Tuangkan campuran beton ke dalam alat uji slump untuk mengetahui nilai slump

76 g. Biarkan seluruh bahan tercampur dalam molen selama ± 5 menit agar campuran semakin homogen.

h. Tuangkan campuran beton ke dalam alat uji slump untuk mengetahui nilai slump

campuran beton hingga tercapai nilai slump yang ditentukan. Gambar 3.14 Pengujian Slump i. Tuangkan adukan beton ke dalam bekisting balok yang telah dirakit sebelumnya. j. Gunakan vibrator dan alat perojok untuk membuat campuran semakin padat dan dapat mengisi secara penuh ke dalam cetakan balok. Gambar 3.15 Penggunaan Vibrator dan Batang Perojok pada Pengecoran k. Ratakan permukaan cetakan benda uji dengan menggunakan sendok semen. 77

3.2.4.2.. Pengecoran Balok Beton Bertulang Nonhomogen

Pada saat pengecoran balok beton bertulang nonhomogen digunakan sekat untuk memisahkan mutu beton yang satu dengan yang lainya. Pada dasarnya pengecoran dilakukan hampir sama dengan pengecoran balok beton bertulang nonhomogen namun ada beberapa perbedaan pada tahapan pengecoranya yaitu sebagai berikut: a. Pada pengecoran pertama dilakukan pada daerah ujung-ujungya atau pada daerah tepi balok beton bertulang sepanjang 70 cm pada masing-masing sisi balok dangan mutu beton K-200. b. Pengecoran tahap kedua dilakukan pada daerah antara tumpuan dan lapangan sepanjang 60 cm dari sisi balok pengecoran pertama dengan mutu beton K-225 pada kedua sisi balok. c. Pada saat pengecoran ditahap kedua ini setelah memenuhi volume yang ditentukan cabut sekat pemisah mutu beton agar beton menyatu setelah dirojokdivibrator. d. Pengecoran tahap ketiga pengecoran dilakukan pada daerah lapangan dengan mutu beton K-250 sepanjang 60 cm. e. Pada saat pengecoran tahap ketiga sekat pembatas untuk mutu beton K-225 dengan mutu beton K-250 dicabut, kemudian dirojokdivibrator. f. Setiap mutu beton dibuat 4 benda uji silinder. g. Selang waktu yang digunakan pada tiap tahap pengecoran sekitar 20-30 menit. Gambar 3.16 Proses Pengambilan Sekat Pembatas 78

3.2.5. Perawatan Benda Uji Pasca Pengecoran

Perawatan beton atau yang dikenal dengan curing adalah kegiatan penjagaan beton paska pengecoran dan finishing pengecoran dengan tujuan menjaga kelembaban beton sehingga ikatan antara semen dan agregat semakin kuat dan kualitas beton semakin baik. Selain itu, perawatan beton juga dilakukan untuk menghasilkan beton dengan permukaan yang bagus, lebih awet dan perlindungan terhadap besi tulangan beton yang lebih baik. Perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengeras atau mencapai final setting . Perawatan dilakukan minimal selama 7 tujuh hari dan untuk beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 tiga hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat. Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:  Menempatkan beton segar dalam ruangan yang lembab atau bekisting tetap dibiarkan terpasang pada balok untuk menghindari penguapan secara langsung.  Menempatkan beton segar dalam genangan air.  Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.  Menyirami permukaan beton secara terus menerus. Pada penelitian ini, perawatan beton untuk silinder beton dilakukan dengan cara menempatkan beton segar di dalam bak perendam sehingga seluruh permukaan balok terendam selama 28 hari. Sedangkan perawatan untuk balok dilakukan dengan cara menyirami benda uji dengan air secara kontiniu selama 7 tujuh hari. 79 Gambar 3.17 Perawatan Benda Uji Balok 3.3. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian kuat tekan beton dalam penelitian ini dilakukan pada benda uji berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm setelah beton berumur 28 hari. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut: 1. Keluarkan benda uji silinder yang akan diuji kekuatan tekannya dari bak perendam setelah beton berumur 28 hari kemudian diamkan selama 1 hari agar benda uji berada dalam kondisi kering saat pengujian atau dimasukan kedalam oven. Gambar 3.18 Benda Uji Silinder 2. Lelehkan mortar belerang dan letakkan kedalam cetakan pelapis. 80 3. Letakkan permukaan atas benda uji ke dalam cetakan pelapis secara tegak lurus dan diamkan selama beberapa detik sampai mortar belerang mengeras dan menempel pada permukaan atas benda uji, pemberian mortar belerang pada kedua sisi silinder. 4. Timbang benda uji. Gambar 3.19 Proses Penimbangan Benda Uji 5. Letakkan benda uji pada mesin tekan Compression Machine secara centris. 6. Hidupkan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan. 7. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk beban tidak naik lagi dan catat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk. Gambar 3.20 Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton 3.4. Pengujian Kuat Tarik Beton Langkah- langkah yang dilakukan dalam pengujian kuat tarik beton adalah sebagai berikut: 81 1. Angkat benda uji dari bak perendam dan diamkan selama 1 hari agar saat pengujian benda uji dalam kondisi kering. 2. Timbang berat sampel benda uji. 3. Pasang alat Splitting Test pada benda uji. 4. Letakkan benda uji dalam posisi horizontal pada alat penekan Compression Machine secara sentris. Gambar 3.21 Pengujian Kuat Tarik Silinder Beton 5. idupkan mesin penekan dan lakukan penambahan beban yang konstan. 6. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi dan benda uji terbelah. Kemudian catat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk. Gambar 3.22 Benda Uji Silinder yang Telah Terbelah 82

3.5. Pengujian Kuat Lentur