pelaksanaan penelitian ini harga getah kualitas kemenyan untuk kualitas pertama dihargai Rp 100.000 per kilogram sedangkan untuk kualitas kedua dihargai Rp
70.000 per kilogram. Secara umum petani melakukan penyortirandan pengeringan getah kemenyan terlebih dahulu sebelum dijual karena akan memperoleh harga
yang lebih tinggi, namun pada saat tertentu karena terdesak memenuhi kebutuhan keluarga, petani menjual langsung getah tanpa melakukan penyortiran dan
pengeringan. Pedagang pengumpul membeli kemenyan secara langsung dari petani
dengan sistem pembayaran tunai. Biasanya petani menjual dalam jumlah yang tidak begitu besar dan dalam waktu yang tidak rutin dan ketika pedagang ini telah
berhasil mengumpulkan kemenyan dari sejumlah petani dalam jumlah yang cukup banyak, barulah pedagang pengumpul menjual kemenyan tersebut kepedagang
besar. Pedagang besar membeli kemenyan juga secara langsung dari pedagang
pengumpul. Harga yang ditawarkan pedagang besar kepada petani berbeda dengan harga yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul. Perbedaan harga
yang ditawarkan kepada pedagang pengumpul.
5.3. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan di Daerah Penelitian
Adanya sistem tataniaga yang terjadi pada perdagangan kemenyan didaerah penelitian dapat memberikan pandangan kepada petani bagaimana petani
memberikan tanggapan terhadap bagaimana sistem tataniaga yang berlangsung didaerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis, adapun hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Sikap Petani Terhadap Sistem Tataniaga Kemenyan
No. Kategori
Jumlah Jiwa Persentase
1 2
Positif Negatif
16 14
53,3 46,7
Total 30
100
Dari tabel 7 diatas, dapat diketahui bahwa sikap petani yang positif adalah 53,3 dan sikap petani yang negatif 46,7 , sehingga dapat dikatakan bahwa
sikap petani terhadap sistem tataniaga kemenyan adalah positif, yang berarti bahwa petani masih lebih banyak memberikan pandangan yang positif tentang
sistem tataniaga kemenyan didaerah penelitian, walaupun memang beberapa hal dalam sistem tataniaga ini yang dirasa kurang baik.
Terdapat beberapa alasan mengapa sikap petani terhadap sistem tataniaga positif yaitu :
1. Petani berpendapat bahwa kemenyan yang mereka jual telah berlangsung
dengan sistem penjualan yang baik, dimana mereka cukup menjual hasil kemenyan mereka kepedagang pengumpul atau pedagang besar dengan
tidak memiliki masalah, dimana mereka masih mendapat keuntungan dari penjualan kemenyan mereka.
2. Sistem pembayaran, tehnik penimbangan, standarisasipenentuan kualitas
kemenyan yang dilakukan oleh petani terhadap penjualan kemenyan masih berlangsung dengan baik dan tidak menimbulkan suatu masalah..
Universitas Sumatera Utara
3. Harga yang diterima petani merka rasakan cukup memuaskan dan tidak
merugikan mereka, begitu juga dengan informasi harga yang masih mudah mereka dapatkan melalui pedagang pengumpulbesar.
Sistem tataniaga yang mereka lalui mulai dari awal sampai akhir masih dirasakan masih baik untuk dilakukan, selain masih dirasa menguntungkan, sistem
tataniaga ini juga telah berlangsung lama dari tahun ketahun, sehingga para pihak yang melaksanakan sistem tataniaga inipun merasa nyaman untuk
mengerjakannya. 5.4 Kriteria Penggolongan MutuKualitas Kemenyan Di Daerah Penelitian
dan Perbedaannya dengan MutuKualitas SII Standar Industri Indonesia
Berdasarkan SII StandarIndustri Indonesia menyatakan bahwa Standar Mutu Kemenyan adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Standarisasi Mutu Kemenyan Berdasarkan SII StandarIndustri Indonesia 1987
No Kriteria
Syarat Mutu I
Mutu II 1
2 3
4 5
Warna Kadar Air
Kadar Abu Kadar Kotoran
Kadar Asam Balsamat Putih Kekuning-kuningan
Maks. 10 Maks 1,0
Maks.1,0 Min 30,0
- Maks.10
Maks.2,0 Maks.5,0
Maks.25,0 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Totok K waluyo, Poedji
Hastoeti dan T. Prihatiningsih dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan,vol 24 no.1 Februari 2006: 47-61 meneliti karakteristik dan sifat fisio kemenyan di Sumatera
Utara menunjukkan hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Karakteristik dan Sifat Fisio Kemenyan di Sumatera Utara
No Sifat
fisiko- kimia
Kualitas Kemenyan I
II III
IV V
VI 1
Warna SII
2044-87 Putih
I Putih dan
putih kuning-
an II
Putih kekuning
dan coklat kemerah-
an -
Coklat Kemera-
han
- Coklat
Kemera han
- Coklat
kemera han
- 2
Kadar air
SII 2044-87
2,30 I
2,40I I
2,28 I
2,22 I
2,14 I
3,10 I
3 Kadar
Abu SII
2044-87 0,06
I 0,15
I 0,11
I 0,17
I 0,11
I 1,67
II 4
Kadar Kotoran
SII 2044-87
3,05
I 3,88
I 3,83
I 3,67
I 6,08
- 11,47
- 5
Kadar Asam
Balsama t
SII 2044-87
33,73
I 33,87
I 32,80
I 31,05
I 31,90
I 24,98
-
Sumber : Standart Industri Indonesia Keterangan : - tidak termasuk kualifikasi berdasarkan
SII 2044-87
Sedangkan untuk hasil dari pengamatan dan sifat fisik kemenyan lokal Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Sifat Fisik Kemenyan Lokal Sumatera Utara
No. Kualitas
kemenyan Sifat-sifat kemenyan
Warna Bentuk
Ukuran 1
2 3
I II
II Putih
Putih sampai putih
kekuningan Kuning dan
Lempengan Lempengan
Lempengan kecil dan Lebar
≥ 3 cm Panjang
≥ 5 cm Lebar 2-3 cm
Panjang 3-5 cm Diameter
≥ 2cm
Universitas Sumatera Utara
4 5
6 IV
V VI
coklat kemerahan
Kuning kemerahan
Coklat Kemerahan
Coklat kemerahan
Butiran Butiran
Butiran Butiran
Lebar ≥ 2cm
Panjang ≥ 3cm
Diameter 1- 2cm Diameter
≥ 1 cm Halus
Sumber : Penelitian karakteristik dan sifat fisiko-kimia kualitas kemenyan Sumatera Utara oleh Totok K waluyo dkk.
Apabila sifat fisiko-kimia kemenyan kualitas IIV yang ada dipasaran dipadukan dengan standart industri Indonesia SII 2044-87 tentang kemenyan
maka hasilnya tercantum seperti tabel 10 . Warna kualitas kemenyan I dan II dipasaran masuk kualitas I berdasarkan
SII karena syaratnya berwarna putih kekuning-kuningan, sedangkan kemenyan kualitas III sd VI berwarna coklat kemerahan dapat masuk kualitas II berdasarkan
SII, karena kualitas II tidak ditetapkan persyaratan warna. Kadar air kualitas I sd VI dipasaran memenuhi syarat kualitas I SII, hal
ini disebabkan oleh pengeringan kemenyan yang dilakukan masyrarakat cukup lama yaitu sekitar 3 bulan sehingga kadar air kemenyan dipasaran cukup rendah.
Kadar abu kemenyan kualitas I sd V dipasaran masuk kualitas I SII, sedangkan kualitas VI masuk kualitas II SII. Hal ini menunjukkan bahwa
kemenyan yang ada dipasaran mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Kadar kotoran kemenyan kualitas I sd IV dipasaran masuk kualitas II
SII, sedangkan kualitas VI tidak masuk standart. Kalau dilihat dari kadar abu diatas, kemenyan yang ada dipasaran mempunyai tingkat kemurnian yang
Universitas Sumatera Utara
relatiftinggi. Hal ini disebabkan SII kemenyan untuk kadar kotoran persyaratannya cukup tinggi.
Kadar asam balsamat kemenyan kualitas I sd V masuk kualitas I SII. Kemenyan kualitas VI tidak memenuhi SII, keadaan ini disebabkan kadar abu dan
kadar kotorannya relatif tinggi sehingga akan mempengaruhi kadar asam balsamat yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Dolok Sanggul dapat dinyatakan bahwa menyatakan bahwa kualitas yang dipasarkan di Dolok
Sanggul dikalangan petani, pedagang serta dapat dikatakan belum ada suatu standart yang menjadi dasar umum yang berlaku untuk semua transaksi pedagang.
Dalam hal ini beberapa standarisasi yang dilakukan petani dan pedagang didaerah penelitian :
•
Petani
Adapun standarisasi yang dilakukan oleh petani terhadap kemenyan yang mereka jual ialah mereka memilah atau menyortir kemenyan berwarna putih
sampai kuning keemasan dan ukuran yang agak besar. Kemenyan kualitas ini mereka dapatkan biasanya sewaktu masa panen besar yaitu kualitas kemenyan
getah mata kasar dan mata halus, dan saat masa panen menurun yaitu getah tahir dan juror dengan ukuran yang agak besar, terakhir pada masa membersihkan
pohon kemenyan diperoleh kemenyan juru yang agak coklat muda hingga coklat tua, dan akhirnya pada masa musim menakik diperoleh tagir atau sisa-sisa.
Untuk menentukan mutu kemenyan petani hanya menggunakan perbedaan kualitas berdasarkan kualitas fisik kemenyan, sedangkan untuk kualitas
berdasarkan fisiko-kimia, belum dilakukan karena mengingat keterbatasan dan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang dimiliki oleh petani untuk mengetahui mutu dan kualitas kemenyan dengan baik, selain itu pengolahan kemenyan untuk bentuk dan olahan
yang siap pakaipun belum dilakukan di daerah ini. •
Pedagang
Adapun pedagang yang sekaligus adalah pengolah getah kemenyan dari mentah sampai getah kemenyan yang akan disortir dengan lebih baik lagi sesuai
permintaan eksportir. Pada mulanya merka membeli kemenyan dari petani berupa kemenyan sam-sam, tahir dan lainnya. Kemudian kemenyan tersebut akan disortir
dengan beberapa cara, salah satunya dengan memakai ayakan, sehingga dapat diatur sesuai dengan mutu kemenyan yang diinginkan.
Sedangkan untuk mengetahui kualitas kemenyan berdasarkan fisiko- kimianya, pedagangpun belum melakukannya, Karen mengingat daerah ini hanya
melakukan pengolahan kemenyan secara fisik bukan pengolahan untuk bahan siap pakai. Sehingga penelitian akan susunan dan kualitas kimianya pun belum
diketahui dan dikerjakan. Adapun kualitas kemenyan yang terdapat didaerah penelitian baik oleh
petani dan oleh pedagang adalah :
Kualitas I
Kemenyan Mata Kasar atau Sidungkapi ialah bongkahan kemenyan bewarna putih sampai putih kekuning-kuningan dengan rata-rata
berdiameter 2 cm.
Kualitas II
Kemenyan mata halus ialah kemenyan berwarna putih sampai kekuning- kuningan berdiameter 1-2 cm.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas III
Kemenyan Tahir ialah jenis kemenyan yang bercampur dengan kulitnya atau kotorang lainnya, berwarna coklat dan kadang-kadang berbintik-
bintik putih atau kuning serta besarnya lebih besar dari ukuran mata halus.
Kualitas IV
Kemenyan Jurur atau Jarir yang biasanya dicampurkan atau disamakan mutunya denga jenis tahir dan warnanya merah serta lebih kecil dari mata
halus
Kualitas V
Kemenyan barbar ialah kulit kemenyan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit sewaktu melakukan pembersihan.
Kualitas VI
Kemenyan abu adalah sisa-sisa berasal dari getah kemenyan dari semua kualitas, bentuk dan warnanya seperti abu kasar.
Dalam hal ini perbedaan standarisasi berdasarkan kualitas kemenyan lokal dengan kualitas kemenyan berdasarkan Standarisasi Industri Indonesiam SII
hanya terletak pada standarisasi berdasarkan sifat fisiko-kimia dari kemenyan, dimana jika dilihat dari kualitas kemenya berdasarkan sifat fisik yaitu warna
kemenyan, kemenyan yang terdapat didaerah penelitian memenuhi kualitas SII, yaitu kualitas I dan kualitas II dari standart SII, untuk kualitas berdasarka
fisikkano-kimia belum diketahui,karena belum ada penelitian dan pengujian yang dilakukan oleh pedagang disana. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan
olehTotok K waluyo, Poedji Hastoeti dan T. Prihatiningsih dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan,vol 24 no.1 Februari 2006: 47-61 menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
kualitas kemenyan berdasarkan sifat fisiko-kimia pada umumnya di Sumatera Utara telah memenuhi persyaratan standart kemenyan oleh SII yaitu dapat dilihat
pada tabel 10. Dari standarisasi yang dilakukan oleh petani dan pedagang diatas dapat
disimpulkan bahwa standarisasi yang mereka lakukan belum seluruhnya sesuai dengan Standar Industri Indonesia SII, standarisasi yang dilakukan hanya
berdasarkan warna dari standarisasi SII, yaitu dengan melihat secara langsung warna kemenyan untuk menentukan kualitas kemenyan, sedangkan dalam
menentukan kualitas berdasarkan kadar air, kadar abu, kadar kotoran, kadar asam balsamat belum dilakukan karena untuk pengujian keempat kriteria tersebut
membutuhkan pengetesan secara spesifik dan lebih khusus. Sama halnya dengan standarisasi berdasarkan SII, Standarisasi berdasarkan karakteristik dan sifat fisio
kemenyan di Sumatera Utara belum sepenuhnya dilakukan, hanya berdasarkan kriteria warna kemenyan, sedangkan keempat kriteria yang lainnya belum
dilakukan. Berdasarkan kedua standarisasi Nasional SII dan Sumatera utara,
standarisasi karakterististik dan sifat kemenyan lebih condong kearah sifat kemenyan Sumatera Utara, hal ini dikarenakan kemenyan yang terdapat di
Humbang Hasundutan adalah kemenyan khas Sumatera Utara sendiri.
5.5 Materi Penyuluhan Yang Pernah Diberikan Oleh Penyuluh Pertanian Mengenai Komoditi Kemenyan Di Daerah Penelitian
Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan berada di sekitar kawasan hutan sebagai masyarakat lokal, umumnya memiliki
pengetahuan dan budaya lokal dalam mengelola sumberdaya alam sekaligus
Universitas Sumatera Utara
dalam pemanfaatannya yang dipelihara dan diwariskan secara turun-temurun. Demikian pula masyarakat Dolok Sanggul yang menjadi petani kemenyan yang
tinggal di pedesaan umumnya memiliki pengetahuan lokal dalam membudidayakan kemenyan dimana pembudidayaan serta pemeliharaan
kemenyan ini merupakan hal yang diwariskan secara turun temurun. Dalam hal ini pengetahuan petani akan pembudidayaan serta pemeliharaan
kemenyan dirasakan sudah cukup baik hal ini dinyatakan manakala mereka beranggapan bahwa penanaman serta pemeliharaan kemenyan merupakan tehnik
yang terjadi secara alamiah, dengan kata lain tidak membutuhkan tehnik atau pemeliharaan khusus untuk pembudidayaan kemenyan tersebut.
Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui petani kemenyan yang ada didesa Matiti II Kecamatan Dolok Sanggul ini, bahwasanya pemerintah setempat
tidak pernah memberikan punyuluhan khusus pada komoditi kemenyan. Hal ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir ini, namun beberapa petani memberikan
informasi bahwa beberapa tahun yang lalu, pernah ada bantuan pemerintah yaitu bibit kemenyan yang disumbangkan untuk petani, namun hal itu berlalu begitu
saja dengan tidak ada kelanjutannya. Hal ini dikarenakan petani beranggapan bahwa bibit yang mereka hasilkan sendiri adalah bibit yang terbaik untuk
dikembangkan, tidak ada pembudidayaan khusus untuk kemenyan tersebut. Selain informasi yang didapatkan dari petani, informasi lain juga diperoleh
dari pihak Pemerintah yang dalam hal ini khusus menangani kemenyan adalah dinas kehutanan, karena dalam hal ini kemenyan termasuk salah satu tanaman
hutan rakyat. Berdasarkan informasi yang didapatakan, hal ini tidak beda jauh dengan informasi petani yang menyatakan bahwa memang belum dan tidak ada
Universitas Sumatera Utara
program ataupun materi penyuluhan yang diberikan bagi pengembangan produksi kemenyan kepada petani-petani kemenyan.
Dalam hal ini penyuluhan kehutanan belum ada dan tersedia di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini disebabkan karena selama ini peranan penyuluh
lebih diarahkan dan difokuskan pada komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
5.6 Materi Penyuluhan Yang Dibutuhkan Petani Dalam Rangka