Pembelajaran Konvensional Pendidikan Agama Islam

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3. RPP Kelas Kotrol dan Kelas Eksperimen Lampiran 4. Kisi-Kisi Soal Pretest Lampiran 5. Kisi-Kisi Soal Postest Lampiran 6. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Lampiran 7. Nilai Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 8. Nilai Pretest Kelas Kontrol Lampiran 9. Nilai Postest Kelas Kontrol Lampiran 10. Nilai Postest Kelas Eksperimen Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 12. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Postest Kelas Kontrol Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen Lampiran 15. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 16. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol Lampiran 17. Uji Normalitas postest Kelas Eksperimen Lampiran 18. Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol Lampiran 19. Perhitungan Uji Homogenitas Lampiran 20. Perhitungan Uji Hipotesis 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zainal Arifin mangatakan bahwa arti pendidikan secara istilah adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi, dalam arti mental. 1 Sementara, pendidikan secara umum menurut Ki Hadjar Dewantara sebagaimana dikutip oleh suwarno, adalah sebagai daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti kekuatan batin, pikiran intelek dan jasmani anak-anak. Maksudnya adalah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. 2 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan sesorang atau sekelompok orang dalam mempengaruhi orang lain yang bertujuan untuk mendewasakan manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin. Pendidikan yang berkualitas diharapkan dapat menciptakan Sumber Daya Manusia SDM yang memiliki kemampuan bernalar,berfikir secara kritis, logis, sistematis, dan kreatif sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang semakin canggih. Pengembangan kemampuan sumber daya manusia termasuk siswa di dalamnya adalah melalui proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, itu semua dapat 1 Armei Arief,Pembaharuan Pendidikan Islam,Jakarta:Suara Adi,2009, hal. 32 2 Ibid, hal.32 siswa peroleh melalui proses pembelajaran khususnya pembelajaran agama yang memiliki peran penting dalam pengembangan sikap dan spiritual siswa. Pembelajaran Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berahklak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci al-Quran dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman. 3 Pembelajaran Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan pesrta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berahklak mulia dlam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4 Jadi, pembelajaran PAI dalam rangka membentuk karakteristik serta spiritual seorang siswa perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penyelenggaraannya, karena dengan kemampuan-kemampuan tersebut siswa membentengi diri mereka dari tantangan kehidupan di era globalisasi serta selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan dirinya dan lingkungannya merupakan bukti nyata bahwa lembaga pendidikan telah berhasil menjalankan fungsinya. Pembelajaran PAI seharusnya tidak hanya mengedepankan konsep- konsep semata yang akan menimbulkan kejenuhan bagi setiap siswa, sedangkan yang terjadi pada kenyataannya masih banyak di sekolah-sekolah salah satunya SMP Nusantara Plus para guru masih menggunakan metode- metode klasik yang di dalamnya kurang menciptakan interaksi antara guru dan murid. Pembelajaran PAI harus lebih menyenangkan karena dengan demikian memungkinkan peserta didik lebih bersemangat untuk mengikuti 3 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam Jakarta,Kalam Muila, 2010 , hal. 21 4 Ibid, hal. 22 pembelajaran PAI. Terkadang siswa merasa jenuh dengan pembelajaran PAI yang hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah. Padahal, siswa dituntut untuk ikut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran. Minimnya penerapan metode pembelajaran yang guru sampaikan pada mata pelajaran PAI di SMP Nusantara atau bahkan banyak guru yang kurang menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, kondisi sekolah yang kurang memadai atau bahkan kurangnya sarana pembelajaran di sekolah Nusantara ini, serta mungkin pembelajaran tersebut terlalu sering dilakukan di dalam ruang kelas sehingga dirasakan terlalu monoton. Kegiatan yang minim terkadang cepat membuat peserta didik merasa bosan, misalnya pelajaran PAI yang hanya dilakukan dalam kelas, mengharuskan siswanya duduk rapi, mendengarkan keterangan guru di papan tulis juga terkadang para guru di SMP Nusantara Plus hanya menjadikan buku dan ruang kelas sebagai satu-satunya sumber belajar. Padahal di luar kelas sana dapat dijadikan tempat belajar yang lebih menyenangkan dan lebih memberi keluasan bagi siswa dalam memperoleh pengalam dalam pembelajaran di bandingkan hanya di ruang kelas. Dampak negatif yang siswa alami tersebut dapat diminimalisasi atau dikurangi dan kemungkinan besar dapat diatasi dengan memperbaiki cara pengajaran atau merubah pendekatan pembelajaran, merawat dan melengkapi fasilitas belajar, serta membangun citra positif bahwa mata pelajaran agama itu menyenangkan sama dengan mata pelajaran lainnya, yakni meyakinkan bahwa pelajaran agama itu tidak membosankan. Pada dasarnya seorang guru hendaknya dapat menerapkan suatu pembelajaran yang di dalamnya dapat tercipta interaksi aktif antara guru dan siswa, sesama siswa serta siswa dengan lingkungannya. Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan kemampuan pemahaman siswa terhadap agama dapat menjadi lebih baik. Di sisi lain rasa memiliki, mencintai lingkungan sekitar dapat juga tertanam. Pembelajaran Outdoor atau pembelajaran di luar kelas secara tidak langsung mengingatkan siswa bahwa belajar tidak selalu dilakukan di dalam ruangan kelas. Dengan pembelajaran seperti ini memberikan siswa ruang untuk mengeksplorasi dan memahami pembelajaran agama dengan baik. Karena dengan pembelajaran di luar kelas dapat menciptakan interaksi antar guru dengan murid, murid dengan murid serta murid dan lingkungannya. Dalam pembelajaran PAI secara nyaman dan menyenangkan dapat membuat siswa bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Dengan mengupayakan agar siswa dapat tetap senang untuk belajar agama tentunya akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap matari agama, sehingga akan tercapailah apa yang dinamakan kompetensi dalam pelajaran agama. Seorang guru hendaknya dapat menerapkan suatu pembelajran yang di dalamnya tercipta interaksi aktif dan menyenangkan antara guru dan siswa, siswa dan siswa serta siswa dan lingkungannya. Upaya menghadirkan pembelajaran PAI yang lebih menyenangkan serta mengurangi tingkat kejenuhan siswa, penulis mencoba menerapkan pembelajaran agama dengan pendekatan pembelajaran Outdoor. Pembelajaran Outdoor merupakan salah satu variasi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah seperti taman sekolah, lapangan, tempat parkir, sehingga memungkinkan dapat mengurangi kejenuhan siswa. Pembelajaran Outdoor ini memanfaatkan interaksi siswa dengan lingkungan terbuka sebagai sumber belajar. Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran Outdoor adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan kondisi di luar ruangan kelas. Pembelajaran ini memanfaatkan areal sekolah untuk dijadikan tempat belajar, oleh karenanya diharapkan dapat membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Pendekatan ini berlandaskan pada pemikiran bahwa setiap tempat memiliki potensi untuk dijadikan tempat belajar, karena pembelajaran yang menyenangkan bisa lebih memotivasi siswa untuk dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik. Menurut Adelia vera, dalam bukunya yang berjudul metode mengajar anak diluar kelas Outdoor Study mengungkapkan bahwa “ Outdoor Learning itu sendiri yaitu suatu kegiatan menyampaikan pelajaran di luar kelas, sehinga kegiatan belajar mengajar berlangsung di luar kelas.sebagian orang menyebutnya dengan Outing Class, yaitu suatu kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan sebagai sumber belajar “. 5 Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian di sekolah SMP Nusantara Plus, baik lapangan maupun kepustakaan dengan memilih judul “Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam S iswa” B. Identifikasi Masalah 1. Kurangnya penguasaan guru terhadap teori dan praktek pengelolaan kelas 2. Metode guru yang kurang kreatif dalam mengembangkan pembelajaran 3. Rendahnya hasil belajar agama siswa dalam belajar 4. Rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran agama

C. Pembatasan Masalah

Agar dapat lebih mengarah secara mendalam, maka dalam penelitian ini perlu membatasi masalah pada: 1. Pembelajaran Outdoor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang ada kemudian digunakansebagai sarana meningkatkan proses belajar mengajar. 5 Adelia vera, Metode Mengajar Anak di Luar Kelas Outdoor Study , DIVA Press : Jogjakarta, 2012 , hal. 17 2. Sedangkan hasil belajar yang dimaksud adalah hasil prestasi belajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran fiqihdi kelas VIII tahun ajaran 2013-2014 SMP Nusantara Plus di lihat dari hasil.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran Outdoor terhadap hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam” ? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran Outdoor pada pelajaran fiqih terhadap hasil belajarnya. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini antara lain: a. Memberikan dampat positif pada siswa agar lebih bersemangat dalam belajar PAI. b. Memberikan salah satu alternatif pembelajaran kepada guru khususnya guru agama sehingga pembelajaran outdoor ini dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. c. Bagi masyarakat yang mempunyai perhatian terhadap dunia pendidikan diharapkan dapat membangkitkan kesadaran mereka untuk ikut serta dalam mewujudkan pendidikan. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

a. Pendidikan Agama Islam

1 Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Prof.DR. Ramayulis pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran islam dari sumber utamanya kitab suci al- qur’an dan al- hadits, melalui kegiatan bimbingan, pelatihan serta penggunaan pengalaman. 1 Sedangkan menurut Zakiyah Dradjat 1987:87 Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 2 Sedangkan menurut Muhammad Fadhil Al-Djamali, menyatakan bahwa Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar fitrah dan kemampuan ajarnya pengaruh dari luar. 3 2 Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga manjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah 1 Ramayulis, Metodologi Agama IslamKalam Mulia, Jakarta:2010,hal.21 2 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PT Remaja Rosdakarya, Bandung:2012,hal.12 3 Armei Arief,Pembaharuan Pendidikan Islam,Jakarta:Suara Adi,2009, hal. 35 SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4 Pendidikan agama islam disekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 5 Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN UU No. 20 tahun 2003 , yang berbunyi : “Pedidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 3 Fungsi Pendidikan Agama Islam a Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. c Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4 Ramayulis, Metodologi Agama IslamKalam Mulia, Jakarta:2010,hal.22 5 Ibid, hal.22 6 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam PT Remaja Rosdakarya, Bandung:2012,hal.16-17 d Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya. g Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 4 Karakteristik Pendidikan Agama Islam a Pendidkan Agama Islam mempunyai dua sisi kandungan, yakni sisi keyakinan dan sisi pengetahuan. b Pendidikan Agama Islam bersifat doktrinal, memihak, dan tidak netral. c Pendidikan Agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada pembentukan hati nurani dan penanaman sifat-sifat ilahiyah yang jelas dan pasti. d Pendidikan Agama Islam bersifat fungsional. e Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk menyempurnakan bekal keagamaan peserta didik. f Pendidikan Agama Islam diberikan secara komprehensif. 5 Sumber Pendidikan Agama Islam Dalam Islam ada beberapa sumber pedoman yang harus menjadi panutan bagi setiap muslim yaitu : a Alquran Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara‟a-yaqra‟u-qira‟atan atau quran‟an,yang berati mengumpulkan al-jam’u dan menghimpun adh-dhammu huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin mendefinisikan Alquran yaitu : “Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan di nukildiriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawattir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang bagi yang tidak percaya walaupun surahnya pendek.” 7 Dengan demikian al- Qur’an sebagai kitab suci agama Islam harus dijadikan landasan dan sumber utama pendidikan Islam. Sehingga terlihat bahwa seluruh dimensi yang terkandung dalam Al- Qur’an memiliki misis dan implikasi kependidikan yang bergaya imperatif, motivatif, dan persuasif, dinamis, sebagai suatu sistem pendidikan yang utuh dan demokratis lewat proses manusiawi. Proses kependidikan tersebut bertumpu pada kemampuan rohaniah dan jasmaniah masing-masing peserta didik, secara bertahap dan berkesinambungan, tanpa melakukan perkembangan zaman dan nilai-nilai Ilahiah. Semua proses pendidikan Islam tersebut merupakan proses konservasi dan transformasi, serta internalisasi nilai-nilai dalam kehidupan manusia sebagaimana yang diinginkan oleh ajaran Islam. Dengan upaya ini, diharapkan peserta didik mampu hidup secara serasi dan seimbang, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. 8 b As-sunnah As-sunnah menurut bahasa adalah tradisi yang biasa dilakukan, atau jalan yang dilalui, baik yang terpuji maupun yang tercela. As-sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya, ataupun selain daripada itu. م ฀ س ّس يخ ฀ ر يلع ع ّاف ฀ جا هلف اه ฀ ثم هر ฀ جا ฀ مر ฀ يغ هع ّا ฀ مر ฀ ق ฀ م ฀ جا ฀ مهر ฀ يش ฀ م أً ฀ يلع ع ّاف ّش ّس س ฀ يلع اك اه ฀ ز ه ฀ هر ثم ฀ ٔا ฀ مراز ฀ يغ هع ّ ฀ ر م ฀ ق ฀ م ฀ ٔا ฀ مهراز ฀ يش ฀ أً 7 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta:AMZAH,2010,hal.32 8 Soleha dan Rada, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. I, hal. 27-29. Barang siapa yang membuat suatu jalan Sunnah kebaikan, kemudian diikuti orang maka baginya pahalanya sama dengan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang membuat suatu jalan Sunnah yang buruk, kemudian diikutinya maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. HR. At-Tirmidzi. 9 Sedangkan sunnah menurut istilah, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulam, di antaranya sebagai berikut: 1 Menurut ulama ahli hadits Muhaditsin, sunnah adalah segala perkataan Nabi, perbuatannya, dan segala tingkah lakunya. 2 Menurut ulama Ushul Fikih Ushuliyun, sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi baik yang bukan dari al- Qur’an baik berupa segala aperkataan, perbuatan, dan pengakuan yang patut dijadikan dalil hukum syara’. 3 Menurut ulama Fikih Fuqaha, sunnah adalah sesuatu ketetapan yang datang dari Rasulullah dan tidak termasuk kategori fardlu dan wajib, maka ia menurut mereka adalah sifat syara’ yang menuntut pekerjaan tapi tidak wajib dan tidak disiksa bagi yang meninggalkannya. 4 Menurut ulama maw’izhah „Ulama Al-Wa‟zhi wa Al-Irsyad, sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi dan sahabat. 10 Contoh yang diberikan oleh beliau dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, hadits qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Kedua, hadits fi‟liyah yaitu yang berisi tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, hadis taqririyah 9 Maktabah Syamilah 10 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2009, Cet. II, hal. 5-8. yaitu yang merupakan persetujuan Nabi atas tindakan dam peristiwa yang terjadi. 11 c Kata-Kata Sahabat Sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dalm kedaan beriman dan mati dalam kedaan beriman juga. d Kemaslahatan Ummat Kemaslahatan umat adalah menetapkan undang-undang peraturan dan hukum tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam nash, dengan pertimbangan kemaslahatan hidup bersama. e Adat kebiasaan masyarakat „uruf Uruf adalah kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri. f Hasil Pemikiran Para Ahli Dalam Islam Ijtihad Ijtihad berakar dari kata jahda yang berarti al-masyaqqah yang sulit dan pengerahan kesanggupan dan kekuatan. Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan dan kekuarangan untuk memperoleh apa yang dituju sampai pada batas puncaknya. 12 Ijtihad menjadi penting dalam pendidikan Islam ketika suasana pendidikan mengalami status quo, jumud, dan stagnan. Tujuan dilakukan ijtihad dalam pendidikan adalah untuk dinamisasi, inovasi dan modernisasi pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan yang lebih berkualitas. 13 Perlunya melakukan ijtihad di bidang pendidikan, terutama pendidikan Islam sangat perlu dilakukan, karena media pendidikan merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan sosial dan kebudayaan manusia 11 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, Cet. I, hal. 97. 12 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta:AMZAH,2010,hal.32-45 13 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: KENCANA, 2008, Cet. II, hal. 43. untuk mencapai kebudayaan yang berkembang secara dinamis, hal ini ditentukan oleh sistem pendidikan yang dilaksanakan dan senantiasa merupakan pencerminan dan penjelmaan dari nilai-nilai serta prinsip pokok al- Qur’an dan Hadits. Proses ini akan mampu mengontrol manusia dalam seluruh aspek kehidupannya, sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. 14

b. Hasil Belajar

1 Pengertian Hasil Belajar Usaha yang dilakukan seseorang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Perubahan tingkah laku dapat berupa pengetahuan, keterampilan kemampuan dan sikap yang lebih baik. Menurut Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. 15 Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, proses kegiatan belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Di bawah ini anak diuraikan beberapa pengertian tentang hasil belajar yaitu: Suatu proses belajar yang akan menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang dapat dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat di buktikan dengan perbuatan. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas maka pokoknya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan 14 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-I, hal. 101. 15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 22 aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Program pengajaran di sekolah yang baik adalah pengajaran yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif, psikologis, dan fisik. Proses belajar the teaching learning process yang dikelola para guru mempunyai korelasi bagi hasil belajar sehingga proses perkembangan siswa, baik jasmani maupun ruhaninya, sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Tentunya, sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh. Ada lima jenis kategori hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne. Lima kategori itu adalah sebagai berikut. a Informasi verbal b Kemahiran intelektual Belajar di bidang kognitif c Pengaturan kegiatan kognitif d Keterampilan motorik - Belajar di bidang sensorik-psikomotorik e Sikap - Belajar di bidang dinamik-afektif. 16 Jadi hasil belajar siswa yang dimaksud merupakan pengetahuan yang dicapai siswa dari pembelajaran setelah mengalami proses pengajaran di sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu. 2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar