OPTIMASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI BAHAN BAKU ASAM
27 Gambar 4.2a 3-D
Surface
Yield Biodiesel untuk Suhu Reaksi Dengan Rasio Molar DMCALSD Pada Waktu Reaksi 2 Jam dan Jumlah Biokatalis
10 dari Berat ALSD
Gambar 4.2b Kontur Yield Biodiesel untuk Suhu Reaksi Dengan Rasio Molar DMCALSD Pada Waktu Reaksi 2 Jam dan Jumlah Biokatalis
10 dari Berat ALSD Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rasio molar DMCALSD lebih
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap yield biodiesel yang dihasilkan dibandingkan dengan suhu reaksi pada waktu reaksi dan jumlah biokatalis
masing-masing 2 jam dan 10 dari berat ALSD. Dari plot kontur di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi rasio molar DMCALSD maka yield biodiesel akan
S u
h u
Re ak
si ,
o
C
Rasio Molar DMCALSD
28 semakin meningkat, akan tetapi yield biodiesel menurun kembali saat rasio molar
DMCALSD yang digunakan sekitar 6:1. Su et al 2007 meneliti bahwa pada rasio molar DMCminyak yang rendah
akan menghasilkan yield metil ester yang rendah pula. Dimana, jumlah DMC yang digunakan belum mencapai batas optimum untuk menghasilkan reaksi
transesterifikasi yang sempurna. Hal yang sama juga diteliti oleh Silva et al 2011 yaitu reaksi pembuatan biodiesel tidak sempurna untuk molar rasio
alkoholminyak dibawah 6:1 [8,77]. Akan tetapi, apabila rasio molar DMCminyak telah melebihi batas optimum,
maka metil ester yang dihasilkan akan menurun. Ini dapat disebabkan kelebihan substrat DMC yang dapat menghalangi kerja enzim terutama apabila alkohol tidak
larut dalam campuran reaksi [8,61].
Gambar 4.3a 3-D
Surface
Yield Biodiesel untuk Waktu Reaksi Dengan Rasio Molar DMCALSD Pada Suhu Reaksi 60
o
C dan Jumlah Biokatalis 10 dari Berat ALSD
29 Gambar 4.3b Kontur Yield Biodiesel untuk Waktu Reaksi Dengan Rasio Molar
DMCALSD Pada Suhu Reaksi 60
o
C dan Jumlah Biokatalis 10 dari Berat ALSD
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu waktu reaksi maupun rasio molar DMCALSD menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap yield
biodiesel yang dihasilkan pada suhu reaksi dan jumlah biokatalis masing-masing 60
o
C jam dan 10 dari berat ALSD. Dari plot kontur di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi rasio molar DMCALSD yang digunakan maka yield biodiesel
akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, akan tetapi yield biodiesel menurun kembali saat rasio molar DMCALSD yang digunakan
melebihi 6:1. Pada waktu reaksi sekitar 1 jam dengan rasio molar DMCALSD sekitar 6:1
dapat memberikan yield yang tinggi juga. Sehingga, rasio molar DMCALSD lebih menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap yield dibandingkan
waktu reaksi. Su et al 2007 meneliti bahwa pada rasio molar DMCminyak yang rendah
akan menghasilkan yield metil ester yang rendah pula. Dimana, jumlah DMC yang digunakan belum mencapai batas optimum untuk menghasilkan reaksi
transesterifikasi yang sempurna. Hal yang sama juga diteliti oleh Silva et al 2011 yaitu reaksi pembuatan biodiesel tidak sempurna untuk molar rasio
alkoholminyak dibawah 6:1 [8,77].
Wak tu Re
ak si
, j am
Rasio Molar DMCALSD
30 Akan tetapi, apabila rasio molar DMCminyak telah melebihi batas optimum,
maka metil ester yang dihasilkan akan menurun. Ini dapat disebabkan kelebihan substrat DMC yang dapat menghalangi kerja enzim terutama apabila alkohol tidak
larut dalam campuran reaksi [8,61].
Gambar 4.4a 3-D
Surface
Yield Biodiesel untuk Jumlah Biokatalis Dengan Rasio Molar DMCALSD Pada Suhu Reaksi 60
o
C dan Waktu Reaksi 2 Jam
Gambar 4.4b Kontur Yield Biodiesel untuk Jumlah Biokatalis Dengan Rasio Molar DMCALSD Pada Suhu Reaksi 60
o
C dan Waktu Reaksi 2 Jam Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rasio molar DMCALSD lebih
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap yield biodiesel yang dihasilkan
Ju m
lah B
io k
at ali