumpul desa.
Di Kecamatan Dolok Sanggul, tepatnya di desa Matiti II terdapat banyak agen desa atau pedagang pengumpul ditingkat desa yang bekerjasama dengan
petani dalam memperdagangkan kemenyan ke Kecamatan Dolok Sanggul. Hal ini sangat membantu kegiatan petani dalam menjual kemenyan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa ada tiga jenis mata rantai tataniaga kemenyan di pasar yang khusus melakukan transaksi penjualan kemenyan di
Kecamatan Dolok Sanggul. Petani yang menjual kemenyan didaerah penelitian tidak hanya berasal dari desa Matiti II dan kecamatan Dolok Sanggul, tetapi juga
ada yang datang dari desadan kecamatan lain diantaranya dari kecamatan Parlilitan, Onan Ganjang, dan lain-lain.
Secara ringkas mata skema rantai tataniaga kemenyan di kecamatan Dolok Sanggul adalah sebagai berikut :
Gambar : Skema Mata Rantai Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian
Ket :: Dijual Kepada
Terdapat dua jenis mata rantai tataniaga kemenyan di daerah penelitian yaitu a. Rantai I :PetaniPedagang Pengumpul Pedagang Besar Eksportir
Gambar : Skema Rantai I Tataniaga Kemenyan di Derah Penelitian Ket : : Dijual Kepada
Petani Kemenyan
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar
Petani Kemenyan Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar Eksportir
Eksportir
Universitas Sumatera Utara
Pada mata rantai ini, petani menjual kemenyan mereka ke pedagang pengumpul yang ada di Desa Matiti II, selanjutnyapedagang pengumpul Desa
menjual kembali kemenyan tersebut ke Pedagang Besar dan akhirnya Pedagang Besar mengekspor kemenyan ke luar pulau Sumatera
b. Rantai II : Petani Pedagang Besar Eksportir Gambar : Skema Mata Rantai II Tata Niaga Kemenyan di Daerah Penelitian
Ket : : Dijual Kepada Pada mata rantai ini, petani menjual kemenyan mereka kepedagang
pengumpul langsung kepada pedagang besar yang yang ada di Kabupaten, selanjutnya pedagang besar mengekspor kemenyan keluar pulau Sumatera.
Dalam hal ini kota Dolok Sanggul merupakan ibukota kecamatan merangkap ibukota kabupaten sehingga khusus untuk Kecamatan Dolok Sanggul.
Agen pengumpul tingkat kecamatan merangkap pengumpul di kabupaten. Pengumpul tingkat kabupaten inilah yang selanjutnya memasarkan kepihak
pengolah yang sekaligus adalah eksportir yang berada diluar pulau Sumatera. Dalam penjualan getah kemenyan, hasil panen petani kemenyan
dikelompokkan ke dalam dua kelas yaitu kualitas pertama yang dikenal dengan “mata kasar” dan kualitas kedua yang dikenal dengan istilah “tahir”. Pada saat
Petani Kemenyan
Pedagang Besar
Eksportir
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan penelitian ini harga getah kualitas kemenyan untuk kualitas pertama dihargai Rp 100.000 per kilogram sedangkan untuk kualitas kedua dihargai Rp
70.000 per kilogram. Secara umum petani melakukan penyortirandan pengeringan getah kemenyan terlebih dahulu sebelum dijual karena akan memperoleh harga
yang lebih tinggi, namun pada saat tertentu karena terdesak memenuhi kebutuhan keluarga, petani menjual langsung getah tanpa melakukan penyortiran dan
pengeringan. Pedagang pengumpul membeli kemenyan secara langsung dari petani
dengan sistem pembayaran tunai. Biasanya petani menjual dalam jumlah yang tidak begitu besar dan dalam waktu yang tidak rutin dan ketika pedagang ini telah
berhasil mengumpulkan kemenyan dari sejumlah petani dalam jumlah yang cukup banyak, barulah pedagang pengumpul menjual kemenyan tersebut kepedagang
besar. Pedagang besar membeli kemenyan juga secara langsung dari pedagang
pengumpul. Harga yang ditawarkan pedagang besar kepada petani berbeda dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul. Perbedaan harga
yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul.
5.3. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian