Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Homan Tanamas, Thomas Hartono, dan Ronald 2006 menyatakan bahwa dari hasil pengujian yang dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan harga emas. Sebagian besar variabel ekonomi makro yang diuji hanya memberikan pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat return RDPT, mungkin hal ini karena di Indonesia, para nasabah reksadana menggunakan informasi yang salah yang ada di pasar atau hanya ikut-ikutan, tanpa melihat pasar secara keseluruhan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib 2005 ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan dari variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih,pertumbuhan jumlah uang yang beredar,tingkat inflasi,tingkat suku bunga SBI dan perubahan nilai rupiah terhadap kurs dollar terhadap tingkat kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB, akan tetapi terdapat pengaruh secara parsialindividu dari variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih terhadap tingkat kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham 51 Dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Shun’an 2002 ditarik kesimpulan bahwa terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. Dari ketiga model yang diuji hanyalah sharpe measure yang terbukti mampu mendeteksi adanya perbedaan antara kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa difersifikasi yang dilakukan oleh para manajer investasi Indonesia memang belum optimal sehingga kandungan risiko satu portofolio masih didominasi oleh Unsistematic Risk. Treynor measure dan Jensen measure hanya memperhitungkan Sistematic Risk dalam menilai kinerja reksadana, karenanya kedua model ini tidak mampu mendeteksi adanya perbedaan kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi yang dipicu oleh meningkatnya total risk akibat krisis ekonomi. Tinur Fajar Gumilang dan Heru Subiyantoro 2008 menyatakan bahwa investasi pada produk reksadana pendapatan tetap bisa dikatakan masih menawarkan keuntungan yang menarik bagi investor apabila dibandingkan produk deposito. Hal ini bisa dibuktikan dengan return reksadana di atas SBI. Jika diperhatikan lebih lanjut, reksadana pendapatan tetap fixed income akan mempunyai kinerja yang sangat baik ke depannya. Hal pertama, suku bunga yang tinggi jelas tidak akan terus menerus, tren ke depannya akan turun. Kedua, kalaupun suku bunga tetap tinggi, nilai NABunit reksadana fixed 52 income akan meningkat karena harga obligasi-obligasi di dalam portofolio reksadana akan meningkat, seiring dengan makin dekatnya obligasi-obligasi tersebut ke jatuh temponya. Tapi, hancurnya reksadana pada tahun 2005 menyebabkan banyak investor tidak mau melirik reksadana pendapatan tetap fixed income, hal ini bisa dilihat dengan makin turunnya NAB keseluruhan untuk reksadana pendapatan tetap. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Deden Mulyana 2003 diketahui bahwa setelah diketahui tingkat return dan tingkat risiko reksadana pendapatan tetap maka dapat ditentukan kinerja masing-masing reksadana tersebut. Pengukuran kinerja reksadana pendapatan tetap menggunakan metode Sharpe Ratio. Kinerja yang diperoleh masing-masing reksadana pendapatan tetap tersebut bila dibandingkan dengan patok-duda benchmark, yakni tingkat return suku bunga deposito 12 bulan selama tahun 2001 sampai dengan 2003 yang besarnya adalah -0,002512, menjelaskan bahwa kinerja reksadana pendapatan tetap sebagian besar memiliki kinerja lebih tinggi daripada patok-duga benchmark yang digunakan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendriyanto 2008 ditarik kesimpulan bahwa IHSG pada Bursa Efek Jakarta dan Kurs rupiah terhadap dolar US memiliki pebgaruh yang signifikan pada α = 5 terhadap imbal hasil reksadana syariah, sementara suku bunga SBI dan Resiko tidak mempengaruhi secara signifikan pada α = 5 ..Pada reksadana konvensional terlihat hanya IHSG dan Suku bunga SBI yang memiliki pengaruh signifikan 53 pada α = 5 , sedangkan Kurs Rupiah terhadap Dollar US tidak memberikan pengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,terlihat bahwa pada α = 5 terdapat satu factor yang sama- sama secara signifikan mempengaruhi reksadana syariah dan reksadana konvensional yaitu IHSG pada Bursa Efek Jakarta.Suku bunga SBI yang secara teoritis mempengaruhi reksadana konvensional dan tidak berpengaruh pada reksadana syariah dengan korelasi negatif ternyata terbukti. Dalam penelitiannya Annisa Sholihah 2008 menyatakan bahwa berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan metode Sharpe dapat terlihat bahwa reksadana syariah memliki kinerja yang semakin baik setiap tahun. Variabel yang paling dominan mempengaruhi reksadana syariah adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksadana syariah. 54 Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No. Nama Peneliti Judul penelitian Variabel yang diteliti Alat statistik Hasil penelitian 1. Homan Tanamas, Thomas Hartono, dan Ronald 2006 Analisis kinerja reksadana pendapatan tetap seputar krisis 2005 Kurs, SBI, tingkat inflasi, harga minyak dunia, harga emas dunia, PDB Regresi berganda faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan harga emas. 2. Abdul Muthalib 2005 Analisis pengaruh variabel makro ekonomi terhadap tingkat kinerja reksadana saham periode 1998- 2004 PNB, MI, inflasi, SBI, kurs Analisis regresi linier berganda, analisis regresi linier berganda dengan metode Stepwise Stepwise Method sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham 3. M. Shun’an 2002 Kinerja reksadana Indonesia studi empiris mengenai konsistensi model pengukuran kinerja reksadana serta sensitivitas Benchmark di Bursa Efek Jakarta Reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, dan reksadana campuran Nilai-K kinerja Sharpe Ratio, Treynor Measure, Jensen Measure di olah dengan Microsoft Excel dan SPSS dengan test of terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. 55 Concorda nce Kendall’s W 4. Tinur Fajar Gumilang dan Heru Subiyantoro 2008 Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia: Analisis Market Timing dan Stock Selection - Periode 2006 - 2008 NAB, SBI, IDMA metode pengukura n tingkat pengemba lian investme nt return measures maupun metode pengukura n dengan penyesuai an risiko risk- adjusted measures, dan dilengkapi dengan analisis dengan metode Henriksso n-Merton 1981 dan Treynor- Mazuy 1966 perhitungan kinerja dari reksadana yang dikelola oleh kelompok Manajemen Investasi II lebih baik dibandingkan dengan kelompok Manajemen Investasi I dan kelompok III, karena terbukti menghasilkan tingkat average return dan risk-adjusted performance yang lebih tinggi. 5. Deden Mulyana 2003 Pengaruh kebijakan alokasi asset dan pemilihan sekuritas terhadap kinerja reksadana terbuka berbentuk kontrak investasi kebijakan alokasi asset, pemilihan sekuritas Metode deskriptif dan metode verivikatif dengan analisis Sharpe Ratio Kinerja yang diperoleh masing-masing reksadana pendapatan tetap tersebut bila dibandingkan dengan patok-duda benchmark, yakni tingkat return suku bunga deposito 12 bulan selama tahun 2001 sampai dengan 2003 yang besarnya adalah - 56 kolektif 0,002512, menjelaskan bahwa kinerja reksadana pendapatan tetap sebagian besar memiliki kinerja lebih tinggi daripada patok-duga benchmark yang digunakan. 6. Hendriyanto 2008 Pengaruh IHSG, suku bunga, kurs dan risiko terhadap imbal hasil reksadana syariah dan reksadana konvensional IHSG, suku bunga, kurs Analisis regresi berganda Berdasarkan hasil pengujian tersebut,terlihat bahwa pada α = 5 terdapat satu factor yang sama- sama secara signifikan mempengaruhi reksadana syariah dan reksadana konvensional yaitu IHSG pada Bursa Efek Jakarta.Suku bunga SBI yang secara teoritis mempengaruhi reksadana konvensional dan tidak berpengaruh pada reksadana syariah dengan korelasi negatif ternyata terbukti. 7. Annisa Sholihah 2008 Analisis pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan inflasi terhadap kinerja reksadana syariah JII, SWBI, IHSG, dan inflasi Analisis regresi berganda perolehan return dan pengukuran kinerja dengan metode Sharpe dapat terlihat bahwa reksadana syariah memliki kinerja yang semakin baik setiap tahun. Variabel yang paling dominan mempengaruhi reksadana syariah adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksadana syariah. 57

C. Kerangka Pemikiran